Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Menag: Di Indonesia Banyak Pengajar tapi Sedikit yang Mampu Jadi Pendidik
12 Mei 2025 12:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengkritisi dunia pendidikan di Indonesia yang menurutnya masih minim pendidik sejati saat peringatan Tri Suci Waisak 2569 Tahun Buddha.
ADVERTISEMENT
Di depan ribuan umat Buddha yang hadir di Wihara Ekayana Arama di Jakarta Barat, Senin (12/5), Nasaruddin menyoroti, realitasnya kini banyak yang hanya berperan sebagai pengajar, tapi belum mencapai kedalaman makna sebagai pendidik apalagi guru sejati. Lalu apa bedanya?
“Di Indonesia banyak pengajar, tapi sedikit yang mampu menjadi pendidik,” kata Nasaruddin saat memberikan petuahnya saat perayaan Waisak di Jakarta Barat, Senin (12/5).
Nasaruddin kemudian membedakan definisi pengajar, pendidik, dan guru. Ia menjelaskan istilah guru berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta yakni gu berarti kegelapan dan ru berarti cahaya atau obor.
“Jadi guru adalah obor yang mengusir kegelapan,” ujar dia.
Ia lalu menjelaskan, seorang pengajar hanya menyampaikan pengetahuan. Sementara pendidik memberi contoh dan menanamkan nilai.
Sedangkan guru, menurutnya, adalah profesi yang berada pada tingkatan lebih tinggi dari pengajar dan pendidik karena mampu mencerahkan hati muridnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau pengajar, mentransformasikan kepintarannya dari otaknya kepada otaknya orang lain, anak-anak murid tidak peduli apakah dia makan atau enggak. Tapi kalau pendidik, bukan hanya transfer of knowledge tapi mencontohkan pada dirinya apa yang diajarkan kepada muridnya. Itu pendidik,” katanya.
“Guru lebih tinggi lagi martabatnya, bukan hanya untuk mencontohkan apa yang diajarkan, tetapi bagaimana betul-betul mengusir kegelapan yang tersarang dalam hati audiensnya, muridnya, sehingga muncul pencerahan. Mencerahkan tidak peduli apa pun yang terjadi pada dirinya. Inilah guru, rela seperti lilin membakar dirinya demi untuk menerangi orang lain,” sambungnya.
Nasaruddin pun menyebut para biksu sebagai contoh nyata dari guru dalam arti spiritual, yang rela meninggalkan kenikmatan pribadi dan duniawi demi membimbing umat Buddha.
ADVERTISEMENT
“Tidak gampang menjadi seperti Bante. Dia harus menghilangkan kesenangan pribadinya, tapi membutuhkan umatnya, untuk kita semua,” pungkasnya.