Menag soal Good Looking Jadi Polemik: Saya Kira Diskusi Internal ASN

8 September 2020 14:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Agama Fachrul Razi (tengah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/1).  Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Agama Fachrul Razi (tengah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi soal radikalisme muncul dari sosok 'good looking' dan hafal Al-Quran, menuai polemik. Pernyataan Menag ini juga mendapat banyak kritikan dalam rapat kerja sama Komisi VIII DPR.
ADVERTISEMENT
Namun, Fachrul mengklarifikasi pernyataannya itu karena mengira acara diskusi itu hanya untuk internal lingkungan KemenPAN-RB dan tak dibuka ke publik.
"Saya enggak tahu jadi kontroversi, saya kira itu internal ASN. Kalau (diskusi) publik, saya akan bicara yang berbeda meski substansinya sama. Maka saya cerita, kalau bicara ASN no radikal, pertama perhatikan rekrutmen, kedua pendidikan lanjutan, ketiga saat ibadah," ungkap Fachrul di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (8/9).
Menteri Agama Fachrul Razi (tengah) mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/1). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Acara diskusi yang diikuti Fachrul pada Rabu (2/9) kemarin memang ditayangkan di YouTube KemenPAN-RB, dengan tema 'Strategi Menangkal Radikalisme Pada ASN'.
"Karena topiknya ASN no radikalisasi. Itu topik yang diberikan oleh Menteri PANRB, saya diminta bicara gimana ASN jadi no radikal," tuturnya.
ADVERTISEMENT

Masjid di Lingkungan ASN

"Orang tanya, Bapak coba ke rumah ibadah kok ngomongnya masjid doang?," lanjut Fachrul.
Fachrul menjelaskan, kegiatan beribadah pada saat jam kerja di lingkungan ASN lebih banyak dilakukan oleh umat muslim. Misalnya, karena ada masjid-masjid di kantor untuk menjalankan salat lima waktu.
Ilustrasi PNS. Foto: Dok. Istimewa
Menurutnya, lebih baik pengurus masjid di lingkungan kantor ASN diisi oleh ASN juga. Misalnya, untuk mengisi kultum seusai melaksanakan salat. Hal ini untuk menghindari penyusup dari luar ASN yang ingin menyebarkan paham radikal.
Selain itu, ia menyarankan pengurus masjid di lingkungan ASN untuk ikut mengecek akun media sosial orang-orang yang kerap diminta mengisi kultum atau ceramah.
"Kalau ada anak-anak masuk, good looking, Arabnya bagus, hafal Al-Quran itu yang kita butuhkan. Tapi cek dulu akunnya, ikutin akunnya, clear (bersih dari radikal). Ini yang kita butuhkan paling enggak isi kegiatan usai salat lohor. Karena enggak mungkin tiap hari kultum kan butuh orang. Jadi kalau bilang Menag anti (Islam), enggak gitu," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ia juga menyinggung cara kerja intelijen yang kerap berpenampilan menarik (good looking) untuk masuk ke komunitas tertentu dalam melancarkan aksinya.
"Kalau masukkan intelijen, menyusupkan orang-orang intelijen yang good looking, punya pengetahuan luas masukkan ke community tertentu baru keliatan," ujar dia.
Fachrul pun kembali menegaskan bahwa pernyataannya itu dikiranya hanya di internal KemenPAN-RB dan tak terbuka untuk publik.
"Jadi kembali kalau ada kata, salah di saya, enggak tahu kalau ini forum publik. Ini saya ngomong di acara internal ASN. Dan memang menyedihkan kalau ada yang menyusup punya pemahaman agama tinggi tapi bawa paham radikal," tutup Fachrul.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
ADVERTISEMENT