Menanti Revitalisasi Situs Karantina Haji yang Terbengkalai di Sabang

Kondisi bangunan karantina haji di Pulau Rubiah, Sabang. Foto: Dok. Kemenag Aceh

Situs wisata karantina haji yang sudah lama terbengkalai dan tidak terawat di Pulau Rubiah, Sabang, rencananya bakal direvitalisasi untuk melestarikan dan menghidupkan kembali bangunan bersejarah di ujung Barat Indonesia tersebut.

Penjabat (Pj) Wali Kota Sabang, Reza Fahlevi, mengatakan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) telah berkunjung ke Sabang dan mereka akan membantu mendesain kembali bangunan sejarah karantina haji itu.

“Mereka membantu kita mendesain untuk revitalisasinya,” katanya pada kumparan, Senin (6/3).

Pj Wali Kota Sabang, Reza Fahlevi. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan

Reza memastikan, bangunan bersejarah yang sudah lama terbengkalai di ujung nusantara itu bakal dipugar kembali. Pihaknya akan berusaha mencari sumber pendanaan untuk melakukan revitalisasi.

“Ini harus direvitalisasi, Kemenag juga sangat mungkin kita minta bantuan karena ada kaitannya. Terkait pendanaan kalau tidak dari APBK, APBA/APBD atau APBN, tetapi kita segala upaya cobain lah,” ujarnya.

Pulau Rubiah, Sabang, memang dikenal sebagai salah satu daerah dengan pesona wisata bahari terkemuka. Keindahan bawah lautnya memantik wisatawan baik lokal maupun mancanegara berkunjung ke sana.

Namun, di balik keindahan itu Sabang juga menyimpan banyak kisah dan situs-situs sejarah untuk dikunjungi. Seperti halnya karantina haji, kampung haji, dan rumah sakit yang memiliki kaitannya dengan sejarah haji di Indonesia.

“Karena itu ke depannya kita juga akan mengembangkan wisata heritage, karena Sabang ini penuh dengan wisata sejarah,” sebut Reza yang juga Direktur Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Reza mengungkapkan, lokasi situs-situs wisata sejarah yang ada di Sabang saat ini sedang diupayakan agar ditata kembali untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan ketika berlibur ke Sabang.

Pertengahan Juni 2019 silam, kumparan pernah berkunjung ke lokasi bekas gedung karantina haji tersebut yang berada sekitar 100 meter dari dermaga Pulau Rubiah.

Kala itu, bangunan bersejarah tersebut telah ditutupi semak belukar dan ilalang di sekitarnya. Lokasinya tidak terawat penuh dengan sampah, bahkan wisatawan tidak mengetahui adanya bangunan bersejarah tersebut.

Lokasi sejarah haji itu memang sempat beberapa kali diwacanakan untuk dipugar kembali, namun pemerintah terhambat perizinan status kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA).