Melihat Penampakan Macan Tutul Jawa yang Terancam Punah di Gunung Ciremai

28 Desember 2024 13:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan Slamet Ramadhan, seekor macan tutul jantan bercorak kumbang yang dilepasliarkan pada 2019 di Taman Nasional Gunung Ciremai. Foto: Dok. Balai TNGC
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan Slamet Ramadhan, seekor macan tutul jantan bercorak kumbang yang dilepasliarkan pada 2019 di Taman Nasional Gunung Ciremai. Foto: Dok. Balai TNGC
ADVERTISEMENT
Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus), salah satu spesies kunci ekosistem yang terancam punah, terus menjadi fokus perlindungan di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
ADVERTISEMENT
Keberadaan Macan Tutul Jawa di kawasan ini berhasil terpantau oleh Balai TNGC sepanjang 2024.
Kepala Balai TNGC, Toni Anwar, menyampaikan bahwa pemantauan menggunakan kamera jebak telah mendeteksi keberadaan empat individu Macan Tutul Jawa, terdiri dari tiga individu asli (native) dan satu individu hasil introduksi.
Penampakan Slamet Ramadhan, seekor macan tutul jantan bercorak kumbang yang dilepasliarkan pada 2019 di Taman Nasional Gunung Ciremai. Foto: Dok. Balai TNGC
“Sebanyak tiga ekor individu asli yang terpantau terdiri dari dua ekor jantan bercorak hitam (kumbang) dan satu ekor jantan bercorak tutul terang. Sementara itu, individu hasil introduksi, yaitu Rasi, seekor betina bercorak tutul terang yang dilepasliarkan pada tahun 2022, terakhir terpantau pada bulan Juli 2024,” jelas Toni.
Namun, Toni menambahkan bahwa individu hasil introduksi lainnya, Slamet Ramadhan, seekor macan tutul jantan bercorak kumbang yang dilepasliarkan pada 2019, belum terdeteksi pada tahun 2024. Hewan itu terpantau pada April 2023.
ADVERTISEMENT
Pemantauan yang semakin meningkat berujung keberhasilan penampakan Macan Tutul Jawa adalah upaya Tim Monitoring Balai TNGC, masyarakat setempat, dan Yayasan SINTAS Indonesia.
Pemantauan ini juga didukung oleh program survei lanjutan “Javan Wild Leopard Survey” (JWLS) yang sedang berlangsung untuk menduga struktur populasi Macan Tutul Jawa secara menyeluruh di Pulau Jawa.
Toni menekankan pentingnya kerja sama dengan masyarakat mitra TNGC yang turut mendampingi kegiatan pemantauan dan memberikan informasi keberadaan Macan Tutul Jawa.
“Ini adalah bentuk komitmen bersama untuk melindungi satwa endemik yang dilindungi secara hukum ini, yang juga terdaftar dalam CITES Appendix I,” ujar Toni.

Pentingnya Kesadaran Pendaki

Toni mengingatkan para pendaki untuk tetap waspada dan mematuhi prosedur pendakian guna menjaga keamanan bersama.
ADVERTISEMENT
Pendaki diminta mengikuti waktu pendakian yang telah ditentukan (jam 07.00 s.d 11.00 WIB), menggunakan jalur resmi, menjaga kelestarian kawasan, dan segera melaporkan tanda-tanda keberadaan Macan Tutul Jawa kepada petugas.
“Untuk pendaki harus mentaati waktu pendakian tepat waktu, mengikuti jalur pendakian yang ditentukan, menjaga kelestarian kawasan dan melaporkan kepada petugas atau pengelola jalur pendakian apabila menemukan tanda-tanda keberadaan Macan Tutul Jawa tersebut,” imbau Toni.
Dengan populasi Macan Tutul Jawa yang terus menyusut akibat hilangnya habitat, perburuan liar, dan alih fungsi lahan, upaya pelestarian di kawasan TNGC menjadi salah satu harapan untuk keberlangsungan spesies ini.
Sebagai spesies kunci, keberadaan Macan Tutul Jawa di TNGC menunjukkan pentingnya konservasi di kawasan ini. Tantangan yang dihadapi, mulai dari ancaman habitat hingga konflik manusia-satwa, membutuhkan komitmen bersama untuk melestarikan spesies ini demi keberlanjutan ekosistem yang sehat.
ADVERTISEMENT