Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Di SMP 33 itu punya agen perubahan, itu yang kemarin di-support oleh UNICEF dan juga dikunjungi tamu istimewa, yaitu selebriti dunia David Beckham," kata Kepala Sekolah SMP 33 Semarang Didik Teguh Prihatin di lokasi, Selasa (17/9).
Didik menuturkan, agen perubahan ini merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari 80 orang murid. Mereka bertugas mengkampanyekan penolakan terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik seperti perundungan.
Selain memiliki sekolah yang ramah anak, Semarang juga memiliki ruang publik yang dilengkapi ruang bermain anak. Seperti di Kantor Kelurahan Sendangguwo dan 14 puskesmas yang tersebar di seluruh Semarang.
Semarang juga memiliki Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) yang bertugas memberikan bimbingan kepada keluarga dan Pusat Pelayanan Terpadu Seruni sebagai tempat aduan jika ada kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Tak hanya itu, Kota Lumpia ini juga memiliki sejumlah taman yang dijadikan tempat bermain anak.
ADVERTISEMENT
"Taman bermain ramah anak yang telah tersertifikasi oleh Kementerian PPPA yakni Taman Bumirejo di Kelurahan Pudak Payung," kata Asisten Wali Kota Semarang Widoyono, Minggu (15/9).
Taman Bumirejo merupakan salah satu tempat bermain anak yang menjadi unggulan. Taman ini juga dilengkapi dengan lapangan sepak bola dan ruang diskusi terbuka yang digunakan Forum Anak Semarang.
Namun, di balik segala fasilitas yang tersedia, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dibereskan agar Semarang bisa meraih peringkat utama. Salah satunya adalah menyelesaikan kasus kekerasan terhadap anak yang masih marak terjadi.
"Kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga saja di tahun ini sampai Bulan Agustus 2019 tercatat ada 17 kasus. Tahun kemarin dari total 309 kasus kekerasan, yang korbannya anak ada 65 kasus," jelas Kabid PPPA Budi Satmoko Aji, Senin (16/9).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2019, juga tercatat ada 11 kasus perundungan di sekolah. 10 kasus merupakan perundungan yang dilakukan murid kepada murid lainnya, dan satu kasus perundungan dari guru ke murid.
Masalah lain yang masih menjadi PR adalah kualitas kesehatan anak. Hingga awal Agustus 2019 saja, masih ada 12 kasus stunting yang ditemukan. Meski, angka ini memang turun cukup drastis di banding tahun lalu yang mencapai 35 kasus.
"Gizi buruk juga masih ada. Tapi kalau gizi buruk, asal ditemukannya cepat, maka tindakannya juga cepat karena teman-teman di puskesmas ini mendampingi terus," tandas Kadis Kesehatan Semarang M Abdul Hakam.