Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Mendagri Contohkan Ormas Menyimpang dengan Putar Video HTI
24 Mei 2018 12:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam pidato tersebut, penceramah berbicara soal kebangkitan khilafah di Indonesia.
"Saya ambil contoh saja, waktu di DPR saya putar 30 menit. Cermati apakah benar menyimpang, coba dengarkan pidato pimpinannya. Itu contoh, saya bahkan enggak bisa menjabarkan. Saya nggak habis pikir," kata Tjahjo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (24/5).
Ia menegaskan pembubaran HTI tak dapat diartikan pemerintah antiormas. Pembubaran HTI dilakukan lantaran ormas tersebut ingin mengganti ideologi negara.
"Jadi mohon disampaikan ke daerah, kita tidak antiormas, asal ajarannya sesuai, ajaran-ajaran agama. Bukan ajaran sesat, ingin memutar balikkan," ungkapnya.

Dalam usia yang hampir 73 tahun, Indonesia telah diwarnai dengan terbentuknya ormas. Bahkan, Tjahjo menyebut Indonesia adalah negara ormas lantaran tercatat ada 380.908 ormas.
ADVERTISEMENT
Tjahjo mempersilakan ormas-ormas untuk berkembang di Indonesia. Namun, ormas-ormas tersebut harus mengakui ideologi Pancasila dan UUD 1945.
"Contohnya Islam. Ormas Islam mau dakwah tiap jam, tiap hari, di mana silakan. Asal sesuai dengan Al-Quran dan hadis. Kalau Kristen harus sesuai dengan kitab sucinya masing-masing. Semua harus sesuai," kata Tjahjo.
"Tapi sebagai ormas dia harus mengakui yang namanya ideologi Pancasila, prinsip UUD 1945, kemajemukan bangsa, Bhinneka Tunggal Ika," tambahnya.
Selain itu, ia meminta agar rasa saling menghormati atas perbedaan yang ada terus dijaga dan ditumbuhkan. Sebab, kata dia, pondasi kemerdekaan Indonesia merupakan kemajemukan.
"Silakan membentuk ormas. Tapi ada tenggang rasa, saling menghargai. Yang mayoritas menghormati yang minoritas, yang minoritas menghargai yang mayoritas," jelasnya.
ADVERTISEMENT