Melihat Tempat 'Sulap' Sampah Jadi Pupuk Kompos untuk Warga Surabaya

9 September 2024 15:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas pengolahan sampah di Pusat Daur Ulang (PDU) Sampah Jambangan, Surabaya. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pengolahan sampah di Pusat Daur Ulang (PDU) Sampah Jambangan, Surabaya. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
ADVERTISEMENT
Sampah organik atau sisa makanan ternyata bisa menguntungkan bagi masyarakat maupun tanaman.
ADVERTISEMENT
Itulah yang dilakukan Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan setiap hari. PDU itu mampu menyulap sampah warga Kelurahan Jambangan, Surabaya, menjadi pupuk kompos.
Pengawas PDU Jambangan, Hadi Waskito menjelaskan, sebelumnya sampah organik diolah menjadi kompos, PDU Jambangan akan melakukan sejumlah proses.
Sampah yang masuk di PDU Jambangan itu awalnya ditimbang dan dibongkar. Kemudian, sejumlah petugas akan memilah jenis sampah organik, non-organik serta residu.
Apabila sampah organik sudah terpilah, maka proses awal yakni pencacahan sampah organik.
"Organik itu nanti kita cacah. Hasil pencacahan organik kita jadikan kompos, kita masukkan ke proses pengomposan," kata Hadi kepada kumparan.
Proses pengomposan sampah organik di PDU Jambangan membutuhkan waktu selama satu bulan.
Aktivitas pengolahan sampah di Pusat Daur Ulang (PDU) Sampah Jambangan, Surabaya. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan

Gratis untuk warga

Setelah itu, sampah organik yang telah dikompos itu akan diayak oleh tujuh orang dan siap didistribusikan kepada warga maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Hasil pengayakan dari kompos tadi kita biasanya distribusikan ke taman-taman yang ada di Surabaya. Atau untuk warga yang ber-KTP Surabaya kita gratiskan untuk mengambil kompos," jelasnya.
Meski digratiskan, kata Hadi, pihaknya akan membatasi maksimal tiga karung bagi warga yang ingin mengambil kompos.
"Karena untuk kebutuhan taman yang ada di rumah biasanya kan tidak terlalu banyak juga," ungkapnya.
Aktivitas pengolahan sampah di Pusat Daur Ulang (PDU) Sampah Jambangan, Surabaya. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
Selain individu, kelompok warga RT atau RW juga bisa mengambil kompos di PDU Jambangan untuk kebutuhan taman di wilayahnya. Namun, pengambilan kompos itu harus disertai surat izin dari RT atau RW setempat.
"Jadi ada izin dari RT/RW setempat kita taruh di Dinas Lingkungan Hidup, baru nanti kita tindak lanjuti untuk pengiriman. Dan kita gratiskan," terangnya.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana dengan bau dalam proses pengomposan?
Koordinator PDU Jambangan/Rumah Kompos dan TPS3R Surabaya, Dwijo Warsito menjelaskan bahwa PDU Jambangan mempunyai teknik untuk menjaga bau agar tak mengganggu warga sekitar.
"Jadi sampah dari dalam itu kan kandungan air nya sangat banyak. Sebelum kita tumpuk di sini atau kita olah kompos, bawahnya kita kasih sampah setengah jadi atau kompos setengah jadi," jelas Warsito.
Setelah itu, sampah pengomposan yang masih basah ditaruh di atas kompos setengah jadi itu. Kemudian, di atasnya dikasih lagi tumpukan sampah cacahan daun kering.
"Kenapa kita menggunakan teknik itu? Jadi air lindi yang keluar dari sampah organik yang kebanyakan sampah dapur, biar turun air lindinya ditampung di sampah atau kompos setengah jadi," bebernya.
Aktivitas pengolahan sampah di Pusat Daur Ulang (PDU) Sampah Jambangan, Surabaya. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparan
"Otomatis kalau sudah di situ, otomatis tidak meluber ke sana kemari. Terus atasnya kita kasih cacahan tumpukan daun supaya kita bisa memutus mata rantai kehidupan metamorfosis lalat," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dengan teknik itu, lalat akhirnya tidak bisa masuk karena ada tumpukan cacahan daun kering.
Selain itu, cacahan daun itu juga berfungsi menahan bau tidak menyebar ke mana-mana.
"Terus kita perbanyak pagar hidup. Kayak tak kasih bambu itu muter. Biar apa? Bau sampahnya tidak sampai keluar ke mana-mana. Rata-rata di TPS3R tak kasih pagar hidup tumbuh-tumbuhan," ujarnya.
Di PDU Jambangan, terdapat pohon bambu taman yang mengelilingi kawasan tersebut.
Warsito mengatakan, alasan pihaknya menanam pohon bambu karena pertumbuhannya rata dan tinggi. Sehingga bau sampah pun tak sampai ke warga di sekitar PDU Jambangan.
"Ini saja alhamdulillah perumahan yang ada di sini kita tidak pernah di komplain. Yang penting kita bisa mengendalikan baunya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi setiap hari kita kerjakan harus habis. Kalau nggak habis khawatirnya baunya menguap ke mana-mana," tambah dia.