Menang Hadapi COVID-19, Korut Cabut Aturan Wajib Masker dan Social Distancing

13 Agustus 2022 11:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Parade paramiliter untuk menandai ulang tahun ke-73 republik di alun-alun Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, Kamis (9/9). Foto: KCNA via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Parade paramiliter untuk menandai ulang tahun ke-73 republik di alun-alun Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, Kamis (9/9). Foto: KCNA via REUTERS
ADVERTISEMENT
Korea Utara mencabut kewajiban memakai masker dan social distancing bagi penduduknya pada Sabtu (13/8).
ADVERTISEMENT
Pelonggaran pembatasan COVID-19 tersebut menyusul pernyataan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada pekan ini yang mengeklaim telah berhasil memberantas virus corona setelah tiga bulan sejak kemunculannya di negara itu.
“Di bawah pergeseran ke sistem anti-epidemi ‘normal’ dari sistem ‘tingkat teratas’, Korea Utara mencabut kewajiban mengenakan masker dan aturan lain seperti batas waktu layanan fasilitas komersial dan publik di semua wilayah kecuali wilayah perbatasan,” lapor kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, seperti dilansir oleh Reuters.
Meski demikian, pemerintah Korea Utara tetap menyarankan mereka yang mengalami gangguan pernapasan untuk tetap mengenakan masker.
Pyongyang juga mengimbau warganya untuk tetap mewaspadai hal-hal yang dicurigai sebagai penyebab infeksi. Sebelumnya, Korea Utara menyalahkan Korea Selatan atas kemunculan wabah COVID-19.
ADVERTISEMENT
Menurut Pyongyang, virus COVID-19 pertama kali ditularkan melalui salah seorang warganya yang menyentuh benda asing di dekat perbatasan dengan Korea Selatan.
Aktivis konservatif Korea Selatan meluncurkan balon yang membawa selebaran yang mencela pemimpin Korea Utara Kim Jong Il selama rapat umum di Hwacheon, Korea Selatan. Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Benda asing itu disebut adalah balon yang diterbangkan oleh aktivis Korea Selatan melintasi perbatasan kedua negara selama bertahun-tahun. Para aktivis di antaranya berasal dari Korea Utara, namun menjadi pembelot yang berhasil melarikan diri.
Sementara balon-balon transparan yang mereka terbangkan berisi selebaran di mana tertulis kritik kepada pemerintahan Kim Jong-un.
Isi tulisan itu mengajak para warga Korea Utara untuk ikut melarikan diri dari negara yang terisolir tersebut. Terkadang, bersama selebaran itu juga dikirimkan makanan, obat-obatan, uang, dan barang-barang lainnya.
Baru-baru ini, adik perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, mengecam keras Korea Selatan atas masuknya virus corona ke negara itu.
ADVERTISEMENT
Ia menyalahkan para aktivis dari Korea Selatan yang telah menerbangkan balon-balon itu melintasi perbatasan sehingga disentuh oleh warga Korea Utara.
Kim Yo-jong kemudian pada Kamis (11/8) bersumpah akan melakukan upaya balas dendam kepada Korea Selatan.
Kim Yo-Jong dan Kim Jong-Un Foto: Reuters/Korea Summit Press Pool
“Boneka-boneka (Korea Selatan) masih menyodorkan selebaran dan benda-benda kotor ke wilayah kita. Kita harus melawannya dengan keras,” tegas Kim Yo-Jong, dikutip dari Associated Press.
Hingga kini, Pyongyang tidak pernah mengkonfirmasi berapa jumlah warganya yang terjangkit virus COVID-19. Hal ini diakibatkan oleh minimnya alat tes dan infrastruktur medis untuk melakukan pengujian secara luas.
Pyongyang hanya melaporkan jumlah harian pasien yang mengalami gejala demam dan informasi itu disampaikan melalui kantor berita negara Korea Utara saja, yaitu KCNA.
ADVERTISEMENT
Jumlahnya kasus gejala demam naik menjadi sekitar 4,77 juta namun Korea Utara tidak mencatat adanya kasus baru seperti itu sejak akhir bulan lalu. Baru pada Rabu pekan ini, Pyongyang mengumumkan negaranya menang melawan virus COVID-19.
Para ahli termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun meragukan kebenaran klaim Korea Utara.
Pasalnya, Pyongyang tidak menerapkan vaksinasi kepada warganya dan upaya pemberantasan virus dilakukan hanya dengan isolasi wilayah dan obat-obatan tradisional seadanya.