Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Melihat Perubahan Sikap AS: Dulu Biden Dukung Ukraina, Kini Trump Memihak Rusia
25 Februari 2025 13:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Setelah tiga tahun perang Rusia-Ukraina, sikap Amerika Serikat terhadap konflik ini mulai mengalami perubahan.
ADVERTISEMENT
Di bawah kepemimpinan Joe Biden, AS menjadi pendukung utama Kiev dengan miliaran dolar bantuan militer dan dan dukungan diplomatik.
Kebijakan luar negeri AS kini berbalik arah.
Dengan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, Washington justru mengambil posisi yang lebih dekat dengan Moskow, memicu kekhawatiran di Eropa dan Ukraina.
Jika dulu Biden gencar menyebut Putin sebagai ancaman global, kini Trump justru menolak mengutuk agresi Rusia dan mendesak Kiev untuk segera bernegosiasi.
Biden Dorong Dukungan Penuh untuk Ukraina
Saat masih menjabat sebagai Presiden AS, Joe Biden mendorong bantuan besar-besaran untuk Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.
Di bawah kepemimpinannya, AS mengalokasikan sekitar USD174 miliar untuk mendukung Kiev di medan perang, termasuk persenjataan canggih seperti rudal jarak jauh ATACMS dan ranjau darat antipersonel.
ADVERTISEMENT
Pemerintahan Biden juga aktif melobi sekutu NATO agar tetap mendukung Ukraina.
Dalam beberapa bulan terakhir sebelum lengser, Gedung Putih berupaya mempercepat pengiriman bantuan militer terakhir senilai USD 6 miliar agar Ukraina bisa mempertahankan posisinya di medan perang sebelum kepemimpinan AS berganti.
Biden bersikeras bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin adalah ancaman bagi stabilitas global.
Dalam debat capres 2024, ia menyebut Putin sebagai “penjahat perang” yang tidak akan berhenti hanya di Ukraina.
“Jika dia berhasil di Ukraina, dia akan menyerang negara-negara lain di Eropa,” kata Biden.
Namun, di tengah perang yang semakin berlarut-larut, posisi AS terhadap Ukraina mengalami perubahan.
Pada akhir 2024, Biden mulai melonggarkan batasan terhadap Ukraina, termasuk "mengizinkan" Kiev menyerang wilayah Rusia dengan persenjataan AS.
ADVERTISEMENT
Langkah ini terjadi saat Moskow terus memperkuat posisinya dan Biden menghadapi tekanan politik di dalam negeri menjelang pergantian pemerintahan.
Sikap Pro-Rusia Trump
Setelah kembali ke Gedung Putih, Trump mengambil sikap yang berbeda drastis.
Yang terbaru, AS menentang resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, bergabung dengan Rusia, Korea Utara, dan Belarusia dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB.
Sikap ini bahkan menimbulkan kecaman di dalam negeri. Senator Demokrat Sheldon Whitehouse menyebutnya sebagai “pengkhianatan terhadap aliansi yang telah menjaga keamanan Amerika sejak Perang Dunia II”.
Namun, lebih dari sebulan pasca-pelantikannya, Trump belum menunjukkan tanda-tanda akan mendukung Ukraina.
Ia malah sempat menyebut Zelensky sebagai “diktator” karena tidak menggelar pemilu di tengah darurat militer.
ADVERTISEMENT
Presiden 78 tahun itu juga menuduh Kiev yang memulai perang dan mendesak Zelensky untuk segera bernegosiasi atau “kehilangan negaranya”.
Merespons berbagai serangan itu, Zelensky menyebut Trump terjebak dalam “ruang disinformasi” Rusia.
Di Eropa, kekhawatiran pun meningkat.
Kanselir lama Jerman Olaf Scholz menegaskan, meskipun Rusia “mungkin mendapat telinga terbuka di Gedung Putih,” agresinya tetap tidak bisa dilegitimasi.
Sebagai respons, Uni Eropa dan Inggris menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia, menargetkan ekspor aluminium dan jaringan kapal bayangan yang digunakan untuk menghindari embargo.
Inggris juga menambahkan sanksi terhadap pejabat Korea Utara yang diduga mengirim lebih dari 11.000 tentara ke Rusia.
Memperingati tiga tahun invasi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumpulkan pemimpin dunia di Kiev.
Ia menegaskan negaranya tetap bertahan dan berharap perang bisa berakhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Di tengah perubahan sikap AS, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dijadwalkan bertemu Trump pekan ini untuk membahas arah kebijakan Washington yang semakin menjauh dari Ukraina dan sekutu-sekutunya.