Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Melihat Lebih Dekat PLTA Lamajan Peninggalan Zaman Belanda
6 Mei 2017 11:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lamajan yang terletak di Pengalengan, Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat, rupanya telah ada sejak zaman Belanda. Dibangun pada 1922 dan mulai beroperasi 1925, sampai sekarang PLTA ini baru sekali direnovasi, itu pun untuk peningkatan kapasitas.
ADVERTISEMENT
kumparan (kumparan.com) dan media lainnya hari ini berkesempatan mengunjungi PLTA milik PLN yang terletak di dataran tinggi tersebut. Untuk diketahui, pembangkit ini terdiri atas 3 unit (turbin dan generator), masing-masing berkapasitas 6,5 MW.
Untuk menuju pembangkit utama, aksesnya cukup menantang, karena harus melewati lori atau gerbong kecil yang ditarik dengan tali baja. Lori tersebut bisa menampung 10 orang atau maksimal berat 5 ton.
Jarak dari gardu utama ke pembangkit di bawah adalah 216 meter. Tapi kemiringannya bisa sampai 30 derajat, cukup memacu adrenalin. Sebenarnya ada akses tangga, namun jumlah anak tangganya bisa sampai 500-an.
"Saya sempat mencoba naik tangga ke atas, bisa sampai 2 jam, 10 kali berhenti. Gempor kaki saya," ujar Bangkit S, Operator di PLTA Lamajan saat berbincang di lokasi, Sabtu (6/5).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, selama 93 tahun, PLTA peninggalan Belanda ini tidak pernah bermasalah. Renovasi hanya sekali di tahun 1993, untuk meningkatkan kapasitas turbin dari 5 MW ke 6,5 MW.
Untuk diketahui, PLTA Lamajan di Bandung adalah bagian dari Unit Pembangkitan Saguling, yang memiliki kapasitas 797,36 MW. Saguling yang terdiri dari delapan PLTA ini menyumbang 13 persen dari total EBT PLN.
Adapun di Pengalengan ada 3 PLTA yang terhubung yaitu Lamajan, Plengan dan Cikalong dengan kapasitas terpasang masing-masing 6,87 MW. Lokasinya terletak kira-kira 33 km dari pusat Kota Bandung dan memanfaatkan energi air dari Sungai Cisangkuy dan Cilaki.
Setibanya di PLTA Lamajan, terlihat jelas sepasang pipa kuning membentang dari atas bukit untuk memasok air ke turbin yang nantinya menghasilkan listrik.
ADVERTISEMENT
Sepasang pipa kuning raksasa mengalirkan air dari kolam tandu harian (KTH) dari Sungai Cisangkuy. Air yang dialirkan tersebut masuk ke dalam turbin yang kemudian menghasilkan listrik.
Menurut Bangkit, pipa ini bahkan belum pernah bocor sejak zaman Belanda.
"Tangganya, pondasinya juga dari tanah merah, bahkan lebih kuat dari semen," ujarnya.
Pada 1993, sistem PLTA ini diubah dari manual ke otomatis dengan AVR (automatic voltage ring), untuk mengatur tegangan dan debit air. Untuk diketahui, kolam Lamajan kapasitas airnya 400 kubik. Dan untuk memproduksi listrik 1 MW, butuh 0,5 kubik air.
"Sebelum 1993, ini manual, jadi ada yang mengatur tegangan sendiri, ngatur air, debit, sampai frekuensi. Sekarang cukup satu orang operator mengatur semuanya, dibantu satu tenaga operasional," jelas Bangkit.
ADVERTISEMENT
Live Update