Menag Kenang Pesan Gus Dur Sebelum Wafat: Ekonomi Dikuasai Minoritas

4 Februari 2025 21:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama Nasaruddin Umar usai menghadiri peresmian Murugan Temple, di Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (2/2/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama Nasaruddin Umar usai menghadiri peresmian Murugan Temple, di Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (2/2/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengenang pesan mendiang Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kepadanya. Khususnya cerita soal perekonomian.
ADVERTISEMENT
Dia menceritakan, Gus Dur sempat menitipkan pesan kepadanya untuk berhati-hati karena akan ada masanya pertumbuhan ekonomi tidak berbanding lurus terhadap kelompok mayoritas.
“Terakhir saya ingat pesan Gus Dur menjelang wafat. Masih terbata-bata bicaranya. Dan saya masih simpan catatannya. ‘Hati-hati Nasaruddin’. Apa Gus? Satu saat nanti ini perlu dicermati pertumbuhan ekonomi di negeri ini tidak berbanding lurus dengan mayoritas penganutnya,” tutur Nasaruddin dalam sambutan di Sarasehan Ulama NU, Jakarta Pusat, Selasa (4/2).
Nasaruddin yang mendengar pesan tersebut sempat kebingungan dengan maksud Gus Dur. Yang kemudian Gus Dur jelaskan kembali bahwa pertumbuhan ekonomi akan dikuasai kelompok minoritas. Sementara mayoritas hanya akan menjadi penonton.
Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berbicara dengan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab setelah tiba di gedung parlemen di Jakarta, pada 27 April 2000. Foto: OKA BUDHI / AFP
“Perekonomian nanti akan dikuasai oleh kelompok minoritas agama. Sementara mayoritas agama ini nanti akan jadi penonton,” tutur Imam Masjid Besar tersebut menjelaskan maksud Gus Dur.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Nasaruddin, Gus Dur juga meminta kepadanya untuk menyiapkan solusi dari permasalahan tersebut.
“Dia jelaskan maksudnya apa Gus? ‘Nah ini perlu dicermati, hati-hati, jangan sampai nanti akan pasti terjadi tapi itu harus disiapkan solusinya’,” cerita Nasaruddin.
”Dan tidak pernah saya mendengarkan kata-kata, setelah itu, Gus Dur innalillahi wainailaihi rojiun,” imbuhnya.