Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.0
Melihat Tradisi Masyarakat Jelang Ramadan di Berbagai Daerah
28 Februari 2025 8:38 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Sejumlah masyarakat di Indonesia menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Ada beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat menjelang bulan puasa ini.
ADVERTISEMENT
Berikut kumparan merangkumnya:
Keramas Bareng di Sungai Cisadane
Warga yang berada di Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, menggelar keramas bareng di bantaran Sungai Cisadane, Tangerang, Kamis, (27/2).
Keramas bareng ini adalah tradisi tahunan yang dilakukan warga Tangerang, khususnya yang bertempat tinggal bantaran Sungai Cisadane dengan makna menyucikan diri sebelum berpuasa di bulan ramadan.
Ratusan warga dari berbagai usia pun berkumpul di Kampung Bekelir, Sungai Cisadane dengan semangat kebersamaan untuk melakukan keramas bareng. Mereka pun juga membawa sejumlah peralatan seperti sampo dan bersama-sama membersihkan diri dengan langsung berenang di pinggiran sungai atau menggunakan gayung.
Lurah Babakan, M. Ali Furqon mengungkapkan, Keramas Bareng adalah tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Kota Tangerang. Yakni, tradisi yang diwariskan oleh leluhur dalam menyambut Ramadan. Aktivitas ini menjadi simbol kebersihan dan persiapan diri yang menyeluruh menjelang Ramadan dan juga untuk membangun keharmonisan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Selain untuk menyambut Ramadan, tradisi Keramas Bareng memiliki nilai-nilai moral seperti menyucikan diri, jiwa dan fisik umat muslim sebelum menjalani ibadah puasa," katanya.
Bukan hanya itu, kegiatan Keramas Bareng di Sungai Cisadane tengah diajukan Pemkot Tangerang melalui Disbudpar Kota Tangerang, sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kepada Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Anak Muda di Bali Bersihkan Musala Telantar Sambut Ramadan
Tumpukan debu, kerak lumut, dan udara pengap di musala yang terletak di kawasan Driving Range Bali, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, tak membuat Ricky Brahmana patah semangat.
Dia bersama dua temannya, M. Haris dan M. Suhadak, membulatkan tekad dengan tulus nan ikhlas membersihkan musala demi kenyamanan umat Islam beribadah selama bulan suci Ramadan 1446 H.
ADVERTISEMENT
"Pada bulan Ramadan biasanya kegiatan di masjid atau musala full dari malam sampai subuh. Untuk sahur ada acara berbuka dan malam ada salat Tarawih sehingga masjid harus memiliki tampilan baik dan nyaman," katanya kepada wartawan, Kamis (27/2).
Gedung musala memiliki luas sekitar 5x5 meter itu dicat warna putih. Sebagian dindingnya menjadi hitam karena debu. Atapnya sebagian keropos dan lantai jebol.
Lantai dan dinding pada bagian tempat wudu juga ikut menjadi hitam karena dipenuhi tanah. Bangunan musala ini tampak tak terawat dan telantar.
Ricky mengatakan, musala ini tak terawat karena lokasinya yang sepi pengunjung dan berada di paling ujung kawasan area bandara. Musala ini dibangun untuk pengunjung yang bermain golf, karyawan atau sopir-sopir sekitar bandara.
Ricky membersihkan musala ini atas permintaan dari salah satu pengunjung yang kaget melihat kondisi musala. Pengunjung berharap musala ini bisa dibersihkan sehingga menjadi tempat nyaman untuk beribadah.
ADVERTISEMENT
Ricky dan kedua temannya membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk membuat gedung kembali menjadi bersih nan nyaman. Dinding dan lantai musala bersih dari debu dan tanah.
Tradisi Nyekar Jelang Ramadan
Menjelang bulan Ramadan, masyarakat biasanya melakukan ziarah atau nyekar ke makam. Pemandangan ini juga bisa dilihat di Kompleks Makam Ngagel Rejo, Surabaya.
Para pezirah berbondong-bondong datang ke makam tersebut. Mereka biasanya membeli bunga untuk ditabur ke makam. Hal itu menjadi rezeki tersendiri bagi penjual bunga, termasuk Jayati (65 tahun). Ia telah menjual bunga sejak 15 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Mulai hari Minggu sampai sekarang ramai terus puncaknya Jumat. Setiap tahun jual di sini. Sudah 15 tahun jualan," kata Jayati di Makam Ngagel Rejo, Kamis (27/2).
ADVERTISEMENT
Jayati bisa menjual 100 bungkus bunga setiap harinya. Satu bungkus bunga ia jual dengan harga Rp 5 sampai Rp 10 ribu.
Hal tersebut juga dirasakan oleh penjual bunga lainnya, Lilin Retno (40 tahun) warga Menganti, Surabaya.
Ia mendapat berkah menjelang bulan suci Ramadan. Lilin sendiri juga bisa menjual 100 bungkus bunga dalam sehari.
Lilin sendiri merupakan pedagang musiman yang mulai berjualan di kompleks makam Ngagel Rejo sejak hari Sabtu (22/2).