Mencari Kejelasan dari Kematian Anjing Canon

27 Oktober 2021 7:27 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anjing labrador Foto: dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anjing labrador Foto: dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kematian anjing bernama Canon di Pulau Banyak, Aceh Singkil, menjadi perhatian publik. Tidak hanya kesejahteraan hewan yang disinggung oleh warganet, citra wisata halal juga menjadi polemik.
ADVERTISEMENT
Satpol PP/WH Aceh Singkil memberikan penjelasan lengkap mengenai masalah ini. Mereka memastikan tidak melakukan penyiksaan apalagi membunuh anjing Canon. Bahkan, ketika dalam kapal dalam proses evakuasi, petugas memberikan hewan tersebut makanan.
Kasatpol PP/WH Aceh Singkil Ahmad Yani menceritakan, proses evakuasi anjing itu dilakukan pada Selasa (19/10) dari Kimo Resort yang ada di kawasan wisata Pulau Panjang, Kecamatan Pulau Banyak.
Proses evakuasi hewan itu awalnya beranjak dari keresahan masyarakat yang melapor ke camat dan kemudian meminta pihak Satpol PP/WH untuk turun ke lokasi. Anjing itu beberapa kali menggigit warga.
Selanjutnya, pada Senin (18/10) Ahmad Yani mengutus empat orang anggotanya untuk berangkat ke Pulau Panjang.
“Saya kirim anggota sebanyak empat orang dan saya mengatakan ke mereka kalian harus minta petunjuk sama camat karena dia yang punya wilayah. Apa yang diperintahkannya nanti sama-sama, kemudian harus ada keputusan bersama. Lalu diajaklah Forkopimcam sebagai pendamping, penindak utama adalah Satpol PP/WH,” kata Ahmad.
ADVERTISEMENT
Pada hari pertama petugas tiba di Pulau Panjang, mereka tak langsung mengambil anjing itu dari Kimo Resort, lokasi anjing itu berada bersama pemiliknya.
Sebab, anjing itu diduga disembunyikan oleh pekerja di sana. Petugas telah menunggu dari pagi sampai magrib namun anjing itu tidak muncul. Lantaran sudah menunggu lama, akhirnya petugas keluar dari Pulau Panjang.
Keesokan harinya petugas kembali ke lokasi dan menemui seorang wanita pekerja di Kimo Resort. Ketika itu, petugas meminta izin dan menjelaskan maksud kedatangan mereka dengan menghubungi si pemilik resor. Tetapi telepon mereka tidak diangkat.
Petugas lalu meminta pekerja tersebut menghubungi pemilik Kimo Resort hingga akhirnya tersambung. Di lokasi, petugas juga didampingi oleh kepala mukim (permukiman) kawasan setempat. Melalui sambungan telepon, kepala mukim tersebut berbicara dengan pemilik resor yang sedang berada di Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT

Menghalang-halangi Petugas

Namun demikian, kata Yani, setelah mendapat izin pekerja yang ada di sana tampak seperti menghalang-halangi petugas ketika hendak mengangkut anjing tersebut. Petugas awalnya tidak berani mendekat lantaran anjing terus melawan dan sangat ganas.
“Karena itu petugas mengambil kayu tujuan mereka untuk berjaga-jaga dan menekan rantai yang terikat pada anjing tersebut. Rencana petugas hendak mengangkut dan memasukkan anjing itu ke dalam keranjang tapi gagal. Tidak benar seperti video yang beredar seolah-olah petugas menyiksa hewan itu,” tutur Yani.
Anjing tersebut langsung ditenangkan oleh wanita pekerja di Kimo Resort. Dia juga yang memasukkan anjing itu ke dalam keranjang, lantaran saat dievakuasi oleh petugas dia melawan mereka tidak berani mendekat.
Hewan itu diangkut oleh petugas ke dalam kapal sekitar pukul 14.00 WIB siang, lalu mereka menempuh perjalanan sekitar 4 jam dari Pulau Panjang menuju ke pusat Ibu Kota Aceh Singkil. Adapun anjing yang diangkut sebanyak dua ekor, dan kedua hewan itu dimasukkan ke dalam keranjang sayur kol.
ADVERTISEMENT

Diangkut dengan Keranjang Sayur Kol

Keranjang sayur kol dipilih karena tidak ada lagi kandang saat mau evakuasi. Yani tak menjelaskan kenapa timnya tidak membawa kandang dari Singkil saat mau evakuasi anjing dari Pulau Panjang itu.
“Keranjang kol itu banyak lobangnya dan memang bagian atasnya dilakban supaya dia tidak melihat orang. Namun bagian tengah hingga bawah keranjang itu terbuka sehingga anjing tersebut bisa bernapas. Setelah dimasukkan ke dalam keranjang lalu dibawa menggunakan kapal.
Ilustrasi anjing aspin. Foto: Pixabay

Tidak Ada Niat Membunuh

Ahmad Yani membantah tudingan jika anjing itu dimasukkan ke dalam keranjang sayur, lalu ditutup dengan kayu dan dibungkus dengan terpal sehingga dia tidak bernapas. Keranjang sayur kol itu bukan dibawa Satpol PP dari Singkil, melainkan milik warga di sekitar.
ADVERTISEMENT
“Tidak mungkinlah kami seperti itu, kami kasihan juga dengan binatang. Keranjang kol itu kan berlobang, dan lobannya besar. Kami juga tidak melakban mulutnya, kasihanlah dia tidak bisa bernafas kan tidak mungkin, kami juga tahu itu,” ungkap dia.
Menurut Yani, hewan itu mati karena diduga stres sebab pada saat proses evakuasi kondisi ombak laut juga besar dan anjing itu terus melawan sampai menggigit keranjang kol tersebut.
“Menurut saya itu stres karena pada saat evakuasi ombak besar,” kata Yani.
Dari dua ekor anjing yang dievakuasi tersebut, kata Yani, diperlakukan sama oleh petugas. Setiba di Aceh Singkil, satu di antaranya masih hidup akan tetapi anjing bernama Canon saat diperiksa petugas sudah tidak bergerak.
ADVERTISEMENT
Yani memastikan tidak ada kekerasan terhadap anjing itu, dia juga melihat langsung saat anjing tersebut dikuburkan. Tidak ada bekas kekerasan di tubuhnya. Menurut Yani, dari kedua anjing itu satunya lagi masih hidup jika memang niat petugas membunuh, ya sudah dibunuh dua-duanya.

Silakan Autopsi Anjing Canon

Ahmad Yani telah mengetahui terkait rencana laporan itu dan kabarnya mereka, tim dari Animal Defenders, akan tiba di Aceh Singkil hari ini.
“Hari ini mereka datang katanya, kalau mau melaporkan silakan, kita layani,” kata Yani.
Jika memang kematian anjing Canon itu dinilai berindikasi pembunuhan, mereka siap anjing tersebut diautopsi untuk membuktikan apakah hewan itu dibunuh atau tidak.
"Kalau memang kematian itu dianggap karena ada aksi pembunuhan silakan buktikan, silakan autopsi tidak masalah, kita siap. Karena memang tidak ada kita bunuh,” ujarnya.
ADVERTISEMENT

Polres Aceh Singkil Terima Laporan Terkait Kematian Anjing Canon

Polres Aceh Singkil telah menerima laporan terkait kematian anjing Canon. Laporan itu dibuat oleh Doni Herdaru dari Yayasan Pengayom Satwa Indonesia.
Kasat Reskrim Polres Aceh Singkil Iptu Abdul Halim, mengatakan, laporan menyangkut kematian hewan itu baru saja dibuat.
“Ada laporan terkait penganiayaan hewan,” kata Iptu Abdul.
Abdul tidak menjelaskan terkait kenapa tidak ada terlapor dalam laporan itu. Dia juga tak menyebut nomor berapa laporan itu.
Abdul menyebutkan, Polres Aceh Singkil akan lebih dulu mempelajari laporan tersebut. Untuk proses perkembangan lebih lanjut nantinya akan disampaikan kembali.

Kasus Tidak Berakhir Minta Maaf

Koalisi Perlindungan Hewan Indonesia (KPHI) yang terdiri dari 30 organisasi pecinta binatang mengutuk keras terhadap dugaan penganiayaan anjing canon.
ADVERTISEMENT
"Kami berharap kasus ini tidak hanya berakhir dengan permintaan maaf tetapi dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak terkait perlindungan dan kesejahteraan hewan," tulis rilis KPHI.
KPHI meminta kaus tersebut diproses secara transparan kepada publik. Organisasi itu berharap, perlu adanya edukasi kepada pihak terkait agar hal serupa tidak terjadi di masa depan.
"Kami juga akan terus berkoordinasi dengan pemilik Canon untuk menghindari intimidasi dalam bentuk apa pun dan membantu mengumpulkan dan memberikan bukti-bukti dari pihak terkait kepada pihak yang berwenang," imbuhnya.
KPHI diwakili oleh Animal Defenders Indonesia dan Natha Satwa Nusantara telah berada di Aceh pada Minggu (24/10) untuk mengumpulkan barang bukti.
Sejumlah anak bermain perahu di pantai Pulau Panjang, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh, Minggu (8/9). Foto: ANTARA FOTO/Ampelsa

Pemkab Aceh Singkil Desak Pemilik Anjing Buka Suara

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Singkil meminta pemilik Kimo Resort di Pulau Panjang, Kecamatan Pulau Banyak, untuk buka suara terkait kematian anjing Canon.
ADVERTISEMENT
Hal itu dianggap akan menyelesaikan polemik soal kematian Canon, seekor anjing yang tewas dalam proses pemindahan oleh Satpol PP. Sehingga ke depannya tidak mencoreng nama baik wisata di Aceh Singkil.
“Coba buat statement dalam sebuah testimoni sebentar, kejadiannya itu bagaimana, jangan dibesar-besarkan," tutur Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Singkil, Edi Hartono.
Sebelum kasus kematian anjing itu heboh, imbuhnya, komunikasi antara pihaknya dengan Kimo Resort diakui berjalan dengan baik. Bahkan, Edi mengaku mengenal pemilik resort secara pribadi.
Pihaknya juga mengatakan sudah mengingatkan pemilik resort soal keberadaan anjing yang mendapat keluhan dari pengunjung wisata.
"Komunikasi kita sebelum ada kasus ini bagus kok, hubungan kita harmonis. Sudah berkali-kali kita sampaikan baik selaku pemerintah maupun teman karena kita sudah kenal lama,” imbuh Edi.
ADVERTISEMENT
Edi juga menilai, selama ini orang-orang mengemas berita kejadian anjing yang tewas dalam proses pemindahan oleh petugas itu terlalu berlebihan.
“Saya melihat ini ada orang-orang yang mem-framing atau mengemas sehingga ini menjadi besar. Padahal masalahnya sepele sekali, bukan kita tidak pernah mengingatkan, bukan kita melakukan evakuasi hewan itu satu arah. Sudah ada komunikasi terdahulu antara pihak kecamatan dan pihak pengelola bahwa akan ada pelaksanaan evakuasi,” bebernya.
Dalam waktu dekat pihaknya berencana mengambil langkah untuk bertemu dan membicarakannya kembali dengan pemilik Kimo Resor.