Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Menag: Anak Diajarkan Perbedaan Dengan Kebencian, Besarnya Mudah Terprovokasi
4 Februari 2025 20:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Kementerian Agama (Kemenag) tengah menyusun kurikulum cinta sehingga anak-anak didik tidak hanya diajarkan perbedaan apalagi kebencian satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Menag Nasaruddin Umar berharap dengan adanya kurikulum cinta ini dapat melahirkan toleransi sejati. Sehingga toleransi itu bukan sekadar koeksistensi.
“Kita ingin (kurikulum cinta ini), oke lah, betul-betul bhineka tunggal ika diikat secara sejati. Jadi kami mengistilahkan dengan toleransi sejati. Toleransi sejati itu bukan koeksistensi,” tutur Nasaruddin usai menghadiri Sarasehan Ulama NU, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (4/2).
“Koeksistensi Anda di sana, kami di sini, Anda di situ. Tapi tidak ada benang merah yang mengikat. Nah kita ingin, jangan hanya koeksistensi, tapi toleransi,” tambah dia.
Dia mengatakan, jika anak-anak terus diajarkan perbedaan dalam kebencian nanti saat dewasa, anak tersebut akan mudah terprovokasi. Sehingga apabila ikatan toleransi sejati tercipta maka akan timbul rasa kasih sayang di antara sesama.
ADVERTISEMENT
“Bayangkan kalau anak kecil kita dicekoki dengan perbedaan dengan kebencian satu sama lain, nanti kalau dewasa itu gampang sekali diprovokasikan. Tapi kalau ada ikatan cinta sejak dini, maka itu satu sama lain saling mencinta. Itu susah dimasukkan oleh provokator,” tutur Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.
Lebih jauh, Nasaruddin mengatakan, kurikulum cinta ini juga berharap dapat mewujudkan sikap saling menghargai antar pemeluk agama.
“Agama-agamaku, tapi mari kita sama-sama beragama, jangan saling mengusik satu sama lain. Saya kira itu intinya,” pungkasnya.