Memperbaiki Nasib Para Peternak Hewan Kurban

16 Agustus 2017 11:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Otot Zaenudin mengencang ketika mengaduk campuran rumput dan konsentrat untuk pakan ternak. Bermodalkan cangkul, satu demi satu pakan ternak kambing dimasukkan ke dalam karung. Keringatnya bercucuran, namun senyuman tak hilang dari wajah pria bertubuh gempal berusia 26 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sementara Zaenudin memasukkan pakan ternak ke dalam karung, enam orang rekannya bahu membahu mendorong gerobak berisi pakan ternak ke arah kandang. Sore itu, tujuh peternak di Bagas Farm sedang mempersiapkan makanan untuk kambing dan domba yang rutin dijadwalkan sore hari.
Pekerjaan itu adalah satu dari rutinitas yang dijalani peternak kambing seperti Zaenudin. Mereka bekerja setiap hari dari pagi hingga sore hari. “Semua dikerjakan bersama di sini. Mulai nyari rumput, bersihin kandang, ngasih makan domba,” ucap Zaenudin ketika ditemui kumparan (kumparan.com) di Desa Selawangi, Kec Tanjung Sari, Kabupaten Bogor.
Zaenudin mengangkat pakan ternak (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Belum sempat melemaskan otot, tangan Zaenudin masih harus dibebani mengangkat karung demi karung ke atas kandang. Kambing-kambing menyambutnya dengan riang. Tempik sorak kambing mengembik menyeruak seisi kandang.
ADVERTISEMENT
Namun Zaenudin tidak hanya cakap otot. Sore itu masih pukul 14.30. Karung-karung hanya ditempatkan di dekat pintu. “Jadwal kasih makan jam 16.30 WIB. Kalau lebih cepat, takutnya kambing nyanyi semua,” ujar Zaenudin.
Ketujuh pegawai tahu betul bagaimana mengelola kambing dengan disiplin. Hal ini mutlak dilakukan. Apalagi, ini sudah mendekati masa panen, mereka tidak mau ambil risiko hewan mereka tidak bisa disalurkan untuk kebutuhan kurban.
Zaenudin meracik pakan dan memberi makan ternak (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Pemandangan semacam itu telah menjadi kebahagiaan dalam pikiran Zaenudin. Kebetulan, anak muda desa seperti Zaenudin rata-rata menjadi peternak seperti menjadi jalan hidup yang telah digariskan. “Pemuda di sini kebanyakan ya kaya sana, peternak kambing, ayam, atau sapi,” ucapnya.
Meski cukup beruntung memiliki arah jalan hidup yang jelas, kehidupan peternak semacam Zaenudin masih diselimuti kabut. “Di sini nggak ada pilihan pekerjaan yang lain yang lebih menjanjikan. Untuk menghidupi keluarga ya dicukup-cukupin.”
ADVERTISEMENT
Angan-angan untuk berdikari mau tidak mau ia kubur. Hanya lulus kelas 4 SD, Zaenudin sempat bekerja sebagai buruh tani di ladang milik orang. Asa kebahagiaan menjadi pemuda desa tulen yang mandiri dengan pertanian dan peternakan masih jauh.
Harapan sempat bersambut dalam kehidupan Zaenudin. Ketika Bagas Farm mendirikan peternakan kambing di Desa Sukamulya, Zaenudin ikut dalam proyek. Zaenudin kemudian dikontrak menjadi pegawai pada tahun 2015.
Dua setengah tahun Zaenudin menjalani keseharian sebagai peternak di Bagas Farm. Meski senang dengan pekerjaannya, ia mengaku resah karena merasa apa yang ia dapatkan tidak sebanding dengan keringat yang ia teteskan setiap hari.
“Ya kalau cukup sih gimana ya. Ya dicukup-cukupin ajalah,” ujarnya tersenyum. Zaenudin sudah memiliki istri dan satu anak. Dengan pemasukan yang ia dapat, meski tak cukup, ia masih berusaha tegar.
Zaenudin, peternak yang bekerja di Bagas Farm (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Menatap ke depan, ia ingin memiliki peternakan sendiri. “Ya sukanya neglihat-lihat domba banyak, jadi pengin punya sendiri. Pengen kayak orang lain punya peternakan sendiri. Kayak temen-temen pada sukses.”
ADVERTISEMENT
Masalah yang dihadapi Zaenudin bukan perkara upah yang terlampau minim. Terdapat masalah kronik di dunia peternakan yang membuat peternak tidak mendapat distribusi pemasukan yang layak.
Di sudut Bagas Farm, terdapat rumah pengelola peternakan. Duduk seorang pria tua sekaligus pengelola bernama Durrokhim Syamsoeri. Keluhan soal ketimpangan pemasukan sudah ia dengar dari berbagai peternak yang ia temui di berbagai daerah.
“Di satu sisi, mereka tidak menikmati hasil yang cukup besar. Justru yang menikmati hasil yang cukup besar itu belantik dan pedagang. Hampir kurang lebih 60 - 70 persen keuntungan justru diambil oleh pedagang.”
Bangunan peternakan Bagas Farm (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Durrokhim memang baru bergabung belum lama dengan Bagas Farm. Pemilik peternakan sebenarnya adalah Ando, pengusaha ternak lama yang masuk organisasi Jaringan Saudagar Muhammadiyah. Durrokhim menceburkan diri ke peternakan karena keresahan yang sama; melihat peternak yang tidak memperoleh porsi semestinya.
ADVERTISEMENT
“Yang peternak malah pemasukannya kecil. Kalau dirupiahkan sekitar 100-200 ribu, Bayangkan mereka memelihara hampir 5 sampai 6 bulan. Sementara pedagang yang bermain tidak sampai sebulan bisa untung sampai 400 ribuan.”
Sehingga, menurut Durrokhim, keuntungan dari peternakan seharusnya lebih banyak masuk ke kantong peternak. ”Ini yang berusaha kami selesaikan,” ucap Durrokhim.
Zaenudin memberi makan kambing (Foto: Ridho Robby/kumparan)
Cita-cita besar Durrokhim dimulai dengan langkah kecil di Bagas Farm. Peternakan ini tidak dibangun hanya semata-mata menjual produk peternakan, tapi sebuah kegiatan ekonomi untuk memberdayakan masyarakat.
Langkah awal yang diambil Bagas Farm adalah dengan bekerja sama dengan Lazismu sebagai penyalur hewan ternak qurban. Dengan bekerja sama dengan lembaga filantropi seperti Lazismu, proses dagang tidak hanya mencari keuntungan.
“Muzakki yang beli dari domba-domba kami ikut membantu upaya mengangkat muzakki-muzakki baru.”
ADVERTISEMENT
Dengan pemasukan yang didapat lebih banyak lewat program ini akan memungkinkan Durrokhim dan kawan-kawan menyediakan modal untuk peternak baru. Pekerja yang terlibat dalam program ini tidak akan selamanya terkunci nasib sebagai pekerja.
“Seandainya katakanlah mereka tidak punya modal. Kami nanti bangun mitra dengan kami, artinya nanti kami bantu mulai dari bakalan, konsentrat, pakan. Nanti penjualannya kami yang koordinir.”
Sehingga, Zaenudin dapat menyambung harapan untuk memiliki peternakan sendiri. Bahkan akan lebih banyak Zaenudin-Zaenudin baru di daerahnya.
“Ini pemberdayaan peternak. Otomatis kalau peternak diberdayakan, bisa membangkitkan ekonomi pedesaan, “ imbuhnya.
----
Anda bisa berpartisipasi untuk membantu para peternak kambing dan berbagi kepada para warga yang tinggal di pelosok Indonesia lewat program kurban Lazismu. Caranya bisa dilihat di laman berikut:
ADVERTISEMENT