Melihat Situasi di Singapura dan Malaysia Usai Masuknya Delta Plus AY.4.2

10 November 2021 18:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penumpang menggunakan masker saat tiba di Bandara  di Singapura. Foto: Edgar Su/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang menggunakan masker saat tiba di Bandara di Singapura. Foto: Edgar Su/REUTERS
ADVERTISEMENT
Dua negara tetangga Indonesia, Singapura dan Malaysia, mendeteksi kasus pertama virus corona Delta Plus AY.4.2. Subvarian yang sudah bermutasi ini dikhawatirkan lebih menular dibandingkan varian Delta.
ADVERTISEMENT
Lalu, dengan masuknya varian ini, bagaimana situasi kedua negara tersebut? Sekretaris 3 Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Singapura, Gayatri Marisca, memaparkan kondisi di Negara Singa saat ini.
“Kalau Singapura in general saya melihat, dari varian barunya ini tidak ada pengaruh. Penambahan kasus stabil di sekitar 2.000 kasus, 3.000 kasus. Jadi, sejak pengumuman [soal Delta Plus] dari MoH (Kementerian Kesehatan Singapura) saya tidak melihat ada dampak besar ke jumlah kasus,” jelas Gayatri ketika dihubungi kumparan, Rabu (10/11).
Ia mengatakan, justru sekarang Pemerintah Singapura melonggarkan sejumlah aturan pembatasan.
Warga berjalan dan jogging di sepanjang penghubung taman di Marina Bay East, Singapura. Foto: ROSLAN RAHMAN / AFP
Contohnya, warga Singapura sebelumnya hanya boleh makan maksimal dua orang di ruang publik, kini diizinkan hingga lima orang.
“Jadi kami melihatnya, mungkin Pemerintah Singapura merasa penambahan kasus bisa ditangani dengan baik dan sepertinya varian ini tidak memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap penambahan kasus,” lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Gayatri mengakui, penambahan kasus saat ini tampak “mengerikan”, terlebih bagi negara dengan jumlah penduduk kecil seperti Singapura. Jumlah pasien di ICU pun juga bertambah, bersamaan dengan meningkatnya kasus keseluruhan.
“Tapi kalau dilihat secara umum, 85% penduduk Singapura sudah fully vaccinated, booster juga sudah dimulai. Kasus harian yang tinggi itu 98%-nya hanya mild symptoms (bergejala ringan). Seperti kena flu biasa, demam sedikit, batuk, pilek, istirahat di rumah beberapa hari, lalu tes lagi. Kalau negatif, ya, that’s it. Memang sekilas mengerikan, tapi pemerintah bisa mengontrol,” ujarnya.
Warga berjalan dan jogging di sepanjang penghubung taman di Marina Bay East, Singapura. Foto: ROSLAN RAHMAN / AFP
Saat ini, kasus COVID-19 di Singapura mulai menunjukkan penurunan.
Menurut data dari Worldometers.info, jumlah kasus dalam satu pekan terakhir ini menurun 21% dibandingkan dengan satu pekan sebelumnya. Namun, dalam periode waktu yang sama, kematian meningkat 2%.
ADVERTISEMENT
Dengan tingginya angka vaksinasi Singapura, banyak kasus positif COVID-19 yang ternyata tidak bergejala atau bergejala ringan. Angkanya mencapai 98,7% dalam 28 hari terakhir.
Kementerian Kesehatan Singapura mengabarkan soal kasus impor varian Delta Plus AY.4.2 pada 28 Oktober lalu. Tidak dijelaskan lebih lanjut perihal kasus tersebut.

Situasi di Malaysia

Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya KBRI Kuala Lumpur, Yoshi Iskandar, mengatakan Kementerian Kesehatan Malaysia telah mengumumkan soal penemuan Delta Plus beberapa hari yang lalu.
Petugas memberikan vaksin corona Sinovac kepada warga di Sabak Bernam, Malaysia. Foto: Lim Huey Teng/REUTERS
“Dan dari Pemerintah Malaysia juga melakukan upaya, karena menurut keterangan dari Pemerintah Malaysia, pemberian vaksin ini cukup efektif terhadap varian baru, varian Delta Plus ini,” ujar Yoshi kepada kumparan, Rabu (10/11).
Meski begitu, pemerintah setempat juga melakukan peningkatan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara, seperti di bandara.
ADVERTISEMENT
Malaysia juga masih menerapkan karantina selama 5 hari bagi pendatang, dengan dua kali PCR: saat ketibaan dan di hari kelima.
Dua kasus Delta Plus AY.4.2 ini teridentifikasi pada 7 Oktober lalu. Keduanya adalah pelajar yang baru pulang dari Inggris. Pemerintah Malaysia mengumumkan kabar ini pada Sabtu (6/11) lalu.
Kasus di Malaysia menunjukkan penurunan sejak puncaknya pada Agustus lalu. Dengan terdeteksinya kasus varian Delta Plus ini, tidak ada peningkatan kasus yang signifikan. Salah satu faktornya adalah vaksinasi yang tinggi.
Cara berbagai negara hadapi pandemi corona Foto: REUTERS
“Nah, untuk vaksin, mengapa bisa turun [kasusnya] karena dari vaksinasi dari Pemerintah Malaysia itu cukup masif. Hingga saat ini vaksin lengkap untuk dewasa sudah mencapai 94,2%. Kalau untuk remaja dan anak itu sudah mencapai 76%. Kelihatan bahwa pemberian vaksin itu sudah cukup efektif untuk menurunkan paparan COVID-19 di Malaysia,” jelas Yoshi.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kasus harian di Negeri Jiran itu memang menunjukkan penurunan, pun dengan kematian, perawatan di rumah sakit, dan perawatan di ruang perawatan intensif (ICU).
Dalam sepekan terakhir, terjadi penurunan kasus COVID-19 Malaysia sebesar 11%, jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Sedangkan kematian menurun hingga 19%.
Yoshi mendeskripsikan kehidupan di Malaysia sebagai “hampir normal.”
Warga di Malaysia sudah mulai bisa beraktivitas, meskipun dilengkapi dengan protokol kesehatan ketat seperti masker dan penggunaan aplikasi tracing MySejahtera.
“[Sekarang] lebih banyak kasusnya mild (gejala ringan), mungkin dengan sudah tingginya vaksinasi, sehingga untuk kasus-kasus berat juga semakin berkurang,” tutupnya.