Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Membandingkan Gaya Kepemimpinan 4 Wali Kota Tegal
1 September 2017 15:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparno tertangkap tangan oleh KPK. Pejabat nonaktif dari Partai Golkar itu diduga menerima suap sekitar Rp 300 juta atas pengadaan alat kesehatan di daerahnya.
ADVERTISEMENT
Kabar penangkapan itu sampai ke telinga Rondiman, pejabat Aparat Sipil Negara (ASN) yang sempat menjadi sopir Sitha, selama empat belas hari. Dia begitu lega mendengar penangkapan perempuan yang kerap dipanggil Bunda Sitha itu. Pasalnya, selama menjabat sebagai Wali Kota, sosok Sitha memang dianggap sosok yang antikritik dan sewenang-wenang.
"Apa-apa suka semaunya sendiri. Yang namanya aturan itu dilabrak. Istilahnya malah tidak pakai aturan," jelas Rondiman, saat ditemui kumparan (kumparan.com) di kediamannya, Jalan Kurma 2, Tegal, Kamis (31/8).
Rondiman sendiri, sudah 24 tahun rutin menjadi sopir Wali Kota Tegal. Selama menjadi sopir, dia sudah merasakan bagaimana rasanya melayani empat orang Wali Kota yang berbeda-beda karakter.
Rondiman bercerita, ia pertama kali menjadi sopir saat M Zakir menjabat sebagai Wali Kota. Zakir merupakan Wali Kota yang berasal dari militer.
ADVERTISEMENT
"Dia itu dari Angkatan Darat. Orangnya galak sekali. Tapi hatinya baik. Sama stafnya baik. Kadang habis dimarahin, stafnya dirangkul," jelas dia.
Rondi mengatakan, Zakir adalah sosok pemimpin yang amat disiplin. ‘Disiplin adalah nafasku’, merupakan moto yang dipegang oleh Zakir. Menurut Rondi, ketika akan mengadakan rapat, Zaki akan marah besar kepada pejabat yang terlambat datang.
"Rapat jam tujuh ya harus masuk jam tujuh tet. Tidak boleh telat," lanjutnya.
Rondi melayani Zakir selama 9 tahun. Saat ada pelantikan Wali Kota yang baru, yakni Adi Winarso, ia kembali dipercaya untuk menjadi sopir dari Adi. Tak berbeda dengan Zakir, Rondi menyebut, Adi juga berasal dari kalangan militer. Ia berasal dari TNI Angkatan Laut.
ADVERTISEMENT
"10 tahun saya melayani itu, Pak Adi itu disiplin juga. Karena dari TNI. Karakternya lain juga. Kalau dimarahi Pak Adi Winarso, jangan sampai kita mendebat. Kalau debat, woh tambah jengkel," beber Rondi.
Menurutnya, Adi juga merupakan pribadi yang amat disiplin dan tegas. Namun, ia ramah dan sering menyapa stafnya. Rondi bercerita, ia sendiri selalu diingatkan agar tidak lupa makan oleh Adi.
"Itu kalau kita berangkat ke luar kota, ditanya, sudah makan belum? Siap sudah. Nanti berangkat abis maghrib ya. Santai aja, jangan ngebut," ungkapnya.
Ikmal Jaya adalah Wali Kota Tegal yang dilayani oleh Rondi selepas masa jabatan Adi. Ia menjabat Wali Kota Tegal periode 2009-2014. Berbeda dengan dua pimpinan sebelumnya yang amat disiplin. Rondi mengatakan, Ikmal justru memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan mereka. Ikmal disebut memilki karakter pendiam dan tak banyak bicara.
ADVERTISEMENT
"Dia orangnya slow sekali. Santai sekali, suami isteri itu santai sekali. Dibawa kemana enggak banyak komentar. Kebetulan dia lebih muda dari saya, saya dipanggil Mas Rondi, gitu," tuturnya.
Setelah Ikmal selesai menjabat, sampailah Rondi bertemu dengan Sitha. Sitha adalah Wali Kota Tegal perempuan yang pertama. Ia juga bukan berasal dari kalangan militer. Namun, justru di masa kepemimpinan Sitha lah, Rondi merasa tak kuat untuk menjadi sopir politikus partai Golkar itu.
Selain karena karakter Sitha yang semena-mena dan suka semaunya sendiri, yang membuat Rondi tak kuat memangku jabatannya adalah karena kehadiran Amir Mirza, yang selalu ingin diperlakukan layaknya Wali Kota.
“AM itu mengatur kita suruh melayani dia, layaknya saya melayani Bu Wali. Lha dia bukan siapa-siapa, ya enggak bisa to,” tutur Rondi.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Rondi mengaku, ia lebih sering dimarahi oleh Amir Mirza, dibandingkan oleh Sitha sendiri. Dia bercerita, Amir marah-marah di depannya, karena Rondi tak mau membukakan pintu mobil saat Amir ingin masuk.
"Saya diultimatum sama AM. ‘Saudara sanggup tidak sanggup, menghadap Bu Wali’. Setelah itu tak pikir-pikir saya seperti ini saya enggak nyaman. Lebih baik menghadap dan saya menyatakan tidak sanggup," beber dia.
Oleh karena itu, Rondi akhirnya mengundurkan diri, dan hanya sempat melayani Sitha selama kurang lebih empat belas hari. Saat ini, Rondi menjabat sebagai staf bagian umum di Pemerintah Kota Tegal.