Memahami Sisi Ilmiah Bunga Edelweis

24 Juli 2017 16:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ulah sekelompok pendaki Gunung Rinjani menjadi sorotan di media sosial. Mereka mendapat banyak kecaman dari warganet Indonesia karena kedapatan mencabut bunga edelweis hingga akarnya di atas gunung yang berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat itu.
ADVERTISEMENT
Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) atau yang bernama ilmiah Anaphalis javanica ini merupakan tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia, seperti Gunung Rinjani, Gunung Papandayan, Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan lainnya.
Anaphalis javanica ini hanyalah salah satu jenis spesies dari Anaphalis spp., genus atau marga tumbuhan dari suku Asteraceae yang hidup di daerah pegunungan dengan ketinggian antara 800–3400 meter di atas permukaaan laut (Ahmad Taufik dkk. 2013).
Ada 110 spesies tumbuhan dari genus Anaphalis yang terutama banyak tersebar di Asia Tengah dan Selatan. Di Asia Tenggara termasuk New Guinea, hanya terdapat 6 jenis spesies Anaphalis, yaitu A. javanica, A. longifolia, A. maxima, A. viscida, A. helwigii, dan A. arfakensis.
ADVERTISEMENT
Secara khusus, Anaphalis javanica dikenal sebagai bunga yang sangat tahan lama dan tidak mudah rusak (Yuzammi dkk. 2010). Oleh karenanya, orang menyebutnya sebagai edelweis yang mengacu pada nama tumbuhan Leontopodium alpinum dari pegunungan di Eropa.
Masyarakat Eropa menyebut bunga Leontopodium alpinum ini dengan nama edelweis dan julukan bunga abadi. Bunga Leontopodium alpinum berwarna putih dan kering, mirip dengan Anaphalis javanica.
Leontopodium alpinum (Foto: Wikimedia Commons)
Mengutip laman Biodiversity Warriors, edelweis umumnya tumbuh tak lebih dari 1 meter. Namun begitu, tanaman ini sesungguhnya dapat tumbuh mencapai ketinggian 8 meter dan memiliki batang sebesar kaki manusia.
Van Steenis (1978) mengatakan edelweis jawa sering ditemukan tumbuh berkelompok pada tanah yang tidak subur dan juga tumbuh di lereng-lereng bukit atau di daerah yang topografinya datar. Spesies ini dapat tumbuh pada daerah perbatasan antara hutan dan daerah terbuka. Kebutuhan paling penting bagi tumbuhan ini adalah cahaya matahari.
ADVERTISEMENT
Menurut pengamatan Van Steenis, tumbuhan ini dapat dijumpai dalam bentuk semak yang bercabang banyak dan bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga. Ia melihat ada lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah yang mengunjungi bunga-bunga edelweis jawa.
Edelweis ini memiliki bentuk daun yang linier, lancip, dan mempunyai bulu-bulu putih seperti wol. Kurang lebih, panjang daunnya adalah 4 sampai 6 sentimeter dan lebarnya adalah 0,5 sentimeter.
Dalam keadaan segar, warna daun edelweis adalah hijau abu-abu muda sebagai akibat adanya bulu-bulu seperti wol yang menutupi daun. Adapun dalam keadaan kering, warnanya menjadi gelap karena warna mesofil (jaringan dasar daun) yang terdegradasi.
Anaphalis javanica memiliki bunga yang berkembang di atas dasar bunga yang rata dan berwarna keemasan. Kepala-kepala sarinya membentuk tabung yang mengumpul menjadi satu dalam satu wadah. Tumbuhan ini dapat berbunga sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada bulan Juni-Juli (van Leeuwen, 1933).
Hamparan bunga edelweis. (Foto: Wikimedia Commons)
Mengutip makalah dalam jurnal Floribunda, semai edelweis memerlukan waktu kurang lebih 13 tahun untuk mencapai tinggi 20 sentimeter. Ia merupakan jenis tanaman langka pada katagori jarang (rere), yaitu jenis tanaman yang populasinya besar, tapi hanya terdapat secara lokal di daerah-daerah tertentu saja.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, daerah penyebaran edelweis sebenarnya cukup luas, tapi kini sudah semakin jarang dijumpai karena mengalami erosi, tekanan, dan gangguan yang berat. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Luchman Hakim dalam makalahnya yang berjudul Kasodo, Tourism, and Local People Perspectives for Tengger Highland Conservation, edelweis jawa kini telah punah dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Berdasarkan IUCN redlist (2008), Anaphalis spp. termasuk dalam kategori inthreatened atau tumbuhan yang keberadaannya dalam kondisi terancam.