Melihat Rumah-rumah Mewah Juragan Bakso di Wonogiri

16 Desember 2023 18:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dua rumah gedong saling berdampingan di Desa Bubakan, Wonogiri. Rumah-rumah ini milik pedagang bakso yang merantau. Dok: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dua rumah gedong saling berdampingan di Desa Bubakan, Wonogiri. Rumah-rumah ini milik pedagang bakso yang merantau. Dok: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hawa dingin menyelimuti Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa pagi (12/12).
ADVERTISEMENT
Desa itu terletak jauh dari pusat keramaian pusat Kota Wonogiri, Jawa Tengah. Dari kejauhan terlihat bangunan gedung bertingkat berjejer di lereng Gunung Lawu bagian selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Bak homestay yang ada di tempat wisata. Desa ini dikenal sebagai desa kampung elite atau kampung mewah juragan bakso yang sukses di tempat perantauan.
Rumah gedong di Desa Bubakan, Wonogiri, milik pedagang bakso. Dok: kumparan
kumparan mencoba menelusuri jalan kampung sampai akhirnya melihat rumah mewah para juragan bakso itu. Rumah mewah yang ada di Desa Bubakan tak semua ada penghuninya dan tertutup rapat ditinggal merantau pemiliknya berjualan bakso.
Seperti kampung mati. Hanya ada aktivitas warga yang bekerja sebagai petani keluar masuk desa.
Salah satu warga mempersilakan kumparan masuk ke rumah mewah itu melihat isi dalam rumah lantai satu dengan keramik dan granit mahal. Rumah itu tampak menonjol layaknya istana. Di samping dan depan, juga ada dua rumah mewah lantai dua dengan tipe sama.
ADVERTISEMENT
Ketiga rumah itu ternyata satu keluarga juragan bakso yang sukses merantau berjualan bakso di Kalimantan dan Singaraja, Buleleng, Bali.
Rumah dua lantai besar di Desa Bubakan, Wonogiri, milik pedagang bakso. Dok: kumparan
Namun, ketika kumparan mencoba mewawancarai penghuni rumah mewah juragan bakso itu, mereka menolak tanpa alasan. Bahkan, belasan orang yang ditemui, juga menolak untuk diwawancarai.
Sementara itu, keluarga juragan bakso lainnya, Sri Yanti (45), warga Dukuh Sikalas, RT 05/RW 02, Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, berbincang dengan kumparan soal fenomena rumah gedong para juragan bakso di daerahnya itu.
Dia senang melihat tetangganya yang membangun rumah bertingkat setelah sukses jualan bakso.
“Senang punya tetangga sukses jualan bakso. Mereka jualan ada yang di Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Papua. Mereka perantau, jualan tidak tentu, ada yang baru tiga bulan, satu tahun hingga lima bulan juga ada,” kata Yanti pada kumparan.
Rumah salah satu pemilik bakso di Desa Bubakan, Wonogiri, Jawa Tengah. Dok: kumparan
Suami Yati juga berjualan bakso keliling di Kecamatan Pasar Muara Bungo, Jambi, sejak 2017. Sebelum berjualan bakso, bekerja di pabrik konfeksi sebagai penjahit.
ADVERTISEMENT
“Karena usia sudah tua, kontrak tidak diperpanjang. Akhirnya jualan bakso. Jualan sendiri, bakso keliling di Jambi,” katanya.
Dia mengatakan suaminya pulang kampung terakhir kali empat bulan lalu. Awal mula bisa berjualan bakso belajar dari keluarga suami, yang kebetulan juga juragan bakso.
Suasana Desa Bubakan, Wonogiri. Dok: kumparan
“Bisa masak bakso belajar sama saudara kakak suami, yang juga jualan bakso. Suami jarang pulang karena sibuk jualan bakso,” kata dia.
Dia mengaku ekonomi keluarga meningkat setelah sukses merantau berjualan bakso. Uang hasil jualan bakso buat renovasi rumah dan mencukupi kebutuhan keluarga.
“Ekonomi keluarga meningkat, lumayan dari pada dulu (kerja konfeksi) mendingan sekarang (jualan bakso). Uang hasil jualan bakso buat renovasi rumah, buat kebutuhan sehari-hari dan membiayai anak sekolah,” papar dia.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan dulunya kondisi rumah berlantai tanah. Sekarang direnovasi menjadi dua lantai.
“Dulu lantai rumah tanah, renovasi rumah bertahap. Yang lain rumahnya ada yang bertingkat. Ya disyukuri saja, Alhamdulilah,” ujar dia.
Yanti ini berbeda dengan para juragan bakso lain di daerah situ yang rumahnya gedong. Rumah Yanti terbilang cukup sederhana kalau dibandingkan dengan rumah-rumah juragan bakso lainnya.

60 Persen Warga Desa Jualan Bakso

Pemerintah Desa Bubakan mencatat sebanyak 60 persen warga merupakan perantau. Mereka mulai berjualan bakso dan jamu tradisional.
Sekretaris Desa (Sekdes) Desa Bubakan, Suparto, mengatakan total terdapat 10 dusun di desanya. Dukuh tersebut, yakni Bubakan, Sikalas, Jamuran, Candirejo, Buling, Tempel, Siroto, Kutukan, Petung, dan Banyuwadang.
Sekdes Bubakan menanggapi soal kampung miliarder di Wonogiri. Foto: Dok. kumparan
“Desa Bubakan terdapat 10 dusun. Total warga yang merantau jualan bakso dan jamu sebanyak 60 persen. Sisanya petai di desa,” ujar Suparto.
ADVERTISEMENT
Dikatakannya, dari 60 persen warga yang merantau tersebut, yang sukses hanya 10 persen. Warga yang sukses jualan bakso membangun rumah mewah banyak ditemukan di Dusun Jamuran.
“Paling banyak rumah mewah juragan bakso ada di Dusun Jamuran. Kalau di Sikalas hanya ada empat atau lima rumah itu yang memang menonjol,” kata dia.
Dia mengatakan warga yang sukses merantau mulai membangun rumah mewah sejak 2010. Mereka juga membeli rumah mewah di lokasi perantauan.
“Mereka sukses di perantauan jualan bakso dan jamu gendong,” kata dia.
Dia menjelaskan mereka kebanyakan merantau jualan bakso di Bali, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, Timika, dan lainnya. Untuk warga Dusun Bubakan banyak merantau di Papua dan Kalimantan.
Ia mengaku dampak warga sukses merantau jualan bakso, kata dia, mereka ikut membantu menyumbang membangunkan fasum kampung seperti jalan dan membangun masjid.
ADVERTISEMENT
“Jadi warga kita itu kalau yang sukses pembangunan setiap masjid di lingkungan sendiri. Juga mengurangi pengangguran karena banyak merekrut karyawan dari warga setempat,” ujar dia.

Menolak Disebut Kampung Miliarder

Suparto menolak Desa Bubakan disebut sebagai kampung miliarder. Hal itu didasari karena masih terdapat lokasi kumuh di desanya.
“Dibilang kampung miliarder salah besar. Saya tolak. Tidak rela. Kampung disini masih kumuh. Belum tertata rapi. Sangat tidak tepat (kampung miliarder),” ujar Suparto.
Dia mengatakan di Desa Bubakan masih banyak rumah yang biasa. Ia pun sangat menolak sebutan kampung miliarder.
“Mereka warga membangun rumah bagus pinjam bank. Mobil mewah juga beli dari pinjaman bank lebih murah. Misal ajukan KUR ke bank, uang buat beli mobil,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan total di Desa Bubakan terdapat 1.300 KK dan 4.600 jiwa. Dengan banyaknya warga sukses merantau jualan bakso, ekonomi desa ikut terkerek.
“Warga yang jadi petani di desa juga sukses karena kondisi alam mendukung. Air juga melimpah untuk pertanian,” kata dia.