Menag: Masalah Toleransi Sudah Selesai, Kita Terjemahkan ke Jaga Lingkungan

19 Desember 2024 13:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menag Nasaruddin Umar saat menghadiri Hari Pahlawan di Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya, Jatim, Kamis (14/11/2024). Foto: Kemenag RI
zoom-in-whitePerbesar
Menag Nasaruddin Umar saat menghadiri Hari Pahlawan di Masjid Nasional Al Akbar, Surabaya, Jatim, Kamis (14/11/2024). Foto: Kemenag RI
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan masalah toleransi di Indonesia sudah selesai dibahas. Sekarang waktunya masyarakat naik kelas dengan berpikir maju soal lingkungan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, semakin terjaga lingkungan, kehidupan manusia akan sejahtera. Namun jika yang terjadi sebaliknya, maka akan terbawa ke dalam arus negatif.
“Karena persoalan toleransi buat kita sudah selesai, nah toleransi ini nanti kita akan terjemahkan di dalam bentuk penyelamatan lingkungan secara bersama-sama. Makin awet lingkungan ini makin panjang umur. Bumi ini makin sejahtera umat manusia,” kata Nasaruddin Umar usai menghadiri 'Seminar Natal Nasional 2024' di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Kamis (19/12).
“Tapi sebaliknya kalau lingkungan alam semesta ini rusak , maka kita pun juga akan terkontaminasi negatifnya ya. Nah, inilah artinya seminar. Semoga kita mengambil manfaat di balik seminar ini dan juga Natal tahun ini,” sambungnya.
Nasaruddin menyebut kandungan surat Al-Baqarah ayat 30 yang bermakna menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Namun, karena surat ini, banyak manusia yang salah menafsirkan dan berujung merusak alam.
ADVERTISEMENT
“Gara-gara ayat inilah membuat manusia ini over dalam eksploitasi alam, lalu menuding bahwa kitab suci Abraham Religion menjadi faktor rusaknya alam semesta,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.
Terkadang manusia, kata Nasaruddin, tidak menyadari bahwa dirinya telah merusak alam dengan cara membakar hutan. Mereka seolah-olah tidak merasa berdosa setelah melakukan hal tersebut.
“(Seperti) Pembakaran hutan seperti tidak berdosa, perusakan sungai seperti tidak ada dosa karena manusia kan panglima,“ imbuhnya.