Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Melirik Kekuatan Militer China yang Dikabarkan Bakal Serang Taiwan Gara-gara AS
2 Agustus 2022 11:41 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kami ingin memberi tahu Amerika Serikat sekali lagi bahwa China siap siaga, Tentara Pembebasan Rakyat China tidak akan pernah tinggal diam," tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, dikutip dari Reuters, Selasa (2/8/2022).
"China akan mengambil tanggapan tegas dan tindakan balasan yang kuat untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorialnya," imbuhnya.
Beijing mengeluarkan peringatan tersebut akibat laporan kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi. Dia dikabarkan akan melawat ke Taiwan pada Selasa (2/8/2022).
China melihat agenda semacam itu sebagai provokasi terhadap status quo di Taiwan. Pasalnya, AS mengakui klaim China atas pulau tersebut. Tetapi, Washington juga memiliki kewajiban hukum untuk memberikan sarana pertahanan diri bagi Taiwan.
AS mengaku tidak terintimidasi dengan ancaman-ancaman dari China. Pihaknya juga merasa memiliki hak untuk menjadwalkan kunjungan pejabat tingginya ke Taiwan.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, agenda tersebut muncul seiring ketegangan antara kedua negara tengah memanas. Berbagai pihak akhirnya menilik risiko meletusnya konflik maupun krisis dalam masa mendatang.
AS memahami pula kemungkinan tersebut. Menolak duduk diam, China dapat mengerahkan rudal ke dekat Taiwan. Aktivitas angkatan laut dan udaranya turut membayangi lawatan Pelosi.
Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) telah mengkonfirmasi dugaan itu. Tentara nasional negara itu merilis rekaman latihan militer mereka pada Senin (1/8/2022). Pasukannya telah bersiap dalam formasi tempur untuk 'mengubur semua musuh yang masuk'.
China tentu tidak main-main dalam melayangkan pernyataan itu. Komandan senior AS bahkan menyebut China sebagai ancaman selama dekade berikutnya, sedangkan para analis memperingatkan titik konflik militer akan meletus di Laut China Selatan.
Pengamat Barat meyakini, pergeseran keseimbangan global dalam kekuatan militer tengah berlangsung.
ADVERTISEMENT
Presiden China, Xi Jinping, telah memerintahkan pasukannya untuk mencapai modernisasi pada 2035. Xi mengatakan, mereka harus menjadi kekuatan militer kelas dunia yang mampu berperang dan menenangkan perang menjelang 2049.
Rencana itu tercermin dalam data statistik dari Global Firepower (GFP). Situs tersebut menganalisis informasi terkait pasukan pertahanan dari 142 negara setiap tahunnya. Pada 2022, GFP menempatkan China dalam peringkat ketiga tertinggi.
China terlihat melanjutkan pendakiannya menuju posisi nomor dua yang tengah dipegang oleh Rusia. Ambisi itu didukung oleh keunggulan signifikannya secara ekonomi dan tenaga kerja.
AS masih menduduki posisi teratas pada tahun ini. Tetapi, GFP meyakini, China dapat menjadi saingan militer utama bagi AS. Berikut tinjauan GFP mengenai kemampuan militer China:
ADVERTISEMENT
Personel Militer China
GFP menjadikan jumlah populasi sebagai titik awal untuk menilai tenaga kerja militer. Menurutnya, kekuatan tempur militer selaras dengan tingkat populasi dasar. GFP mencatat, China menaungi populasi hingga 1.397.897.720 orang.
Ketersediaan tenaga kerja merupakan poin penting dalam konflik yang berlarut-larut. Kemenangan dalam perang berakar dari tenaga kerja tersedia yang dapat berpartisipasi dalam militer.
China diuntungkan oleh faktor tersebut lantaran dapat menawarkan sekitar 619.268.690 personel layak untuk dinas militernya. Personel militer negara itu sendiri diprediksi mencapai 3.134.000 orang.
Partai Komunis China kerap menyanjung TPR lantaran mampu mengalahkan musuh hanya dengan milet dan senapan di masa lalu. Kini, kemampuannya telah semakin melesat hingga menjadi kekuatan tempur terbesar di dunia. TPR memiliki 2.000.000 personel aktif dan 510.000 tentara cadangan.
ADVERTISEMENT
Organisasi paramiliter turut menjadi komponen penting dalam pertahanan sejumlah negara. China memiliki hingga 624.000 entitas paramiliter.
Angkatan Udara China
TPR juga melengkapi koleksi persenjataannya dengan senjata berteknologi tinggi. Alhasil, Angkatan Udara China telah menjadi yang terbesar di kawasan Asia Pasifik. Pasukan itu turut menduduki posisi ketiga terbesar di dunia.
Kementerian Pertahanan AS mempublikasikan laporan terkait pada 2021. Pihaknya mencatat, China mengendalikan hingga lebih dari 2.500 pesawat dan 2.000 pesawat tempur.
Angkatan Udara China kini memamerkan armada jet tempur siluman, termasuk J-20. China merancang pesawat tempur tercanggihnya itu untuk menyaingi F-22 buatan AS.
Kemampuan udaranya tak terhenti di situ. Pada 2019, China meluncurkan rudal balistik antarbenua DF-41. Tetapi, persenjataan yang telah menarik perhatian kebanyakan orang justru adalah rudal hipersonik DF-17.
Rudal hipersonik bergerak lebih dari lima kali kecepatan suara. Rudal itu mungkin tidak secepat rudal balistik antarbenua, tetapi sangat sulit untuk dideteksi dalam penerbangan.
ADVERTISEMENT
"China memahami bahwa mereka tertinggal jauh, jadi mereka mencoba membuat terobosan besar untuk melompati pasukan lain," terang Zeno Leoni dari King's College London, dikutip dari BBC.
"Mengembangkan rudal hipersonik adalah salah satu cara mereka mencoba melakukannya," tambah dia.
GFP mengulas pasukan udara negara itu secara keseluruhan dengan meliputi pesawat tempur, pesawat latih, pesawat angkut militer, pesawat pengebom, pesawat serang, dan sebagainya. Secara keseluruhan, China lantas menggenggam 3.285 pesawat militer.
Angka itu mencakup 1.200 pesawat pencegat, 371 pesawat serang, 286 pesawat angkut militer, dan 399 pesawat latih, 114 pesawat misi khusus, 3 pesawat tanker, dan 912 helikopter.
Angkatan Darat China
Angkatan Darat China merupakan cabang terbesar dan tertua dari seluruh angkatan bersenjata negara tersebut. Pasukan itu memiliki hingga 5.250 tank dan 35.000 kendaraan lapis baja.
ADVERTISEMENT
China juga memiliki 4.120 artileri swagerak atau self-propelled artillery (SPA). Komponen dalam pertempuran darat itu memasok tembakan tidak langsung melalui berbagai jenis proyektil.
Artileri derek tetap menjadi jantung dari pasukan pertahanan darat di seluruh dunia. China sendiri menyimpan sekitar 1.734 artileri derek dalam berbagai kaliber.
Selain itu, China turut memanfaatkan 3.160 peluncur roket untuk menargetkan musuhnya dari jarak jauh.
Angkatan Laut China
Menilik Laut China Selatan sebagai titik risiko konflik, TPR turut mengembangkan angkatan lautnya. Alhasil, China sekarang dapat menyombongkan diri sebagai angkatan laut terbesar di dunia.
Kapal selamnya bahkan memiliki kemampuan meluncurkan rudal bersenjata nuklir. China juga kerap meluncurkan misi maritim yang kerap disebut 'pria biru kecil' di Laut China Selatan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Kekuatan militer China telah didorong secara signifikan oleh sejumlah besar senjata baru yang ditambahkan ke gudang senjatanya, terutama dalam kekuatan Angkatan Lautnya," terang analis militer China, Yin Dongyu, dikutip dari Al Jazeera.
"Di situlah tentara negara itu menunjukkan sebagian pertumbuhan tercepatnya," lanjut dia.
AS mungkin mempertahankan keunggulannya dalam kemampuan angkatan laut. Negara itu menghimpun kapal induk, kapal selam bertenaga nuklir, kapal penjelajah, serta kapal perusak.
Namun, China diperkirakan akan terus memperluas angkatan lautnya. China saat ini mengantongi 777 aset kekuatan laut. Tetapi, AS memperkirakan, jumlah kapal China akan meningkat nyaris 40 persen antara 2020 dan 2040.
"Masalah paling menonjol yang kami hadapi adalah apa yang kami anggap sebagai provokasi Amerika di perairan China," jelas mantan Kolonel Senior TPR Zhou Bo, dikutip dari BBC
ADVERTISEMENT
Bila AS memamerkan 11 kapal induk, China hanya dapat menunjukkan dua kapal induk. Para insinyur kemudian merancang kapal induk ketiga dan paling canggih pada Juni silam, yakni Fujian.
Fujian dinilai sebagai kemajuan signifikan bagi Angkatan Laut China. Sebab, kapal induk tersebut menghadirkan sistem peluncuran pesawat elektromagnetik.
Fujian lantas memungkinkan pengerahan pesawat dengan lebih cepat. Kapal itu juga dapat membawa pesawat-pesawat yang lebih besar.
China turut membanggakan 41 kapal penghancur, 49 kapal pergata atau fregat, 70 kapal korvet, 79 kapal selam, 152 kapal patrol, dan 36 kapal penanggulangan ranjau.