Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Melihat Kehidupan Buruh Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa
6 Maret 2018 17:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Saat matahari mulai naik, Karwin mulai bersiap-siap. Pria 66 tahun itu keluar dari kamarnya yang berada di dalam sebuah kapal kayu besar yang berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa , Jakarta Utara. Ia mulai memakai kaus dan topi bundar di kepalanya.
ADVERTISEMENT
Di dalam kapal kayu besar itu Karwin hidup bersama 6 ABK yang kebanyakan berasal dari Sulawesi. Di kapal tersebut status Karwin memang menumpang. Namun, para ABK memperlakukannya dengan baik. kumparan (kumparan.com) yang berkunjung ke 'rumah' Karwin juga disambut baik oleh para ABK.
Kapal kayu tersebut memiliki beberapa fasilitas, ada dapur, kamar tidur, kotak P3K, dan kamar mandi. Soal fasilitas, Karwin diperbolehkan memasak di dapur kapal oleh para ABK. Namun, ia terkadang sungkan lantaran ingat statusnya hanyalah menumpang. Karwin lebih memilih pergi ke warung makan yang jaraknya lumayan jauh dari pelabuhan.
Setelah berpakaian lengkap, Karwin mulai menuruni kapal dengan bantuan tali tambang. Kakinya menapak pada jembatan kayu kecil yang menghubungkan ke darat.
ADVERTISEMENT
Karwin berhasil mendaratkan tubuhnya dengan baik. Ia pun bergegas menuju truk tempat ia mengangkut barang. Langkahnya sedikit tertatih. Tahun lalu, kaki Karwin tertimpa tabung oksigen besar yang ia angkut. Selama 7 bulan ia tak mampu berjalan.
Di sepanjang perjalanan, pria beranak 3 itu kerap disapa orang-orang di sekitar. Ada yang duduk bersantai dan ada juga pedagang makanan serta sayur.
Sangat wajar bila Karwin banyak dikenal orang. Sudah 32 tahun ia bekerja sebagai buruh angkut di Sunda Kelapa. Karwin adalah orang yang dituakan di sana.
"Saya mulai kerja di sini itu mulai tahun 1986," kata Karwin kepada kumparan.
Sesampai di lokasi kerja, Karwin langsung mengerahkan tenaganya mengangkut barang. Meski usianya telah senja, kekuatannya mengangkut barang tak perlu diragukan. Semua barang Karwin pikul dengan baik.
Saat jeda, Karwin menuturkan bahwa waktu istirahatnya hanyalah sebentar. Sementara, untuk hari libur ia menyebut bisa ia atur sendiri. Tidak ada aturan yang mengikat.
ADVERTISEMENT
"Cuma istirahat jam 12 siang doang. Itu setiap hari. Kalau hari libur mah diatur sendiri, Minggu libur gitu. Enggak terus-terusan. Kalau mau si ya Minggu bisa kerja, tapi saya Minggu prei (libur)," sebut Karwin.
Hari-hari Karwin ia lalui dengan aktivitas seperti itu. Tak pernah bosan, ia tetap bersemangat meski tubuhnya harus menahan beban begitu berat.