Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Melihat Sekolah Sekaligus 'Rumah' untuk Siswa Etnis Minoritas di Yunnan, China
16 November 2024 1:44 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
China merupakan rumah dari 55 etnis minoritas yang diakui negara. Diketahui, etnis mayoritas di China adalah etnis Han. Etnis minoritas lebih banyak tinggal di provinsi di luar kota besar seperti Beijing dan Shanghai.
ADVERTISEMENT
Jika ada etnis minoritas yang terkonsentrasi tinggal di satu tempat, pemerintah akan memberikan mereka daerah otonomi khusus sesuai dengan etnis mereka. Provinsi Yunnan merupakan salah satu provinsi yang menjadi ‘rumah’ bagi banyak etnis minoritas. Bahkan, mayoritas penduduk di provinsi Yunnan adalah mereka yang berasal dari etnis minoritas.
Di provinsi Yunnan, ada satu sekolah yang muridnya berasal dari 17 kelompok etnis minoritas. Sekolah itu bernama China-Equatorial Guinea Friendship Primary School. Sekolah ini berdiri sejak April 1918 dan saat ini memiliki total 2.118 siswa, yang 1.536 di antaranya merupakan siswa dari etnis minoritas seperti Miao, Yao, Dai, Han, Lahu, dan Blang.
Saat kumparan dan jurnalis Asia Pasifik berkunjung ke sekolah ini pada Kamis (7/11), terlihat bahwa sekolah ini mengedepankan keberagaman etnis minoritas para siswanya.
ADVERTISEMENT
“Setiap lantai didesain untuk menampilkan kaligrafi, lukisan, hingga memamerkan kebudayaan dari berbagai kelompok etnis,” kata salah satu guru yang menjadi pemandu jurnalis Asia Pasifik.
Selain fokus pada keberagaman kebudayaan kelompok etnis, sekolah ini juga secara aktif berkontribusi pada proyek ekologi dan lingkungan hidup. Sekolah ini juga memiliki banyak klub kebudayaan.
“Dengan lebih dari 50 klub dansa dan kesenian, suasana budaya yang ‘mari menampilkan budaya di mana saja dan membuat orang-orang merasa diterima di mana saja’ telah dibudidayakan,” tuturnya.
Sekolah ini pun memiliki tiga tema kebudayaan utama, yaitu Kebudayaan Patriotik, Kebudayaan Kupu-kupu, dan Kebudayaan Grup Etnis. Setiap tema memiliki ruangan masing-masing yang memajang karya siswa yang sesuai dengan tiga tema kebudayaan sekolah.
ADVERTISEMENT
“Selain fokus pada unsur budaya, sekolah juga menekankan pengembangan budaya yang dinamis. Lebih dari 50 klub telah didirikan, seperti paduan suara, musik, kaligrafi dan lukisan, kerajinan tangan, tari, dan lainnya. Ini menciptakan suasana yang semarak di mana ‘budaya hidup di setiap sudut dan pendidikan tumbuh subur di mana-mana’,” jelasnya.
Hal lainnya yang menarik adalah sekolah ini menjadi simbol hubungan diplomatik antara China dan Equatorial Guinea. Presiden Equatorial Guinea di tahun 2015, Obiang, mengunjungi sekolah ini dan berdonasi sebesar 4,9 miliar RMB untuk membangun fasilitas belajar mengajar.
“Bangunan ini tidak hanya menjadi simbol persahabatan kedua negara, tapi juga jembatan yang menghubungkan masyarakat China dan Afrika. Ini sepenuhnya mewujudkan keluasan pikiran kedua negara yang saling menghargai perdamaian, persatuan, saling mendukung, dan berkomitmen untuk membangun masa depan bersama bagi umat manusia,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT