Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Memahami Konsep 'Vertical Housing' Agus Yudhoyono
1 Februari 2017 10:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Cagub DKI Agus Yudhoyono punya konsep membangun hunian Ibu Kota yang disebutnya sebagai vertical housing untuk mengubah kondisi horizontal housing. Konsep ini ramai dibicarakan karena dinilai tak mudah dipahami, sementara Agus ingin dikenalnya dalam bahasa Inggris: Vertical housing.
ADVERTISEMENT
“Konsep hunian ini sangat sederhana dan bisa dimengerti dengan mudah bahkan oleh anak muda yang dianggap belum berpengalaman,” kata Agus ketika menghadiri Young Voters Festival di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (31/1) malam.
Program rumah rakyat dengan konsep vertical housing ini selalu Agus jelaskan kepada warga di setiap kampanyenya. Sederhananya, vertical housing yang ia maksud adalah membangun hunian yang menjulang ke atas, tapi Agus tak menyebut ini sebagai rusun atau apartemen.
Program ini diharapkan Agus mampu menyelesaikan masalah permukiman di Jakarta yang padat, kumuh serta kurangnya lahan permukiman.
Untuk merealisasikan konsep ini, Agus mengaku akan bekerja sama dengan pihak swasta dan ‘on site upgrading’ yang akan digunakan dalam menjamin tidak adanya masyarakat yang digusur.
ADVERTISEMENT
“Melalui kerja sama pemerintah-swasta, kita bisa mengembangkan perumahan yang lebih layak untuk warga Jakarta dan menjamin agar mereka tidak merasa tergusur atau terpaksa pindah,” kata Agus dalam kesempatan lain, di Cipinang, Senin (30/1).
Agus juga punya penjelasan vertical housing dalam Bahasa Inggris yang pernah dia paparkan ke wartawan asing disaksikan warga.
"Well we have the creativity to put the all the issues contextual we can upgrade all the condition for the housings and convert for the horizontal housings into vertical housing without having to evict those people by force," kata cagub lulusan S2 Amerika dan Singapura itu.
"Through public private partnership we can also develope a better housings for those people to make sure that they still here in Jakarta, because they love the city they have all the dreams to be a better citizens in Jakarta," imbuh Agus dalam bahasa Inggris yang fasih disaksikan warga.
ADVERTISEMENT
Nah, sejalan dengan vertical housing ini, Agus menjanjikan tidak akan menggusur warga, melainkan hanya menggeser. Vertical housing membuat warga tetap berada di tanahnya tanpa harus pindah.
Soal 'menggeser tidak menggusur' ini juga ramai dibincangkan dan sempat mencuat dalam debat terakhir, karena dipertanyakan Djarot Saiful Hidayat. Saat itu, Agus hanya menjawab seperti paparan di atas soal on site upgrading.
Tapi sang istri, Annisa Pohan punya penjelasan lebih mudah dipahami dalam akun instagramnya @annisayudhoyono. Konsep itu dilakukan dalam dua tahap.
1. Relokasi Sementara
Pemda memfasilitasi warga untuk melakukan konsolidasi lahan dan perencanaan hunian secara partisipatif dibantu oleh para arsitek. Warga yang terkena tahap pertama difasilitasi untuk bisa bergeser atau pindah sementara ke hunian warga lain di sekitarnya agar lahan yang dibutuhkan siap untuk dibangun.
ADVERTISEMENT
2. Pembangunan dan Relokasi Kembali
Ketika 'Rumah Rakyat' tahap pertama sudah jadi, warga lama bisa kembali menempati unit baru pengganti miliknya kembali. Unit-unit hunian baru yang tersisa bisa diberikan bagi warga lain yang rumahnya terkena tahap berikutnya. jadi mereka cukup bergeser, tidak perlu dipindah jauh-jauh, secara paksa, tercerabut dari kehidupan asli mereka.
Dan akhirnya terbentuklah lingkungan hunian di sepanjang sungai yang baik, bebas banjir, bersih, layak, hasil dari pembangunan kota yang manusiawi dan tetap patuh dan memenuhi berbagai regulasi yang ada.
Jadi, bagaimana menurut kamu?