Menebak Maksud Jokowi Saat Guyon Soal Otoriter dan Ndeso

9 Agustus 2017 16:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi dalam Kongres Pancasila ke-9 di UGM (Foto: Biro Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dalam Kongres Pancasila ke-9 di UGM (Foto: Biro Setpres)
ADVERTISEMENT
Sejumlah pihak, baik parpol maupun LSM, menyebut Presiden Joko Widodo diktator gara-gara menerbitkan Perppu Ormas, yang mengatur pembubaran ormas tanpa pengadilan. Namun Jokowi menanggapi kritikan itu dengan kelakar.
ADVERTISEMENT
Saat menghadiri Peresmian Pasanggiri Nasional serta Kejurnas Tingkat Remaja Perguruan Pencak Silat Nasional (Persinas) ASAD di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, Lubang Buaya, Selasa (8/8) kemarin, Jokowi sempat melontarkan guyonan soal ia yang disebut sebagai diktator.
"Masa, wajah saya kayak gini dibilang wajah diktator?" guyonnya.
Pengamat politik dari lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio, menilai Jokowi menanggapi kritik diktator itu dengan cerdik.
"Saya yakin pada saat kayak kemarin di Lubang Buaya, saya (juga) hadir tuh. Mereka (warga) banyak yang ketawa juga. Coba bayangkan saat dia bicara di depan oposisi atau orang yang serin mengkritik dia. Akan dihantam balik. Jadi saya rasa cerdik juga Pak Jokowi berseloroh, bercanda, kemudian mengungkapkan isi uneg-unegnya di depan pendukungnya sendiri. Cerdik juga," kata Hendri kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (9/8).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dia menganggap cara Jokowi menanggapi segala kritikan yang ditujukan kepadanya dengan cara yang santai sebagai gaya Jokowi.
"Yang paling enak kan seorang pemimpin bercanda di depan publik yang mendukungnya. Sehingga pada saat dia berseloroh, dukungan akan datang kepadanya. Dia kan enggak mungkin berseloroh di depan oposisi. Karena pada saat dia berseloroh di depan oposisi, dia pasti akan dihantam. Tapi kalau dia bicara di depan pendukungnya, di depan rakyatnya, maka dukungan akan datang kepadanya dan pemakluman yang akan datang kepadanya," paparnya.
Cara Jokowi menanggapinya dengan candaan, Hendri berpendapat Jokowi sedang ingin meyakinkan publik kalau dia bukan pemimpin yang diktator. Hendri mengaku setuju dengan pernyataan Jokowi. Sebab, jika Jokowi merupakan pemimpin diktator, maka diskusi publik tidak bisa terjadi.
ADVERTISEMENT
"Kalau diktator, wah habis. Jadi menurut saya itu baik sekali. Untuk memastikan dirinya bahwa dia bukan diktator, nah sekarang ini tinggal pembuktian aja dari Jokowi," ujarnya.
Jokowi dan Iriana main sulap (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Iriana main sulap (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Setpres)
Hendri menuturkan sebetulnya Jokowi hanya memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan pendahulunya. Seperti dengan pendahulunya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), keduanya memiliki gaya yang bertolak belakang.
Selama memimpin, SBY sering dicap sebagai pemimpin yang selalu ragu dalam mengambil keputusan. Sementara Jokowi lebih cenderung langsung mengambil keputusan.
"Nah ini dianggapnya seperti diktator. Padahal ini gaya kepemimpinan saja. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, misalnya, dengan Pak SBY lama memutuskan (kebijakan), tapi pada saat memutuskan enggak ada gejolak. Tapi kalau Pak Jokowi bekerja dulu, kemudian memberikan ruang untuk evaluasi. Dua-duanya baik," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Jauhlah dia (Jokowi) dari figur seorang diktator. Kalau diktator, tidak ada lagi ruang untuk diskusi," tuturnya.
Hendri juga berpendapat wajar jika Jokowi resah dengan segala kritik yang ditujukan padanya. Keresahan Jokowi, kata Hendri, juga masih dalam batas wajar sebagai seorang pemimpin.
"Saya yakin beliau juga menyadari kalau sebagai seorang pemimpin pastinya banyak kritikan tajam yang dihadapi. Hanya saja yang membedakan seorang pemimpin itu bagaimana dia menghadapi kritikan. Kalau seorang yang otoriter, menghadapi kritikan itu dengan dibungkam dengan apapun cara pasal hukumannya. Tapi kalau seorang pemimpin berjiwa besar, pada saat dikritik justru dia instropeksi. Saya yakin Pak Jokowi mengerti betul itu dan saya yakin dia akan memilih yang kedua," tutupnya.
ADVERTISEMENT