Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Melihat Para Pendekar Pagar Nusa Berlatih Bela Diri
21 Mei 2018 15:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Pada awal bulan Mei 2018 lalu, publik dihebohkan dengan tersebarnya video seorang remaja RA (16) yang tewas saat melakukan atraksi ekstrem ilmu bela diri dari Perguruan Pagar Nusa di MTS Al-Kholil NU di Berau, Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Diketahui RA meninggal dunia sesaat setelah tubuhnya dilindas mobil. Video tersebut lantas menjadi viral di media sosial.
Akibat kejadian itu pelatih Pagar Nusa di MTS Al-Kholil NU ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 Undang-Undang Perlindungan Anak dan Pasal 359 KUHP dengan ancaman 5 tahun penjara.
Lalu, apa itu Pagar Nusa dan apa saja latihan, dan persiapan yang diperlukan sebelum melakoni atraksi maut agar tidak terjadi kecelakaan?
Perguruan Pagar Nusa tersebar dari Sabang hingga Merauke. kumparan mendatangi salah satu lokasi bela diri Pagar Nusa di kantor PBNU Jakarta Pusat untuk melihat secara langsung para pendekar dan srikandi Pagar Nusa berlatih.
Seminggu tiga kali yakni pada hari Rabu, Jumat dan Minggu mereka mengasah kepiawaian jurus-jurus yang sudah maupun akan dipelajari.
ADVERTISEMENT
Latihan dilakukan selama 2 jam, mulai pukul 20.00 - 22.00 WIB. Sengaja diadakan malam hari, mengingat banyak anggota yang harus bekerja dan bersekolah pada pagi hingga sore hari.
Meski sibuk, mereka tetap menyempatkan diri untuk berlatih. Ibarat pisau, apabila tidak rajin diasah maka ilmu yang selama ini dipelajari akan 'tumpul' atau terlupakan.
Sudah setahun lebih, bela diri Pagar Nusa Jakarta Pusat ini didirikan. Hingga kini sudah ada lebih dari 200 anggota Pagar Nusa yang aktif mengikuti latihan.
Malam itu, ada sekitar 15 orang yang ikut berlatih. Semuanya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda namun didominasi oleh warga Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sesaat sebelum latihan di mulai, mereka berganti baju mengenakan seragam setelah warna hitam dengan sabuk hijau melingkar dipinggang dan logo Pagar Nusa NU melekat di dada kiri juga kanan. Cuaca malam itu sedang bersahabat, tidak hujan bahkan terlihat bintang menemani para pendekar dan skrikandi Pagar Nusa berlatih.
ADVERTISEMENT
"Kalau hari Minggu biasanya lebih banyak, ini karena masih pada kerja jadi sedikit. Latihan selalu kami awali dengan pernapasan terlebih dahulu," ujar Muhammad Saifi, pelatih Pagar Nusa saat ditemui kumparan pada Rabu (9/5).
"Pagar Nusa adalah pagarnya ulama dan bangsa, jadi disingkat Pagar Nusa. Filosofi tentang nama Pagar Nusa sendiri kan dibentuknya dari ulama, kumpulan ulama dari berbagai pesantren," lanjut pria yang akrab disapa Saifi.
Sementara itu, Saifi menyebut tujuan awal dibentuknya perguruan tinggi Pagar Nusa ialah sebagai benteng persatuan ulama juga sebagai bentuk keprihatinan karena sering terjadi perdebatan antara perguruan silat. Tidak ada syarat khusus bagi pada mereka yang tertarik mendalami bela diri Pagar Nusa.
"Syarat khusus masuk Pagar Nusa tidak ada, yang penting sehat rohani, jasmani, dan dia mau ikut latihan di sini, terbuka untuk umum, usia tidak ada batasnya," lanjut Saifi.
ADVERTISEMENT
Selain fisik yang sehat, dalam mendalami bela diri Pagar Nusa yang tidak kalah penting ialah niat tulus.
"Pagar Nusa mengedepankan selalu akhlakul karimah (akhlak baik dan terpuji), bagaimana muda menghormati yang tua, begitupun yang tua juga sebaliknya. Niat juga harus diluruskan, belajar Pagar Nusa untuk memberi manfaat bukan yang lainnya," tutur Saifi.
Menanggapi atraksi maut yang menewaskan seorang anggota Pagar Nusa di Berau, Saifi mengatakan dirinya tukut berduka.
Saifi bercerita, berdasarkan pengalamannya sebelum memulai melakukan atraksi ekstrem perlu dilakukan latihan keras juga puasa. Atraksi ekstrem tersebut meliputi mengupas kelapa menggunakan mulut, dilindas mobil hingga menusukkan benda tajam ke tubuh.
"Sebelumnya yang dilakukan pernapasan dulu. Ya harus ada puasa-puasanya, harus dipersiapakan pokonya. Pagar Nusa NU Jakarta tidak pernah kejadian sampai meninggal seperti itu," unggkap pria berusia 30 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga dikatakan oleh Muksirojudin, anggota Pagar Nusa yang sudah setahun lebih bergelut bela diri santri ini. Muksirojudin menyampaikan duka atas peristiwa nahas tersebut, meski begitu dia mengaku tidak gentar untuk terus mengikuti pelatihan Pagar Nusa.
"Kalau takut tidak sama sekali karena itu saya menyebutnya salah satu khazanah. Atraksi memang khasnya pagar nusa, tapi memang yang berani yang sudah belajar. Kayak kemarin hari pesatren di Cirebon banyak atraksi, selain berdoa tentu tadi kita wajib pemanasan," ujar pria asal Jawa Tengah tersebut.
Live Update