Membandingkan Data Cuaca saat Gelaran Formula E dan MotoGP Mandalika

6 Juni 2022 15:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyerahan piala kepada juara pertama, Mitch Evans, dari tim Jaguar TCS Racing menjadi yang tercepat di Formula E Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Foto: Instagram/@aniesbaswedan
zoom-in-whitePerbesar
Penyerahan piala kepada juara pertama, Mitch Evans, dari tim Jaguar TCS Racing menjadi yang tercepat di Formula E Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Foto: Instagram/@aniesbaswedan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ajang balap olahraga seri ke-9 Kejuaraan Dunia Formula E 2022 yang diselenggarakan pada Sabtu (4/6) kemarin di Jakarta E-prix, Ancol, Jakarta Utara bisa terbilang sukses digelar.
ADVERTISEMENT
Para penonton saat itu sudah mulai memadati bangku-bangku tribun Formula E di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) sejak pukul 14.30 WIB. Kondisi cuaca di tempat juga terlihat sangat cerah disertai matahari yang konsisten menyingsing. Meskipun awan terlihat muncul sesekali dalam beberapa waktu.
Penonton memadat area tribune saat menonton ajang balap mobil listrik Formula E di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Foto: Rizki Baiquni Pratama/kumparan
Berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Sabtu (4/6), memang wilayah Jakarta Utara saat itu prediksinya didominasi dengan kondisi cerah berawan dengan suhu 25-34 celsius dan kelembapan udara mencapai 75-90 persen.
Di cuaca yang mendukung tersebut, Formula E akhirnya berjalan lancar. Pebalap Jaguar TCS Racing, Mitch Evans, keluar sebagai pemenang perdana di Jakarta E-Prix. Jean-Eric Vergne dan Edoardo Morarta melengkapi podium, berurutan finis di P2 dan P3.
ADVERTISEMENT
Ternyata, setelah dilihat dari data curah hujan di wilayah Jakarta Utara, intensitas hujan terus turun dari Januari hingga Juni 2022. Curah hujan yang terjadi sangatlah rendah dalam kurun tahun 2022 itu.
Pada bulan Januari 2022, curah hujan yang terjadi memang sempat menyentuh angka 134 mm atau masuk dalam kategori hujan menengah. Namun, intensitas curah hujan terus turun di bawah 100 mm/bulan dan angka ini menunjukkan kategori hujan yang rendah.
Artinya, besaran curah hujan tersebut juga menunjukkan hari basah yang lebih sedikit dalam bulan tersebut. Di bulan Februari. misalnya, curah hujan berada di angka 61 mm, bulan Maret meningkat sedikit di angka 70 mm. Kedua angka ini dikategorikan masuk dalam hujan dengan intensitas rendah. Bahkan di bulan Mei, hujan yang terjadi tak lebih dari 20 mm/bulan.
Suasana awan mendung di langit Jakarta, Rabu (21/10/2020). BMKG menyatakan saat ini tengah terjadi fenomena La Nina di Samudera Pasifik yang bisa menimbulkan kondisi cuaca ekstrem di Indonesia, BMKG pun menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan b Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto
Sebelumnya, BMKG juga telah memprediksi fenomena La Nina akan terjadi di penghujung tahun 2021 hingga pertengahan 2022. La Nina merupakan fenomena alam yang akan berdampak pada intensitas hujan yang lebih tinggi dan dapat memicu kejadian bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor.
ADVERTISEMENT
BMKG telah memprediksi wilayah-wilayah yang memperoleh curah hujan bulanan di atas normal pada tahun 2022. Wilayah tersebut di antaranya Sumatera bagian tengah hingga utara, Kalimantan bagian timur dan utara, Jawa bagian barat, sebagian Sulawesi, Nusa Tenggara bagian timur, Maluku dan Papua pada bulan Januari.
Melihat cuaca yang kondusif dan tak menganggu jalannya balapan selama Formula E berlangsung, kondisi ini justru menunjukkan perbedaan yang kontras ketika MotoGP dilaksanakan di Sirkuit Internasional Mandalika pada Minggu (20/3) waktu lalu. Ajang MotoGP tersebut sempat tertunda, lantaran hujan deras disertai petir yang muncul api terjadi.
Alih-alih mengandalkan prakiraan cuaca yang dirilis oleh pihak BMKG untuk menghindari hujan, penyelenggaraan MotoGP justru menurukan sosok pawang hujan bernama Raden Rara Isti Wulandari atau akrab disapa dengan Mbak Rara. Sosok Mbak Rara yang sempat menghebohkan masyarakat ini dianggap berhasil menghentikan hujan dalam waktu singkat.
Mbak Rara, pawang hujan di Sirkuit Mandalika. Foto: Denny Pribadi
Terkait hal tersebut, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto sempat mengatakan bahwa pihaknya memang sudah memprediksi akan terjadi hujan lebat pada tanggal 17 hingga 20 Maret. Hal itu diketahui dari bibit siklon tropis.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita liat fenomenanya kemarin sejak 3 hari yang lalu tanggal 17, 18, 19 itu sudah diperkirakan BMKG, bahwa di Mandalika itu akan terjadi hujan dengan intensitas ringan sampai lebat," kata Guswanto di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (21/3).
Guswanto menuturkan, berhentinya hujan pada tanggal 20 Maret atau bertepatan saat MotoGP berlangsung bukan karena pawang hujan, tapi saat itu durasi hujan sudah mencapai puncaknya sehingga perlahan-lahan mulai reda sekitar pukul 16.15 WIB.
Selain itu, BMKG juga telah memperkirakan bahwa di akhir tahun 2021 hingga awal 2022, menjadi periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan. Pada periode peralihan musim ini, fenomena cuaca ekstrem seringkali muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang.
ADVERTISEMENT
Anomali cuaca tersebut menjadi normal terjadi, karena periode peralihan musim. Salah satunya ketika hujan lebat disertai petir api di Sirkuit Mandalika ketika perhelatan MotoGP berlangsung.
Berbeda dengan ajang MotoGP, Anies Baswedan memilih tidak menggunakan pawang hujan untuk perhelatan Formula E ini. Ia mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan BMKG untuk memantau prediksi cuaca pada hari itu. Jadi enggak perlu pawang ya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diserbu penonton di area sirkuit Formula e, Ancol, Jakarta, Sabtu (4/6). Foto: Haya Syahira/kumparan
"Ini kan suasananya lagi banyak hujan. Mungkin mengantisipasinya bagaimana? Satu kata, Formula E enggak ada pawang-pawangan, hahaha. Kita bekerja sama dengan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), untuk memonitor perkembangan cuaca," ujar Anies saat meet and greet dengan pembalap Formula E di Monas, Kamis (2/6).
Anies Baswedan lebih memilih legowo bagaimana pun cuacanya, harus tetap disyukuri. Karena mau hujan atau pun panas terik, balapan tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
"Bila terang kita syukuri, bila hujan kita syukuri. Semuanya adalah rahmat. Kita tinggal di katulistiwa yang terbiasa dengan terang dan basah," kata Anies.
Ritual Mbak Rara si Pawang Hujan di luar Sirkuit Mandalika. Foto: Aditya Panji/kumparan