Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Menag: Bila Ada Tahfiz Al-Quran Jadi Kuli, Mungkin Tujuannya Dekat dengan Allah
29 Januari 2025 17:28 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menanggapi fenomena penghafal Al-Quran yang bekerja sebagai kuli bangunan. Menurutnya, tidak semua penghafal Al-Quran bertujuan mencari pekerjaan sebagai imam masjid atau profesi keagamaan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya pikir kalau misalnya ada tahfiz Al-Quran, ada penghafal Al-Quran itu tapi menjadi kuli bangunan. Jangan-jangan itu memang tujuannya menghafal bukan untuk cari kerjaan tapi untuk mendekatkan dirinya kepada Allah," tutur Nasaruddin dalam konferensi pers Pembukaan MTQ International IV di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Rabu (29/1).
"Walaupun saya kuli bangunan, saya bangga aku dapat uang yang halal hasil keringat saya sendiri. Memang saya menghafal Al-Quran bukan tujuannya untuk mendapatkan kerjaan yang mewah. Jadi kita juga harus pahami seperti itu. Ada tukang ojek juga hafal Al-Quran. Jadi dia enjoy," tambah dia.
Menurutnya, jumlah masjid di Indonesia sangat banyak dan terus bertambah, sehingga kebutuhan akan imam juga besar. Berdasarkan data dari Dewan Masjid Indonesia, terdapat lebih dari satu juta masjid dan musala di tanah air.
ADVERTISEMENT
Di masjid-masjid besar, imam dan muazin tidak hanya satu orang, tetapi bisa lebih dari tujuh hingga dua puluh orang, seperti di Masjid Istiqlal dan Masjid Sunda Kelapa.
Namun, ia menekankan tidak semua penghafal Al-Qur'an memilih jalur tersebut. Ada yang tetap menjalani profesi lain karena merasa nyaman dengan pilihan hidupnya.
"Kenapa tidak menjadi imam? Kenapa? Ya mungkin mereka menganggap bahwa inilah dunia saya ya. Jadi saya kira memang tahfiz sekarang menjamur. Di mana-mana ada pesantren tahfiz Al-Quran itu luar biasa. Dan memang kecintaan Al-Quran di tanah air ini luar biasa," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti perkembangan pesantren tahfiz yang semakin banyak di Indonesia. Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kecintaan tinggi terhadap Al-Quran.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengapresiasi keberagaman budaya Islam di Indonesia, termasuk dalam seni pelantunan selawat.
"Ya, kenapa? Karena ada penelitian. Jumlah jenis lagu-lagu selawat Nabi ada lebih dari 200 jenis di Indonesia. Sedangkan negara-negara lain itu tidak sebanyak itu. Jadi pelantunan selawat Nabi saja yang berbahasa Arab itu mungkin juga belum tentu tahu artinya, tetapi mampu menciptakan aransemen yang sangat indah," tandas dia.