Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Melihat Pameran Artefak Nabi Muhammad di Medan: Jenggot hingga Tongkat
28 Januari 2019 0:49 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Kota Medan mendapat kesempatan pertama kali di Indonesia menyelenggarakan pameran artefak Rasulullah dan para sahabat. Pameran itu digelar di Gedung Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) di Jalan Gatot Subroto, Kota Medan, Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
Sejak dibuka 11 Januari 2019 lalu, ribuan masyarakat berkunjung setiap harinya. Mereka antusias menyaksikan 41 benda peninggalan dari Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Mulai dari jenggot, sorban, tongkat, darah bekam, tapak kaki Nabi Muhammad, hingga kain kiswah Kakbah.
Selain itu tidak ketinggalan pula, pedang peninggalan Ali Bin Abu Thalib hingga Usman Bin Affan yang menghiasi pameran ini.
Masyarakat begitu merasa takjub dengan benda-benda bersejarah umat Islam itu. Misalnya saja saat menatap kain kiswah Kakbah, tak sedikit masyarakat yang menciumnya, seolah sedang berada di Makkah.
Bahkan adapula sebagian dari masyarakat yang setiap hari rela datang ke tempat itu lagi. Setiap masyarakat umum yang ingin melihat benda peninggalan Nabi Muhammad, harus merogoh kocek Rp 60 ribu untuk membeli tiket masuk.
ADVERTISEMENT
Para pengunjung yang hadir rata-rata didominasi orang tua yang mengajak anak-anak mereka, untuk mengenalkan sosok Rasulullah dan agama Islam.
Ketua panitia pameran, Syahbudi Mansa, menjelaskan kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Penawar Legenda Maju (PLM) Indonesia dan Dragon Heart SDN BHD Malaysia. Ia memastikan artefak yang dipamerkan asli dan berasal dari Turki, Yordania, Suriah , Arab Saudi, dan India.
"Barang-barang koleksi itu, merupakan aset warisan turun-temurun seorang profesor arkeologi asal Malaysia, bernama Haji Embong, yang telah memiliki sertifikat yang diakui dunia internasional soal peninggalan benda bersejarah itu," ujarnya di lokasi, Minggu (27/1).
Budi menuturkan kebanyakan pengunjung datang dari luar kota, seperti Aceh, Riau, bahkan beberapa kota di Pulau Jawa. Menurutnya, banyak masyarakat yang menangis terharu melihat benda-benda berserjarah itu.
ADVERTISEMENT
"Respons masyarakat sangat positif. Pengunjung sehari bisa seribu orang. Bahkan, di akhir pekan angkanya 1.500 orang. Kebanyakan mereka sering menangis dan terharu ada rasa spritual yang membuat mereka meneteskan air mata," ucapnya.
Selain itu, Budi memastikan benda-benda tersebut dijaga ketat oleh pihak intelegen, Bhabinkamtibmas, dan penjaga internal yang disediakan panitia agar masyarakat bisa dengan nyaman menyaksikan pameran itu.
"Penjagaan benda bersejarah itu tetap dilakukan dengan ketat," pungkasnya.