Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
24 Ramadhan 1446 HSenin, 24 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Menag Nasaruddin: Tanpa Kerukunan, Tak Ada Artinya Kekayaan Bangsa
22 Maret 2025 23:26 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Agama (Menag) RI, Nasaruddin Umar, menekankan bahwa seluruh elemen bangsa mesti menjaga kerukunan antarsesama. Pasalnya, kata dia, kekayaan yang dimiliki Indonesia tidak ada artinya jika masyarakat tidak saling rukun.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri acara Dialog Keumatan Kebangsaan, di Sekretariat BPP IKA UIN, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/3).
"Sehebat apa pun, sekaya apa pun bangsa kita, tanpa diwujudkan oleh sebuah negara yang rukun dan tentram, itu enggak ada artinya," kata Nasaruddin kepada wartawan, Sabtu (22/3).
"Makanya, kan, harus berbanding lurus, antara potensi bangsa, keindahan bangsa, tapi pada saat yang bersamaan adalah kerukunan itu sendiri. Tanpa kerukunan enggak ada artinya apa pun kekayaan itu," jelas dia.
Menurutnya, perpaduan antara kerukunan, solidaritas, dan penggalian potensi kekayaan bangsa itu harus dimanfaatkan oleh seluruh elemen bangsa.
"Nah, kalau kita ingin menggapai kemajuan Indonesia yang efektif ini, ya memang tidak boleh meninggalkan sesuatu apa pun potensi bangsa yang ada pada saat ini," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Nasaruddin juga menyebut bahwa tantangan bangsa Indonesia di masa depan adalah bagaimana membebaskan kemiskinan, dengan pendekatan yang mengedepankan keadilan.
"Kita sangat yakin kalau masyarakat di Indonesia ini mengelola secara adil potensinya, maka seharusnya tidak ada orang miskin di Indonesia ini," papar dia.
Dalam kesempatan itu, Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut juga menyinggung persatuan antar umat dan golongan dalam menjaga potensi kekayaan maupun kebudayaan bangsa.
"Kalau kita longgar di dalam menanam proteksi-proteksi kebudayaan kita, maka jangan-jangan nanti wajah kita mirip Indonesia, tapi isi kepalanya ada China, ada Amerika, jadi ke-Indonesia-an itu gimana?" ucap Nasaruddin.
"Jadi, bagaimana meng-Indonesia-kan umat beragama apa pun agamanya di Indonesia. Jadi, bagaimana mendidik seorang Muslim 100 persen tapi Indonesia 100 persen. Katolik 100 persen, Indonesia juga 100 persen," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Ketua BPP IKA UIN Alauddin Makassar, Idrus Marham juga berharap bahwa seluruh elemen bangsa memiliki kesadaran bersama dalam membangun persatuan tersebut.
"Kita mengharapkan bahwa ada kesadaran kolektif dari umat dan tentu umat dengan bangsa ini untuk memahami realitas sosial yang ada," ujar dia.
"Setelah kita memahami realitas sosial yang ada, maka selanjutnya perlu ada kesadaran kolektif mau untuk melakukan perubahan," pungkasnya.