Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim sempat menolak keras permintaan Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob yang menginginkan bahasa Melayu jadi sebagai bahasa pengantar ASEAN.
ADVERTISEMENT
Menurut Nadiem, bahasa Indonesia lebih layak dikedepankan sebagai bahasa pengantar di organisasi negara-negara Asia Tenggara tersebut.
“Dengan semua keunggulan yang dimiliki bahasa Indonesia dari aspek historis, hukum, dan linguistik, serta bagaimana bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang diakui secara internasional, sudah selayaknya bahasa Indonesia duduk di posisi terdepan, dan jika memungkinkan menjadi bahasa pengantar untuk pertemuan-pertemuan resmi ASEAN,” kata Nadiem.
Sementara, menurut PM Ismail bahasa Melayu menjadi rumpun dari banyak bahasa di Asia Tenggara dan lebih pantas dijadikan sebagai bahasa pengantar kedua ASEAN setelah bahasa Inggris.
Lantas, bagaimana dengan data penutur bahasa Melayu di kawasan Asia Tenggara?
Berdasarkan data dari worldmapper.org, jumlah penutur bahasa Melayu di kawasan Asia Tenggara per 2005 tercatat sebanyak 30 juta orang. Jumlah tersebut tersebar di 7 negara di kawasan Asia Tenggara. Mulai dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei, Myanmar, hingga Kamboja.
ADVERTISEMENT
Jajat Burhanudin, dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Arus Sejarah Indonesia, melihat penggunaan bahasa Melayu yang semakin populer di kawasan Asia Tenggara terjadi saat Kerajaan Sriwijaya runtuh. Era kesultanan Samudra Pasai jadi saksi perjalanan bahasa Melayu di kawasan ASEAN saat ini.
Aktivitas dagang pada era Samudera Pasai yang mempertemukan mitra perdagangan dari Arab dan Persia, menjadi peranan yang penting dalam melihat perkembangan bahasa Melayu .
Seiring berjalannya waktu, Semenanjung Malaya semakin disibukkan dengan aktivitas perdagangan dari pulau ke pulau. Pada abad ke-15 hingga ke-17, bahasa Melayu sudah menjadi basantara. Basantara atau yang dikenal juga dengan lingua franca merupakan istilah linguistik yang artinya adalah 'bahasa pengantar' atau 'bahasa pergaulan' di suatu tempat.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahasa Melayu semakin mapan digunakan di berbagai negara, termasuk Vietnam , Kamboja, dan Filipina. Akhirnya, bahasa Melayu mulai mempengaruhi bahasa-bahasa lokal yang tersebar di kawasan Asia Tenggara.
Anthony Reid (2014) dalam bukunya berjudul Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I, menceritakan masuknya ratusan kata-kata Melayu, kemudian diserap dalam bahasa-bahasa lokal wilayah Vietnam hingga Kamboja.
Reid menyebut, dunia perdagangan dan teknologi menjadi saksi bisu penggunaan kata-kata Melayu yang semakin populer untuk berkomunikasi. Di pusat niaga Kamboja , misalnya, kosakata Melayu digunakan untuk menunjukkan wilayah tersebut sebagai kampong. Kemudian, orang Vietnam mengenal kosakata Melayu, cu-lao dari kata Melayu, pulau.
Dari perjalanan sejarah singkat tentang masuknya bahasa Melayu di Asia Tenggara, Indonesia ternyata berada di urutan pertama sebagai penutur bahasa Melayu paling banyak di antara deretan negara di atas. Jumlah penutur bahasa Melayu di Indonesia mencapai 17.449.929 orang.
ADVERTISEMENT
Di berbagai daerah di Sumatera dan Kalimantan, memang banyak orang etnis Melayu Indonesia yang menggunakan bahasa Melayu di samping bahasa Indonesia.
Dialek Melayu yang paling umum digunakan di kalangan Melayu Indonesia adalah Melayu Palembang, Melayu Jambi, Melayu Bengkulu, dan dialek Banjar.
Sementara, di posisi kedua terdapat Malaysia dengan jumlah penutur bahasa Melayu sebanyak 10.552.001. Di urutan ke-3, negara Thailand memiliki jumlah penutur mencapai 2.771.178.
Kemudian, jumlah penutur bahasa Melayu di bawah 1 juta orang, terdapat Singapura dengan total hanya 517.811 penutur, Brunei berada di posisi ke-5 dengan jumlah penutur 197.410. Di urutan kedua terakhir terdapat Myanmar dengan jumlah penutur hanya 21.554 dan Kamboja tercatat menjadi penutur bahasa Melayu paling sedikit, yakni 4.992 orang.
ADVERTISEMENT