Memahami Tim Bayangan Nadiem yang Ciptakan Beragam Aplikasi Kemendikbud

27 September 2022 17:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (tengah) saat menghadiri Rapat kerja komisi X DPR RI, Selasa (28/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim (tengah) saat menghadiri Rapat kerja komisi X DPR RI, Selasa (28/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Mendikbud Ristek Nadiem Makarim mengungkap adanya shadow team atau tim bayangan sebanyak 400 orang yang membantu Kemendikbud Ristek menciptakan berbagai aplikasi untuk pendidikan.
ADVERTISEMENT
Namun, keberadaan talenta pencipta teknologi untuk kebijakan pemerintahan itu menuai sorotan Komisi X yang membidangi pendidikan.
Komisi X DPR menilai tim bayangan yang dibentuk justru merendahkan sumber daya manusia (SDM) yang sudah ada di Kemendikbudristek. Selain itu, tim ini juga tak punya payung hukum.
Nadiem mengakui kesalahannya dalam menggunakan istilah shadow organization atau organisasi bayangan dalam menyebut tim tersebut. Namun, ia mengoreksi, yang dimaksud sebenarnya adalah vendor yang memiliki fungsi sebagai mirroring.
Lantas, apa sebenarnya tim bayangan yang dimaksud Nadiem Makarim? Seperti apa kontribusinya dalam mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia?

Nadiem sebut shadow organization di New York

Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
Pernyataan shadow organization tersebut awalnya disampaikan Nadiem saat menjadi salah satu pembicara di forum Transforming Education Summit oleh PBB, di New York, Amerika Serikat, pada Sabtu (17/9).
ADVERTISEMENT
"Tim ini bukanlah vendor untuk kementerian, (sebab) setiap product manager dan ketua tim posisinya hampir setara dengan Direktur Jenderal yang beberapa di antaranya hadir di sini. Mereka diposisikan sebagai rekan bertukar pikiran dalam mendesain produk kami," imbuhnya.
Video tersebut pun viral, publik menyoroti penamaan shadow organization yang disebut Nadiem, hingga sampai pada rapat bersama DPR Komisi X.
"Kita tidak pernah dengar ini. Kita tidak pernah diberi tahu. Keppresnya mana? Kepmennya mana sebagai dasar hukumnya? Karena ini kan pakai anggaran? Anggarannya dari mana? Apakah sudah ada kajian ilmiahnya sehingga jadi kebijakan negara dalam bidang pendidikan?" kritik Anggota Komisi X Johar Arifin, Senin (26/9).
Dalam rapat tersebut Nadiem pun menegaskan bahwa yang dimaksud tim bayangan adalah vendor yang diperlakukan sebagai tim permanen dan mirroring kementerian. Tim itu berada di bawah Telkom yang disebut Gov Tech.
ADVERTISEMENT
"Seluruh tim kita adalah tim permanen yang merupakan vendor yang dirumahkan di bawah anak perusahaan Telkom. Mereka secara teknis vendor tapi apa inovasi dari Kemendikbud Ristek, kenapa kok bisa terjadi banyak anak-anak muda mau bergabung di Tim Gov Tech untuk membangun produk ini itu, karena inovasi budaya dalam Kemendikbudristek," papar Nadiem.
"Baik dirjen maupun direktur melihat dan bekerja sama dengan mereka dengan filsafat kemitraan, gotong royong," tambahnya.

Penjelasan Telkom soal Gov Tech

Ilustrasi teknologi blockchain. Foto: NicoElNino/Shutterstock
AVP External Communication Telkom, Sabri Rasyid, buka suara soal polemik yang terjadi mengenai tim bayangan yang menjadi sorotan publik.
Ia membenarkan bahwa GovTech Edu adalah salah satu unit Telkom yang bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek. Sabri pun menegaskan, proses yang dilakukan Telkom dengan Kemendikbud Ristek sesuai dengan mekanisme UU.
ADVERTISEMENT
"Telkom bertindak sebagai pihak yang menyediakan solusi digital secara menyeluruh (end to end), seperti desain dan pengembangan produk dan platform, membantu proses transformasi digital, pengawalan, hingga implementasinya," ungkap Sabri kepada kumparan, Selasa (27/9).
"Tentunya telah melalui mekanisme pengadaan barang dan jasa pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku," imbuhnya.
Ilustrasi Telkom. Foto: Shutter Stock
Sabri pun menyebutkan salah satu produk teknologi yang sedang berjalan yakni platform Merdeka Mengajar. Hal itu dinilai membantu para guru di seluruh Indonesia saling terkoneksi.
"Merdeka Mengajar yang membantu guru dalam mengajar sesuai kemampuan murid, mengakses materi pelatihan mandiri, menginspirasi rekan sejawat dan terkoneksi ke banyak komunitas guru di seluruh Indonesia," tandas Sabri.
Selain Merdeka Mengajar, ada platform lainnya yang dikerjakan oleh tim tersebut, di antaranya adalah Kampus Merdeka, Rapor Pendidikan, Kedaireka, belajar.id, Arkas, TanyaBOS, dan SIPLah.
ADVERTISEMENT
“Platform Merdeka Mengajar telah digunakan 1,6 juta guru sejak tujuh bulan diluncurkan. 55 ribu konten pembelajaran bagi guru tersedia pada platform tersebut. 92 ribu guru pun telah mengunggah konten agar menginspirasi guru lainnya di berbagai pelosok Indonesia,” terang Nadiem saat menjadi pembicara di PBB.
“Lewat platform Rapor Pendidikan, untuk pertama kalinya di Indonesia, pemerintah daerah memiliki akses terhadap data lengkap yang dapat membantu mereka menentukan arah kebijakan dan anggaran untuk pendidikan secara tepat guna,” ujarnya.

Ainun Najib: Gov Tech Tim Super Keren

Praktisi teknologi dan data scientist Ainun Najib juga turut berkomentar soal tim bayangan tersebut. Menurutnya, tim tersebut berisi para anak muda dengan talenta mumpuni di bidang teknologi dan menjadi lebih efektif.
"Ini merujuk ke tim Gov Tech Education yang super keren. Isinya top talents anak-anak muda Indonesia yang sebelumnya di Tech companies/startups," tulis Ainun lewat Twitter pribadinya, @ainunnajib dan telah dikonfirmasi kumparan, Selasa (27/9).
ADVERTISEMENT
"Memang struktur seperti ini yang efektif, bukan vendor dan bukan ASN," tandasnya.

Menjawab anggaran yang dipertanyakan DPR soal Tim Bayangan

Sementara itu, berdasarkan situs lpse.kemdikbud.go.id, Telkom memenangkan paket pengadaan tender yang tercatat sebagai Pengadaan Platform Guru Pembelajaran yang dibuat pada 6 Mei 2021. Nilainya sebesar Rp 23,2 miliar.
Tangkapan layar pengumuman tender Kemdikbud. Foto: Dok. Istimewa
Terdapat juga paket pengadaan tender Jasa Konsultan pengembangan Platform Guru Profil dan Pengembangan Kompetensi dengan anggaran Rp17,18 miliar pada 15 Juli 2021.
Kemudian Jasa Konsultan pengembangan Platform Sumber Daya Sekolah (SDS) dengan nilai paket Rp15 miliar pada 14 Juli 2021.
Selain paket pengadaan tender, Telkom juga bekerja sama dengan Kemendikbudristek dalam pengadaan non-tender.