Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam status Facebook tersebut, Puspadiani mengaku sebagai anak pasutri lansia yang meninggal dunia. Puspadiani menyatakan orang tuanya meninggal berselang 6 hari. Ibunya meninggal pada 12 Maret 2021. Sementara ayahnya meninggal pada 18 Maret 2021.
Puspadiani sempat menyebut ibunya seorang perawat dan memiliki penyakit bawaan (komorbid).
Meski begitu, belum ada keterangan soal jarak antara pemberian vaksin dan keduanya meninggal. Termasuk umur pasutri tersebut. Namun melihat dari fotonya, diperkirakan pasutri itu merupakan lansia.
Berikut isi unggahan Puspadiani di Facebook pada 21 Maret mengenai orang tuanya yang meninggal usai divaksin corona sebelum diedit:
Ibuku sbg perawat bidan memiliki comorbit, tp ibuku ngeyel minta divaksin bersama bapakku, akhirnya keduanya sempat mengalami demam. Yang parah adalah kondisi ibuku selain demam juga mengalami sesak nafas, dan sekarang sedang berada di ruang isolasi ICU RSAL Surabaya, sedangkan bapakku sdh membaik krn sdh diinfus di rumah.
ADVERTISEMENT
Satgas COVID-19 Jatim Investigasi
Beredarnya kabar tersebut membuat Satgas COVID-19 Jatim memberikan tanggapan.
Jubir Satgas COVID-19 Jatim, dr Makhyan Jibril, mengaku belum mendapatkan informasi terkait hal tersebut. Ia akan melakukan investigasi, apakah kematian tersebut ada kaitannya dengan vaksinasi corona atau tidak.
Sebab selama ini, kata Makhyan, tidak ada laporan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) berat yang masuk. Makhyan menyebut hanya 0,03 persen laporan KIPI yang masuk dengan kategori ringan seperti demam dan pusing.
"Belum ada [laporan]. Kalau kayak gitu kita investigasi. Sejauh ini belum ada laporan karena kalau memang KIPI (Kejadian Paska Imunisasi) kan langsung dilaporkan ada yang standby," ujar Makhyan.
Makhyan mengatakan belum mengetahui kebenaran informasi tersebut. Namun apabila benar, kata dia, akun tersebut menulis bahwa orang tuanya memiliki komorbid. Ia menduga faktor komorbid bisa menjadi pemicu seseorang meninggal usai divaksin corona.
ADVERTISEMENT
"Makanya ini harus ditelusuri, apalagi disebutkan kalau ada komorbid. Bisa jadi karena ada komorbid (meninggalnya)" kata Makhyan seperti dikutip dari BASRA (Berita Anak Surabaya), partner kumparan.
Ia pun mengingatkan kepada lansia yang ingin divaksin corona hendaknya memperhatikan apakah memiliki komorbid atau tidak.
"Bukannya tidak boleh (divaksin), tapi masih menunggu sampai studi (vaksin) selesai. Saat ini kan sudah ada ketentuan beberapa komorbid yang belum bisa divaksin, seperti jantung koroner ataupun kanker," ucapnya.
Pemilik Akun Tak Merespons
Mencari kebenaran mengenai kabar tersebut tentu membutuhkan keterbukaan dari Puspadiani. Namun Satgas Jatim menyatakan sejauh ini belum ada respons dari Puspadiani.
"Sudah kita hubungi juga tapi masih belum direspon. Makanya masih kita tunggu (responsnya)," ucap Makhyan.
ADVERTISEMENT
kumparan dan BASRA pun sudah mencoba menghubungi Puspadiani untuk mencari tahu lebih detail mengenai kabar tersebut. Tetapi sejauh ini belum berbalas.