Memahami Pemicu Ketegangan AS dan Iran di Irak

3 Januari 2020 15:25 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kedutaan AS di Baghdad Irak diserbu demonstran pro Iran. Foto: REUTERS/Thaier al-Sudani
zoom-in-whitePerbesar
Kedutaan AS di Baghdad Irak diserbu demonstran pro Iran. Foto: REUTERS/Thaier al-Sudani
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabar internasional pekan ini ditandai meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran di Irak. Perkembangan terakhir, seorang jenderal Iran tewas dalam serangan AS di dekat bandara Baghdad.
ADVERTISEMENT
Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, hubungan AS dan Iran memang semakin buruk. Trump mengeluarkan AS dari perjanjian nuklir 2015 dengan Iran yang sebelumnya diteken Barack Obama dan kembali menjatuhkan sanksi.
Semenjak itu, retorika permusuhan kembali bermunculan dari kedua negara. Pekan ini ketegangan berujung pada serangan militer. Berikut adalah runutan peristiwa yang memicu ketegangan di Irak.
Kematian Kontraktor AS di Irak
Kematian kontraktor AS menjadi awal pemicu ketegangan sepekan terakhir di Irak. Dikutip dari Associated Press, pangkalan militer di Kirkuk, Irak, dihujani puluhan roket pada 27 Desember 2019.
Demonstran di Irak membakar pos penjagaan di kantor kedutaan besar AS di ibukota Baghdad. Foto: AFP/AHMAD AL-RUBAYE
Kontraktor AS tewas dalam peristiwa itu, empat tentara AS dan dua anggota pasukan bersenjata Irak terluka. AS menuding milisi yang dibekingi Iran telah melakukan itu.
ADVERTISEMENT
Milisi tersebut adalah Kataib Hizbullah, pecahan dari Hasheb al-Shaabi, kelompok bersenjata yang dilatih Iran. Sejak 2009, AS telah memasukkan Kataib Hizbullah dalam daftar teroris.
Juru bicara Kataib kepada media New York Times membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun AS yang keburu murka melancarkan serangan balasan.
Serangan Balasan AS
Pada 29 Desember 2019, pasukan udara AS melancarkan serangan ke lima markas Kataib Hizbullah di bagian utara Irak dan timur Suriah. AS mengatakan, serangan ini adalah pembalasan dari bombardir roket Kataib di Kirkuk.
Serangan udara AS di irak. Foto: AFP/DELIL SOULEIMAN
Serangan AS ini menewaskan 25 orang. Pemerintah Irak pada 30 Desember 2019 memprotes tindakan AS yang dianggap pelanggaran kedaulatan wilayah. Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi menetapkan tiga hari masa berkabung.
ADVERTISEMENT
AS berdalih bahwa serangan ini adalah bentuk pertahanan diri. Dalam pernyataannya, juru bicara Kementerian Pertahanan Jonathan Hoffman, mengatakan AS tetap menghargai kedaulatan Irak dan menyerukan Iran dan milisinya menghentikan serangan.
Penyerangan Kedubes AS
Pada 31 Desember 2019 aksi demonstrasi pecah di depan Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak. Ribuan demonstran adalah peziarah yang sebelumnya memakamkan para korban serangan AS.
Associated Press menuliskan, pasukan keamanan Irak tidak berupaya menghentikan massa yang memasuki kompleks diplomatik. Situasi memanas setelah massa meneriakkan yel-yel anti AS.
Demonstran di Irak membakar ban disekitar kantor kedutaan besar AS di ibukota Baghdad. Foto: AFP/AHMAD AL-RUBAYE
Mereka berhasil mendobrak pintu utama, memanjat tembok pagar, dan membakar ruang resepsionis. Tembok Kedubes AS juga dipenuhi bendera milisi dan coretan anti-Amerika. Dalam aksi tersebut ada beberapa pembesar milisi yang dekat dengan Iran.
ADVERTISEMENT
Demonstrasi dengan perusakan berakhir pada 1 Januari 2020 ketika tentara Irak turun tangan menghentikannya. Para staf Kedubes yang berada di dalam selamat dari amuk massa. Duta Besar AS Matt Tueller ketika itu tidak ada di lokasi, hingga kini dia belum kembali ke Baghdad demi keamanan.
Pemandangan ini memicu kenangan akan dua serangan fatal terhadap Kedubes AS di masa lalu. Pertama adalah serangan Kedubes AS di Teheran, Iran, pada 1979 yang menewaskan delapan orang, dan serangan ke Kedubes AS di Benghazi, Libya, pada 2012 yang menewaskan Duta Besar J. Christopher Stevens.
Kedutaan AS di Baghdad Irak diserbu demonstran pro Iran. Foto: REUTERS/Thaier al-Sudani
Presiden Trump menuding Iran berada di balik serangan Kedubes tersebut. Dia bahkan mengancam akan menyerang Iran jika ada warga AS yang tewas atau kerusakan di properti milik AS tersebut.
ADVERTISEMENT
"Iran akan bertanggung jawab atas nyawa yang hilang, atau kerusakan yang terjadi, di semua fasilitas kami. Mereka akan membayar dengan harga yang sangat mahal! Ini bukan peringatan, ini ancaman. Selamat Tahun Baru!" kata Trump di Twitter.
Setelah serangan itu, Trump memerintahkan tambahan pasukan AS di Timur Tengah. Ada 750 tentara AS yang sudah siap berangkat ke Timur Tengah, sementara 3.000 lainnya tengah dipersiapkan untuk pengiriman.
AS Bunuh Jenderal Iran
Pada 3 Januari 2020 Amerika Serikat menyerang sebuah kendaraan di dekat bandara Baghdad, Irak. Dalam serangan itu tewas pemimpin pasukan elite Al-Quds Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Dia dikenal sebagai arsitek yang menyebarkan pengaruh militer Iran di Timur Tengah.
Tewas juga dalam serangan itu komandan milisi Syiah Irak yang selama ini jadi penasihat Soleimani, Abu Mahdi al-Muhandis, dan lima orang lainnya. AS mengatakan serangan itu dilancarkan oleh drone bersenjata, sementara Iran mengatakan Soleimani tewas dalam serangan helikopter militer.
Jenderal Iran Qassem Soleimani. Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP
Kementerian Pertahanan AS mengatakan serangan itu dilancarkan atas perintah Presiden Donald Trump. AS beralasan, serangan bertujuan untuk melindungi personel mereka di Irak.
ADVERTISEMENT
"Serangan ini bertujuan menghentikan rencana serangan Iran di masa mendatang," ujar Kemhan AS.
Khamenei marah besar atas pembunuhan itu. Dia menyebut Soleimani adalah jenderal yang dicintai rakyat Iran dan mereka akan menuntut balas dendam.
"Seluruh musuh harus tahu bahwa perjuangan jihad akan berlanjut dengan motivasi berlipat, dan kemenangan menunggu para mujahid dalam perang suci," kata Khamenei dalam pernyataannya.
Menanggapi kematian Soleimani, Trump memajang gambar besar bendera Amerika Serikat.