Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kemendikbud akan menayangkan film 'Istirahatlah Kata-kata' yang berkisah tentang perjalanan aktivis Wiji Thukul di TVRI, Selasa (16/6).
ADVERTISEMENT
Untuk melengkapi tayangan tersebut, Sastra Migran akan menggelar pentas virtual 'Membaca Wiji Thukul' yang akan ditayangkan di hari yang sama di akun YouTube Sastra Migran.
"Bagi Thukul, puisi bukan hanya menjadi ekspresi, tapi juga medium perlawanan di tengah keadaan yang menyengsarakan kemanusiaan. Hari ini kita juga masih melawan pandemi dan lainnya," kata penggagas acara Wahyu Susilo dalam keterangannya, Selasa (16/6).
"Mas Wiji yang sederhana, bercerita keseharian orang biasa, benar-benar menyentuh relung, seperti merasakan sejarah yang sebenarnya juga masih relevan hingga saat ini," imbuhnya.
Wahyu menilai, sajak-sajak Wiji Thukul tak hanya mewakili rakyat biasa saja. Tetapi juga bisa menebus rindu bagi mereka yang jauh dari kampung halaman.
“Membaca puisi-puisi karya Wiji Thukul bukan hanya menolak lupa, tetapi juga menjiwai spiritnya yang masih relevan hingga saat ini,” tegas Wahyu.
ADVERTISEMENT
Pembacaan puisi ini akan dibawakan oleh para pemeran film 'Istirahatlah Kata-kata' seperti Gunawan Maryanto dan Marissa Anita. Acara ini juga akan diikuti mantan Menaker Hanif Dhakiri, Deputi V KSP Jaleswari Pramudyawardhani, dosen Bahasa Indonesia Monash University Melbourne Yacinta Kurniasih, penggerak Sastra Migran Maria Boniok, hingga penulis Kalis Mardiasih.
"Karya Mas Wiji itu adalah dokumentasi sejarah buruh Indonesia. Semua puisi Mas Wiji sangat luar biasa penting dan indah, tapi (puisi) 'Sukmaku Merdeka' berisi semua hal yang menjadi keyakinan saya sebagai salah satu buruh Indonesia yang kerja di mancanegara," ucap Yacinta Kurniasih.
Selain Yacinta, puisi Wiji Thukul juga memberikan kesan mendalam bagi penulis Joss Wibisono yang saat ini tinggal di Amsterdam, Belanda. Joss mengaku pertama kali mendengarkan sajak Wiji Thukul saat masih sekolah di Salatiga tahun 1984 silam.
ADVERTISEMENT
“Saya ingat betul waktu Wiji Thukul membacakannya, Arif Budiman sangat terpukau. Ada puisi seperti ini puisi yang ditulis oleh orang biasa dia berkisah tentang apa yang selama ini dicita-citakan oleh Arif Budiman masyarakat yang berwelas asih pada kalangan biasa,” ungkap Joss.
Pentas virtual pembacaan puisi karya Wiji Thukul ini bisa dilihat di Youtube Channel Sastra Migran pada hari ini, Selasa (16/6) pukul 20.00 WIB.
--------------------------------------------
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona . Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.