Melihat Makam Penemu Metode Baca Al-Quran 'Iqro' di Yogyakarta

16 Januari 2019 17:13 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makam penemu Iqra, Kh As’ad Humam di Pemakaman Selokraman RW 11, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. (Foto: Kumparan/Arfiansyah Panji Purnandaru)
zoom-in-whitePerbesar
Makam penemu Iqra, Kh As’ad Humam di Pemakaman Selokraman RW 11, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. (Foto: Kumparan/Arfiansyah Panji Purnandaru)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia pasti sudah tak asing dengan buku Iqro. Harus diakui, buku 6 jilid tersebut secara tidak langsung telah membantu jutaan umat muslim dalam memahami huruf Arab beserta pelafalannya. Iqro merupakan metode membaca Al-Quran yang menekankan langsung pada latihan membaca.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan besar kemudian muncul, siapa penemu metode revolusioner yang fotonya sering terpampang di sampul belakang buku Iqro tersebut? Dia adalah KH As’ad Humam. As’ad lahir di Yogyakarta pada tahun 1933 dan meninggal dunia 2 Februari 1996.
As’ad kemudian dimakamkan di Makam Selokraman RW 11, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, tidak jauh dari masjidnya, yaitu Masjid Baiturahman Selokraman. Makam As’ad yang sederhana berbaur dengan puluhan makam warga lain.
kumparan pun menelusuri keberadaan makam As’ad. Kotagede merupakan tempat yang bersejarah, menjadi saksi pusat kerajaan Mataram Jawa. Di setiap sudutnya padat rumah penduduk.
Makam penemu Iqra, Kh As’ad Humam di Pemakaman Selokraman RW 11, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. (Foto: Kumparan/Arfiansyah Panji Purnandaru)
zoom-in-whitePerbesar
Makam penemu Iqra, Kh As’ad Humam di Pemakaman Selokraman RW 11, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. (Foto: Kumparan/Arfiansyah Panji Purnandaru)
Makam As’ad berada di tengah-tengah permukiman warga. Untuk menjangkaunya, dari Jalan Purbayan Kotagede hanya bisa menggunakan kendaraan roda dua atau berjalan kali lantaran harus melewati gang sempit.
ADVERTISEMENT
Setibanya di makam, pusara makam As’ad tidak akan ditemukan dengan mudah karena tidak ada yang istimewa dari bentuknya, sama persis dengan makam warga lain.
Makam As’ad baru bisa ditemukan jika diteliti satu per satu. Sebuah nisan semen berwarna hijau bertuliskan KH As’ad Humam. Beberapa batu bata tersusun kotak di tepian makam tersebut.
Tentang sosok As’ad, Sahrawi Musa (25) Petugas TPA Yayasan yang dibentuk KH As’ad Humam yaitu Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis Alquran, Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla (AMM), mengatakan sumbangsih As’ad tidak hanya terbatas pada menemukan metode Iqro saja tapi juga dengan pendidikan baca Al-Quran, salah satunya AMM.
Sahrawi Musa (25) Petugas TPA Yayasan yang dibentuk KH As’ad Humam. (Foto:  Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sahrawi Musa (25) Petugas TPA Yayasan yang dibentuk KH As’ad Humam. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
“Sepengatahuan saya tentang beliau, beliau memang aktivis sejak dulu, lalu membentuk semacam organisasi karena beliau menguasai Iqro,” katanya.
ADVERTISEMENT
Saat ini kegiatan di AMM bermacam-macam, seperti sertifikasi bagi ustaz-ustaz dan tempat belajar membaca Al-Quran bagi masyarakat.
“Di sini kegiatan reguler seperti sertifikasi nasional, jadi kebanyakan (pesertanya) dari luar Jawa dan Jawa, seperti ustaz-ustaz menempuh Syahadat 1 di sini. Selain itu, kegiatan tiap harinya dari hari Senin sampai Jumat. Yang ngaji kebanyakan lanjut usia. Sepuh-sepuh belajar di sini,” katanya.
Selain tempat belajar Al-Quran, warisan lain dari As’ad seperti percetakan Iqro. Buku-buku Iqro tersebut tersebar di seluruh Indonesia.
Sementara soal makam As’ad yang sederhana, sepengetahuannya hal itu memang keinginan As’ad pribadi.
“Iya, makamnya biasa. Sepengetahuan saya kayaknya memang beliau (yang menginginkan),” katanya.
Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla (AMM). (Foto:  Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musholla (AMM). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Sosok As’ad juga dapat ditelusuri dari tulisan HM Budiyanto yang telah bergabung dengan dakwah KH As’ad Humam sejak 1977. Budiyanto juga ikut merintis berdirinya Team Tadarus AMM (1983), juga TK Al-Quran AMM (1988).
ADVERTISEMENT
Dalam buku berjudul 'KH As’ad Humam Penyusunan Buku Iqro dan Pelopor Gerakan TK Al-Quran di Indonesia', Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga tersebut menyebut Pak As, sapaan akrab As’ad, berperawakan kecil.
“Dilihat dari keadaan fisiknya Pak As termasuk orang yang kecil, wajah biasa-biasa saja dan kerempeng (berat badan tidak lebih dari 50 kg). ‘Wajah saya tidak seindah fotonya’ demikian Pak As sering berkelakar tentang dirinya,” tulis Budiyanto.
Pendidikan Formal Kurang Beruntung
Sementara dari sisi pendidikan, Pak As menempuh pendidikan di Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta atau SMP. Pak As kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Guru Bagian A (SGA) namun tidak selesai karena Pak As sakit pengapuran tulang belakang dan dirawat di Rumah Sakit Bethesda.
ADVERTISEMENT
“Dalam hal pendidikan formal, nasib Pak As bisa dikatakan tidaklah begitu beruntung. Namun tidak demikian dalam hal pendidikan non-formalnya. Ayahnya, selain dikenal sebagai wiraswasta yang sukses, juga dikenal sebagai guru agama dan mubalig,” jelasnya.
Pak As belajar Al-Quran beserta tajwidnya dari kakak iparnya Kiai Su’aman Habib. Selain dengan kakak iparnya, ia juga belajar ilmu agama seperti di Masjid Syuhada, Masjid Besar Kauman, dan di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
Sementara itu, perjuangan Pak As sudah dilakukan sejak dia kecil. Ketika dewasa, setiap malam waktunya digunakan untuk menggerakkan pengajian di Masjid Baiturahman.
“Pada tahun 1953 berdiri Persatuan Pengajian Anak-anak Kotagede dan Sekitarnya atau disingkat PPKS,” katanya.
Lalu pada tahun 1983 bersama 17 anak muda membentuk wadah bernama Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM). Fokus kegiatan tersebut adalah menggerakkan setiap masjid dan musala menyelenggarakan unit-unit jemaah tadarus.
ADVERTISEMENT
Kiprah Pak As kemudian berlanjut pada tahun 1988 dengan diresmikannya TK Al-Quran Yogyakarta. Gerakan tersebut semakin kuat setelah Team AMM menyelesaikan buku Iqro. Buku tersebut jadi tuntunan belajar membaca Al-Quran yang mudah, cepat, praktis.
“Pak As secara intensif mulai menulis. Pohon jambu yang ada di samping rumahnya, menjadi saksi bisu betapa sangat tekun dan sabarnya Pak As dalam mencari cara-cara efektif pengajaran membaca Al-Quran,” tulisnya.