Membandingkan Data Efektivitas Vaksin Sinovac, Pfizer, Moderna, dan Sputnik V

18 November 2020 18:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
ADVERTISEMENT
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Sinovac, CoronaVac dari China telah menunjukkan keberhasilan dalam merespon kekebalan tubuh dengan cepat.
ADVERTISEMENT
Data ini merupakan hasil uji klinis fase I dan fase II vaksin Sinovac yang dipublikasikan dalam jurnal medis The Lancet Infectious Diseases. Uji ini melibatkan 700 relawan.
Pengumuman itu muncul setelah vaksin buatan Eropa dan AS melaporkan data keberhasilan dalam uji klinis mereka.
Tiga vaksin, yang dikembangkan di AS, Jerman, dan Rusia, semuanya telah merilis data yang menunjukkan efisiensi lebih dari 90 persen, setelah uji coba dengan puluhan ribu orang.
Seorang pria bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS

Yang diketahui tentang vaksin Sinovac

Seperti negara-negara lain di dunia, China ikut berlomba untuk mengembangkan vaksin COVID-19, dan empat kandidat vaksin telah memasuki tahap ketiga atau tahap akhir uji klinis, termasuk yang dibuat oleh Sinovac Biotech.
Menurut jurnal ilmiah The Lancet, CoronaVac dari Sinovac Biotech memicu tanggapan kekebalan yang cepat, meskipun penelitian yang dilakukan pada bulan April dan Mei tahun ini tidak memberikan persentase dari tingkat keberhasilan vaksin.
ADVERTISEMENT
Zhu Fengcai, salah satu penulis makalah tersebut, mengatakan hasil-yang didasarkan pada 144 peserta dalam uji klinis fase I dan 600 dalam uji klinis fase II-menunjukkan vaksin itu"cocok untuk penggunaan darurat".
Belum ada data dari uji coba fase III skala besar yang sedang berlangsung yang dipublikasikan.
Ilustrasi vaksin Pfizer. Foto: Dado Ruvic/REUTERS

Membandingkan vaksin Sinovac dan vaksin lainnya

Dalam beberapa hari terakhir kabar mengenai efektivitas vaksin muncul dan memberikan harapan di tengah pandemi.
Pertama, vaksin Jerman-AS oleh Pfizer dan BioNtech dilaporkan lebih dari 90 persen efektif berdasarkan uji coba tahap akhir dengan lebih dari 43.000 orang.
Kemudian, perusahaan AS Moderna mengatakan vaksinnya menunjukkan efisiensi hampir 95 persen, juga setelah uji coba tahap akhir yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Dalam kedua kasus, hasilnya masih awal dan kedua vaksin tersebut belum disetujui oleh otoritas FDA (Food and Drug Administration) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, demikian dikutip dari BBC (18/11).
Selain itu vaksin corona Sputnik V buatan Rusia juga dilaporkan 92 persen efektif setelah uji coba dengan 16.000 sukarelawan. Vaksin itu sudah diberi persetujuan untuk penggunaan darurat di Rusia pada Agustus.
Para peneliti di balik ketiga vaksin tersebut telah merilis data dari tahap pengujian yang lebih maju daripada vaksin China.
Tetapi Sinovac Biotech juga melakukan uji coba tahap akhir yang sama, dan fakta bahwa tidak ada data yang dirilis pada uji coba tersebut tidak berarti bahwa peneliti lain berada di depan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan kandidat vaksin untuk kasus darurat di China seperti untuk tenaga medis dan pekerja esensial menunjukkan pihak berwenang memiliki tingkat kepercayaan terhadap vaksin tersebut.
Vaksin mana yang akan diluncurkan pertama kali dalam skala besar masih harus ditinjau.
Begitupun persetujuan dan produksi massal akan menjadi rintangan berikutnya. Para ahli juga memperingatkan untuk tidak mengharapkan program vaksinasi yang meluas sebelum tahun depan.
Sementara itu menurut Menteri BUMN Erick Thohir pihak Sinovac dalam waktu dekat akan merilis hasil uji klinis III mereka.
"Saya rasa Sinovac satu dua hari ini sudah mengeluarkan data result seperti Pfizer dan Moderna. Di mana, 90 persen lebih itu antibodi kita bisa terjaga," tutur Erick dalam diskusi daring dengan Pemed media, Rabu (18/11).
ADVERTISEMENT