Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Melihat Pengolahan Sampah di RDF Rorotan Jakut yang Dikeluhkan Warga
25 Maret 2025 18:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
RDF (Refuse Derived Fuel) Rorotan, Jakarta Utara, didirikan pada Mei 2024 di lahan seluas 7,78 hektare. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta menggelontorkan dana lebih dari Rp 1,8 triliun untuk membangun teknologi pengolahan sampah ini.
ADVERTISEMENT
Namun, saat proses pengujian di bulan Februari, RDF Rorotan menuai protes dari warga sekitar karena mengeluarkan aroma busuk.
Sekitar area RDF dikelilingi kali dan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Sementara permukiman terdekat RDF Rorotan, yaitu perumahan Jakarta Garden City (JGC) Klaster Shinano, berjarak sekitar 800 meter dari lokasi RDF.
Dalam sehari, RDF Rorotan dapat menampung sekitar 2.500 ton sampah. Namun, semenjak menerima keluhan dari warga sekitar, RDF Rorotan belum dapat menampung sampah. Sedangkan sampah yang sebelumnya telah berada di RDF Rorotan dipindahkan ke TPST Bantar Gebang.
Sampah dari 16 Kecamatan Jakarta
Kepala Unit Pengolahan Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Agung Pujo Winarko menyebutkan, sampah-sampah yang diolah di RDF Rorotan berasal dari 16 kecamatan di Jakarta, di antaranya 6 kecamatan di Jakarta Utara, 6 kecamatan di Jakarta Timur, dan 4 kecamatan di Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
“RDF Rorotan melayani TPS (Tempat Penampungan Sementara) di 16 kecamatan [Jakarta]. Enam kecamatan di Jakarta Utara, enam kecamatan di Jakarta Timur seperti Cakung, Duren Sawit, Jatinegara. [Kemudian] empat kecamatan di Jakarta Pusat seperti Cempaka Putih,” tutur Agung di lokasi.
Sampah dari 16 kecamatan tersebut akan dibawa oleh truk-truk compactor ke Rorotan untuk diolah menjadi RDF. Selain truk compactor, Agung mengatakan, RDF Rorotan juga menyediakan truk air yang bertugas membersihkan sisa sampah yang tercecer di jalan.
“Ada dua truk air [yang berfungsi] untuk membersihkan jalan-jalan yang dilalui truk sampah,” tutur Agung.
Di RDF Rorotan, sampah-sampah tersebut disimpan di sebuah bunker. Terdapat tiga bunker sampah yang dilengkapi kipas berukuran raksasa guna mereduksi bau yang dihasilkan. Saat ini, ketiga bunker tersebut telah dikosongkan.
ADVERTISEMENT
Sampah yang tersimpan dalam bunker, kemudian dicacah dan dikeringkan untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif. Proses pencacahan ini menghasilkan uap panas yang belakangan ini dikeluhkan warga karena warnanya yang hitam pekat dan mencemari kualitas udara.
Baru Dilengkapi Satu Deodorizer
Saat ini, RDF Rorotan telah dilengkapi satu deodorizer yang bertugas untuk menghilangkan bau tidak sedap. Deodorizer tersebut diletakkan di sekitar area bunker.
Agung mengatakan, rencananya Pemprov Jakarta akan menambahkan kembali deodorizer di area produksi RDF, yang ditargetkan terpasang pada bulan Juli. Menurutnya butuh tiga deodorizer untuk dapat menghilangkan bau hingga perumahan warga.
“Deodorizer sudah ada tapi khusus untuk daerah bunker. Jadi yang ditambahkan [deodorizer] adalah area produksi. Saya sendiri belum tahu jumlahnya berapa, tapi [bagusnya] maksimal tiga deodorizer,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bisa Menghasilkan 875 Ton RDF
Agung mengatakan 2.500 ton sampah yang diterima setiap harinya bisa menghasilkan sekitar 875 ton RDF, yang kemudian hasilnya dibeli oleh Indocement. Waktu pengolahan sampah menjadi 875 ton RDF membutuhkan waktu kurang lebih 15 jam. Namun, kini proses produksi tersebut harus dihentikan untuk sementara waktu.
“[Sebelumnya] Sehari bisa produksi 2.500 ton sampah menjadi 875 ton RDF. Proses produksi 2.500 ton [sampah] jadi 875 ton RDF itu butuh waktu 15 jam,” pungkasnya.