Melihat Padatnya Jalanan di Senen yang Dikuasai PKL

9 November 2019 20:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang menggelar lapak di Jalan Pasar Senen. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang menggelar lapak di Jalan Pasar Senen. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemandangan di Jalan Raya Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada sore hingga malam hari sangatlah sesak. Mulai dari setengah badan trotoar dan jalan yang dipenuhi ratusan PKL, begitu juga juru parkir yang mengarahkan pengunjung memarkirkan kendaraannya di trotoar.
ADVERTISEMENT
Imbasnya, arus lalu lintas tersendat. Bus, sepeda motor, dan mobil pribadi tersendat. Pejalan kaki pun terkena imbasnya, yang hanya bisa sekadar 'numpang lewat' dan tak bebas berjalan di trotoar.
Pantauan kumparan, lapak-lapak di sepanjang Jalan Raya Senen umumnya menjajakan pakaian, aksesoris atau barang-barang penunjang mode, seperti jam tangan, topi, dasi, ikat pinggang, ransel, hingga koper.
Erik, salah seorang pedagang kaki lima di Jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Lapak-lapak itu amat ramai pengunjung, sebab mereka menjualnya dengan harga miring. Misal, sehelai celana jeans, baju atau jaket dengan beragam merk impor bisa dibawa pulang seharga Rp. 50 ribu.
Salah seorang pedagang, Erik (30), mengatakan PKL-PKL di sepanjang Jalan Pasar Senen rata-rata dibuka mulai pukul 15.00 - 22.00 WIB. Kata Erik, di jam-jam itu mereka bisa terbebas dari petugas Satpol PP.
Pedagang menggelar lapak di Jalan Pasar Senen. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Menurutnya, mereka dianggap telah mendapat izin dari pemda untuk berjualan, namun waktu dagang mereka diatur.
ADVERTISEMENT
“Boleh buka lapak itu sore. Kalau malamnya saya sampai pukul 20.00 WIB lah, tapi yang lain ada juga sampai pukul 24.00 malam itu masih ada,” ungkap Erik, Sabtu (9/11).
Korban Kebakaran pada 2017 Lalu
Bara, salah seorang pedagang kaki lima di Jalan Pasar Senen, Jakarta Pusat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Pedagang lainnya, Bara (29), mengungkapkan alasannya memakai bahu jalan untuk berjualan. Ia dulunya pernah memiliki kios di dalam Pasar Senen, namun semuanya hangus terbakar dalam kebakaran hebat pada 2017 silam.
“Dulu ada kios di dalam. Kebakar kan. Sekarang di sini, sudah lebih setahun,” ungkap Bara.
Ya, rata-rata PKL yang berjualan di sepanjang Jalan Raya Senen adalah korban kebakaran yang kehilangan kios dan barang dagangannya. Mereka hingga kini masih menunggu dibangunnya area kios baru. Namun, Bara tak mengetahui kapan bangunan kios-kios baru itu jadi.
Pedagang menggelar lapak di Jalan Pasar Senen. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Bara mengaku saat ini masih menunggu dibangunnya areal kios baru di Pasar Senen pengganti lokasinya yang terbakar. Bara tak tahu, entah kapan bangunan baru pasar itu akan terbangun.
ADVERTISEMENT
“Masih lama lah kayaknya ya,” kata Bara.
Pedagang menggelar lapak di Jalan Pasar Senen. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Senada dengan Bara, Erik mengungkapkan pemerintah berupaya memfasilitasi mereka agar tetap bisa berjualan. Meski, mereka harus menggunakan bahu jalan dan trotoar.
“Ya mungkin dibolehin gitu ya, karena (bangunan pasar) yang di dalam masih belum kebangun,” tuturnya.
Pedagang menggelar lapak di Jalan Pasar Senen. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Sementara itu, pantauan di lokasi terlihat revitalisasi pasar pascakebakaran hingga kini masih jauh dari selesai. Yang tampak adalah lahan kosong yang luas, ditumbuhi semak belukar, dan dipagari beton pembatas trotoar jalan.
Sementara itu, di bawah flyover Senen, terlihat beberapa personel Satpol PP berjaga. Memang, mereka ikut memantau namun tidak mengganggu maupun menggusur lapak-lapak para PKL di lokasi tersebut.