Melihat Maroko (1): Berkunjung ke 7 Kota Strategis

30 Juli 2024 10:09 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Raja Hasan II di Casablanca. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Raja Hasan II di Casablanca. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Maroko menjadi keinginan saya sejak lama. Pernah suatu saat diundang salah seorang pimpinan DPR untuk mendampingi kunjungan ke negara berjuluk ‘Magribi’ (barat/tempat matahari tenggelam) ini, namun belum jodoh. Jadwal tidak cocok. Akhirnya, keinginan menjadi kenyataan, tatkala kedua kaki ini menginjak Bumi Singa Atlas pada 11 Juli 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
Pesawat Airbus A-350 yang terbang dari Doha, Qatar mendarat mulus di Bandara Internasional Mohammad V, Casablanca sekitar pukul 14.20, Kamis (11//7/2024). Pesawat yang membawa saya dan rombongan ini terbang selama 7 jam dari Bandara Doha. Sebelumnya, saya menempuh perjalanan dari Jakarta dengan maskapai yang sama selama 9 jam. Dengan transit di Doha selama 3 jam, maka perjalanan Jakarta-Casablanca ditempuh 19 jam.
Suhu sekitar 34 derajat Celsius menyambut saya setelah keluar dari bandara. Tidak terlalu panas, karena angin sedikit sepoi. Casablanca menjadi kota pembuka dalam perjalanan negeri penting di Afrika ini selama 10 hari. Maroko terletak di Afrika Utara, berbatasan langsung dengan Aljazair dan Mauritania.
Maroko yang memiliki garis pantai yang sangat panjang di Samudera Atlantik dan Laut Mediterania ini terdiri dari pegunungan yang terjal dan gurun. Di bagian utara, Maroko memiliki lahan yang subur, sementara di bagian barat ada pegunungan Atlas.
Sudut kota Casablanca pada pagi hari. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Saya melakukan perjalanan bersama 6 orang lain. Delegasi dipimpin Dr Teguh Santosa, wartawan senior yang juga menjadi Ketua Persahabatan Maroko-Indonesia yang juga petisioner Sahara Barat. Anggota delegasi lain adalah Budiman Tanuredjo (wartawan senior/mantan Pemred Harian Kompas), M Taufiqurrahman (Pemred the Jakarta Post), Eko Pamuji (Pemred Duta Masyarakat), Muhammad Rusmadi (Kepala Redaktur Eksekutif Rakyat Merdeka), dan Veeramalla Anjaiah (peneliti senior Center for Southeast Asian Studies/CSEAS). Sebelum memulai perjalanan, para delegasi diterima Dubes Maroko untuk Indonesia Ouadia Benabdellah di kediamannya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan 10 hari ini bertujuan untuk melihat Maroko lebih dekat, karena hubungan Indonesia dan Maroko yang bersejarah. Maroko merdeka pada 1956 sebagai dampak dari Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955. Semangat merdeka negara-negara Afrika, terutama Afrika Utara, salah satunya berkat pidato Presiden Soekarno di KAA tersebut. Maroko melihat Soekarno sebagai pahlawan revolusi kemerdekaan dunia Islam.
Anggota delegasi lain adalah Budiman Tanuredjo (wartawan senior/mantan Pemred Harian Kompas), M Taufiqurrahman (Pemred the Jakarta Post), Eko Pamuji (Pemred Duta Masyarakat), Muhammad Rusmadi (Kepala Redaktur Eksekutif Rakyat Merdeka), dan Veeramalla Anjaiah (peneliti senior Center for Southeast Asian Studies/CSEAS).
Ouadia Benabdellah mengundang untuk melihat Maroko lebih dekat, karena hubungan Indonesia dan Maroko yang bersejarah. Maroko merdeka pada 1956 sebagai dampak dari Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955. Semangat merdeka negara-negara Afrika, terutama Afrika Utara, salah satunya berkat pidato Presiden Soekarno di KAA tersebut. Maroko melihat Soekarno sebagai pahlawan revolusi kemerdekaan dunia Islam.
Dubes Ouadia Benabdellah bersama delegasi Indonesia. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
Pada 2 Mei 1960, Presiden Sukarno berkunjung ke Rabat, Maroko dan disambut luar biasa oleh Raja Maroko Muhammad V. Soekarno adalah presiden negara lain pertama yang berkunjung ke Maroko setelah merdeka.
ADVERTISEMENT
Selain disambut Raja, Soekarno juga dielu-elukan oleh masyarakat Rabat saat itu. Bahkan Raja Muhammad V mengabadikan sebuah jalan di jantung kota Rabat dengan nama ‘Soekarno’.
Hingga saat ini, hubungan diplomatik Indonesia dan Maroko masih berjalan dengan baik dan stabil. Kedua negara menginginkan peningkatan kerjasama, termasuk ekonomi. Apalagi Maroko saat ini dikenal sebagai negara penghasil fosfat terbesar di dunia.
Hanya saja menyangkut isu Sahara Barat, Pemerintah RI senantiasa mendukung upaya penyelesaian secara damai di bawah PBB dan dapat diterima oleh semua pihak yang terkait. Hingga saat ini Sahara Barat masih menjadi sengketa Maroko dengan kelompok warga Sahara yang menamakan diri Polisario yang dibela Aljazair.
Dalam perjalanan selama 10 hari ini, saya dan delegasi mengunjungi 7 kota penting dan strategis Maroko. Apa saja 7 kota itu?
ADVERTISEMENT
1. Casablanca
Casablanca merupakan pusat bisnis dan keuangan Maroko. Kota ini juga dijuluki dalam bahasa Arab ‘Addarul Baidho’, yang berarti rumah putih. Memang kota ini di masa lalu memiliki ciri bangunan-bangunan yang didominasi warna putih. Bahkan, masih terlihat hingga saat ini.
Casablanca yang berpenduduk sekitar 4 juta jiwa merupakan kota terbesar di Maroko. Di kota ini terdapat Pelabuhan Casablanca, yang merupakan pelabuhan terbesar kedua di Maroko setelah Tanger Med. Kota ini juga menjadi tempat pangkalan Angkatan Laut Maroko.
Kota Casablanca di malam hari. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
2. Bin Guerir
Dalam bahasa Arab, kota ini disebut Binjarir. Kota ini menjadi kota pendidikan, karena berdiri universitas terbesar di Maroko, yaitu UM6P (University Mohammed VI Polytechnic). Universitas ini memiliki kampus yang luas dengan fasilitas yang lengkap.
ADVERTISEMENT
Program pendidikan di universitas ini lebih menitikberatkan pada sains dan teknologi, ekonomi-bisnis, kedokteran, humaniora, dan manajemen. Universitas internasional ini dioperasikan oleh OCP, perusahaan produsen fosfat terbesar di dunia. OCP juga menargetkan kota Bin Guerir sebagai kota hijau.
Salah satu bagian Kampus UM6P di Kota Bin Guerir. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
3. Marrakesh
Kota paling populer di Maroko, karena menjadi kota wisata. Kota yang dibangun pada 1062 ini memiliki banyak tempat bersejarah dan museum. Kota yang hanya 40 menit perjalanan darat dari Bin Guerir ini merupakan kota perdagangan terbesar kedua setelah Casablanca.
Kota ini memiliki alun-alun terbesar di Afrika yang diberi nama Jamaa Al Fana. Kota ini dilayani bandara internasional, sehingga turis mancanegara sangat mudah datang ke kota ini.
Masjid Kutubiyah di Marrakesh. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
4. Dakhla
Kota ini berada di semenanjung Samudera Atlantik yang bernama Semenanjung Rio de Oro. Dakhla merupakan kota gurun pasir yang berada di pinggir laut. Berbeda dengan kota lain di Maroko, Dakhla merupakan kota dengan hawa sejuk yang memiliki suhu paling dingin 17 derajat Celcius dan paling panas 23 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
Kota ini berada di Sahara Barat, yang menjadi wilayah konflik antara Maroko dengan penduduk Sahara yang menamakan dirinya Polisario. Saat ini, Maroko sedang giat-giatnya menarik investasi di Dakhla untuk menjadi kota bisnis dan pariwisata. Di kota bekas koloni Spanyol ini, Maroko berencana membangun pelabuhan terbesarnya, berkapasitas 3 kali lipat Tangier Med.
Pemandangan di salah satu pantai di Kota Dakhla. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
5. Fes
Kota Fes merupakan kota ketiga terbesar di Maroko, setelah Casablanca dan Marrakesh. Kota ini dibangun pada abad 8 atau 9 Masehi. Kini, Kota Tua Fes masih dilestarikan dan masuk salah situs warisan dunia UNESCO.
Kota ini juga dijuluki kota religius, karena banyak sekali madrasah atau sekolah dan masjid. Salah satunya Universitas Qurowiyin, yang disebut sebagai universitas tertua dunia yang masih beroperasi hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu sudut Masjid Universitas Qurawiyin di Fes. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
6. Rabat
Merupakan ibukota Maroko sejak kemerdekaan tahun 1956 dan kota metropolitan. Rabat atau Ar-Ribat berarti kota berbenteng. Hingga saat ini benteng-benteng masa lalu, seperti Kasbah dan Chella, masih terpelihara dengan baik dan menjadi tujuan wisata. Rabat juga menjadi kota metropolitan dan modern, dengan penataan kota yang indah.
Di kota ini berdiri universitas-universitas yang bagus, seperti Universitas Muhammad V. Kota ini berada di pinggir samudera Atlantik, memiliki sejumlah sungai dan bernuansa hijau, banyak pohon.
Kota ini memiliki trem sebagai transportasi massal dan kereta cepat untuk akses ke luar kota hingga ke Kota Tangier. Bangunan-bangunan di Rabat memiliki arsitektur menarik, selain bangunan tua yang masih dijaga.
Salah satu pemandangan di kota Rabat. Foto: Arifin Asydhad/kumparan
7. Tangier
Tangier atau biasa ditulis Tanger. Dikenal sebagai kota pelabuhan, karena di kota ini berdiri pelabuhan terbesar Maroko saat ini bernama Tanger Med Port. Pelabuhan ini berkapasitas 9 juta Teus yang masuk 19 besar pelabuhan di dunia. Pengelana dunia, Ibnu Batutah, yang berlayar sampai ke Aceh, Indonesia, juga berasal dari kota ini.
ADVERTISEMENT
Dia lahir dan wafat di Tangier. Kota ini terletak di pantai Afrika Utara, di barat Selat Gibraltar, tempat di mana Laut Mediterania bertemu dengan Samudera Atlantik. Ujung Kota Tangier hanya 14 KM dari daratan Spanyol.
Makam Ibnu Batutah di Tangier. Foto: Arifin Asydhad/kumparan