Mendag: Ritel Banyak Tutup karena Perubahan Perilaku Belanja

1 November 2017 18:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Terkini Lotus Sarinah (Foto:  Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Terkini Lotus Sarinah (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
ADVERTISEMENT
Fenomena banyaknya ritel yang tutup di Indonesia ditanggapi dingin Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Enggar menegaskan fenomena tersebut bukan disebabkan karena daya beli masyarakat yang melemah, tetapi justru ada faktor lain.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada daya beli lemah sama sekali, sama sekali tidak lemah. Sekarang ini terjadi pergeseran pola hidup di dunia, perubahan perilaku belanja dan perilaku dalam kegiatannya berubah total," tegas Enggar saat ditemui di Indogrosir, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (1/11).
Enggar mengakui saat ini masyarakat Indonesia sedang mengalami masa pergeseran. Misalnya gaya hidup pergi ke mal bukan hanya sekadar untuk membeli produk pakaian saja. Tetapi mal justru menjadi tempat nongkrong sambil membeli makanan dan minuman ringan.
"Di mana yang sekarang diprioritaskan bukan lagi beli barang-barang, tapi mereka saving untuk leisure untuk hangout, untuk food and beverage," jelas Enggar.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Selain itu, jika mau membeli pakaian, masyarakat Indonesia lebih memilih untuk mendatangi langsung gerai khusus dibandingkan pergi ke departement store.
ADVERTISEMENT
"Mereka yang high end itu tidak mau pergi ke Sogo atau ke Dabenhams. Mereka langsung ke spesifik special store. jadi mereka langsung ke butiknya. Di mana saya cek di keuangan PT MAP (PT Mitra Adi Perkasa) karena dia peningkatan penjualan naik tapi departement store dia tutup," ujarnya.
Selanjutnya, Enggar juga memiliki data-data yang membuktikan daya beli masyarakat Indonesia tidak melemah. Misalnya data konsumsi rumah tangga pada tiga kelompok terbawah, menunjukkan bahwa pendapatannya lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Sementara untuk kalangan menengah, pertumbuhan konsumsi rumah tangganya sebsar 5-6% year on year (yoy), dinilai cukup tinggi. Namun jika dibandingkan tahun lalu yang sebesar 8% (yoy), angka tersebut memang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
"DPK (Dana Pihak Ketiga) meningkatnya tajam jadi tidak ada urusan dengan daya beli. Daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi kita tinggi dan inflasi juga bagus sekali, hari ini tadi diumumkan hanya 0,01% inflasi jadi tidak ada urusan," katanya.