Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
Membandingkan Konflik Rusia-Ukraina dengan Krisis Misil Kuba Tahun 1962
9 Maret 2022 10:12 WIB
·
waktu baca 4 menit![Kondisi apartemen di Kiev, Ukraina setelah diserang oleh militer Rusia pada (25/2). Foto: Daniel LEAL/AFP](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/ba0dea10dc0756ee37d921bbd5937de8a4523ee16ae9487cd285b713d287e7fb.jpg)
ADVERTISEMENT
Tensi terus memanas di Ukraina . Peristiwa yang banyak orang pikir tidak akan terjadi, ternyata berbeda kenyataannya. Rusia benar-benar melancarkan invasi ke Ukraina. Beberapa wilayah di Ukraina diserang sesaat ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan akan memulai “operasi militer spesial” ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
ADVERTISEMENT
Putin menggunakan ekspansi NATO sebagai pembenaran untuk melakukan invasi ke Ukraina. Putin melihat NATO sebagai ancaman langsung terhadap keamanan negara. Sementara Ukraina memiliki relasi yang dekat dengan NATO, sebab ada kepentingan AS untuk memperluas wilayahnya ke Eropa Timur.
Menurut dosen Hubungan Internasional UNPAD, Rizki Ananda Ramadhan, serangan ke Ukraina tersebut merupakan bentuk nyata kekhawatiran Rusia jika suatu saat Ukraina gabung dengan NATO.
“Bila dilihat sikap Putin yang memutuskan menyerang Ukraina, Putin tentu khawatir Ukraina bisa berpotensi dijadikan pangkalan militer NATO dikemudian hari bila Ukraina bergabung,” ujar Rizki saat dihubungi kumparan, Selasa (8/3).
Tentu Rusia tidak ingin adanya sebuah pangkalan militer barat di 'halaman belakang'-nya, mengingat posisi Ukraina hanya bersebelahan dengan Rusia.
ADVERTISEMENT
Konflik ini mirip dengan apa yang terjadi dalam peristiwa Krisis Misil Kuba pada Oktober 1962. Kala itu, malah Uni Soviet yang meletakkan pangkalan militer lengkap dengan rudal nuklir-nya di Kuba, sebagai bentuk ancaman bagi AS. Perlu diketahui jarak antara Kuba dengan AS juga sangat dekat, yaitu berbatasan dengan negara bagian Florida.
Krisis Misil Kuba merupakan peristiwa puncak dari Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Soviet . Perang Dingin disebabkan oleh perselisihan ideologi yang dianut oleh kedua negara tersebut. AS dengan ideologi liberalisme dan Soviet dengan komunismenya.
Berawal dari Revolusi Kuba
Cikal bakal terjadinya Krisis Misil Kuba berawal ketika peristiwa Revolusi Kuba yang berakhir pada 1958. Dilansir dari History, sang pemimpin revolusi, Fidel Castro, berhasil menjadi pemimpin Kuba pada 9 Januari 1959.
ADVERTISEMENT
Namun, AS tidak senang dengan peristiwa itu. Berbagai usaha untuk menggulingkan Castro terus dilancarkan oleh AS, salah satunya ialah Invasi Teluk Babi pada April 1961.
Mengapa AS tidak senang jika Castro jadi pemimpin Kuba? Hal tersebut dikarenakan Castro menerapkan sistem komunis serta memiliki hubungan dekat dengan Soviet. Posisi Kuba yang sangat dekat dari AS (bagian selatan Florida) semakin membuat AS khawatir.
Melihat ‘kawannya’ yang tengah diserang oleh AS, membuat perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Khrushchev, memutuskan untuk mengirim pasukan, peralatan perang, serta rudal nuklir dan menempatkannya di berbagai kawasan sekitar Kuba.
Bedasarkan catatan kronologis dari The National Security Archive, pasukan Soviet pertama kali berlabuh di Kuba pada awal September 1962. Ini benar-benar merupakan ancaman terhadap AS, karena rudal-rudal Soviet dapat menghancurkan kota-kota AS dalam waktu yang singkat.
ADVERTISEMENT
Tidak tinggal diam, presiden AS kala itu, John F. Kennedy (JFK ), memutuskan untuk memblokade Kuba dengan Angkatan Laut AS pada 22 Oktober 1962.
Seperti halnya konflik Russia-Ukraina, banyak negara yang melakukan embargo ekonomi terhadap Rusia. Kala itu AS juga membatasi kegiatan perniagaan dengan Kuba. Hal ini bertujuan untuk mengisolasi Kuba.
JFK juga menuntut Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya atau AS akan menyerang Kuba. Namun, Khrushchev menyatakan bahwa ia menolak permintaan JFK tersebut.
Di saat yang bersamaan, kapal-kapal AS sudah bergerak ke perairan sekitar Kuba. Kapal selam Uni Soviet juga bergerak menuju Kuba.
Berakhir Tanpa Perang
Hal yang cukup melegakan dalam peristiwa yang terjadi 60 tahun lalu ini ialah konflik tersebut tidak berujung perang. Ini yang menjadi perbedaan dengan konflik Rusia-Ukraina saat ini.
ADVERTISEMENT
Pada 27 Oktober Jaksa Agung AS Robert Kennedy bertemu dengan duta besar Uni Soviet Anatoly Dobrynin untuk membahas konflik yang hampir memulai Perang Dunia III itu. Hasil pertemuan tersebut pun menemui titik terang.
Khruschev menulis surat terbuka untuk JFK pada 28 Oktober 1962. Ia menyatakan setuju untuk menarik rudal miliknya dari Kuba, dengan syarat AS memberhentikan aksi militernya ke Kuba dan berjanji menarik rudalnya yang kala itu juga berada di Turki. Presiden JFK pun menyetujui perjanjian tersebut dan meresponnya dengan damai.