Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
![Sumur Ar Rauha di dekat Madinah, Arab Saudi. Foto: Denny Armandhanu/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1566656980/bohkd641yzhz69sopsgc.jpg)
ADVERTISEMENT
Seperti hari biasanya di bulan ini, matahari di kota Madinah menyengat tanpa ampun. Suhunya mencapai 43 derajat Celcius pada Sabtu (24/8). Namun panas mentari tak menyurutkan keinginan tim Media Center Haji mengunjungi tempat bersejarah yang terkadang luput dari perhatian: Sumur Rauha.
ADVERTISEMENT
Letaknya sekitar 80 kilometer dari kota Madinah melalui jalan tol lama menuju Makkah. Jangan bayangkan seperti di tanah air yang jalan tolnya padat merayap, tol di Madinah kosong melompong sehingga perjalanan ke Rauha hanya ditempuh dalam waktu 1 jam.
Google Map amat membantu dalam pencarian Rauha. Pasalnya, tiada plang, papan nama, atau apapun yang menunjukkan bahwa di tempat itu ada lokasi bersejarah perjalanan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dalam menyebarkan Islam, 1.500-an tahun lalu
Lembah Rauha merupakan gurun tandus yang dikelilingi pegunungan batu. Datarannya berpasir dan berkerikil. Bisa disaksikan banyak keledai liar yang mencari makan, berkumpul di naungan pohon yang meranggas. Hati-hati melangkah, sebab banyak "ranjau" kotoran keledai terserak di tanahnya.
Ketika kami tiba, sekeliling sumur Rauha ditutupi oleh pagar seng, sepertinya sedang ada renovasi. Namun rupanya, ada yang menerobos masuk dengan membuka sebagian seng tersebut. Dari lubang itulah, jemaah bisa menyelinap dan melihat sendiri bentuk sumurnya.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari bentuknya, sumur Rauha seakan tidak terawat. Dari foto-foto beberapa tahun sebelumnya, banyak coretan di sekeliling sumur. Namun kini, coretan itu telah dibersihkan.
Tidak jauh dari sumur Rauha, terdapat masjid kecil tanpa pintu. Sama tidak terawatnya, tembok masjid Rauha retak dan gompal di mana-mana. Di dalamnya hanya ada beberapa sajadah yang sudah usang. Di masjid ini, jemaah bisa melakukan salat sunnah atau wajib.
Diameternya sekitar lima meter, mulut sumur tertutup rapat. Pipa air menyembul dari dalamnya, terhubung ke banyak keran di ujungnya. Dari keran inilah, air sumur Rauha bisa dinikmati oleh siapapun yang datang. Di tempat itu pula, banyak pedagang tempat air yang bisa dibeli dengan harga 5-10 riyal tergantung ukurannya.
ADVERTISEMENT
"Airnya bisa diminum, silakan," kata seorang pria asal India.
Ketika dicicipi, rasanya sedikit aneh, seperti air mentah, walau diklaim aman untuk konsumsi. Tidak seperti air zamzam yang walau mentah tetapi segar ketika diminum.
Seorang pria Arab menghampiri kami. Dia terlihat antusias, boleh jadi karena tidak banyak warga Indonesia yang mampir ke tempat itu. Kepada kami, dia mengatakan air sumur Rauha bertuah.
Menurut dia, air sumur itu jadi berbagai obat bagi yang sakit, bahkan bisa mempercepat kehamilan bagi yang sulit punya keturunan. Sepertinya keyakinan ini telah menyebar, maka tidak heran banyak yang datang ke Rauha untuk mengambil bergalon-galon airnya.
Pengakuan ini tentu saja butuh bukti dan dalil, terutama jika berhubungan dengan masalah agama. Ariful Bahri, ustad pengajar jemaah haji Indonesia di Masjid Nabawi mengatakan bahwa tidak ada satu pun dalil agama yang menunjukkan adanya air bertuah selain zamzam.
ADVERTISEMENT
"Cuma ada satu air yang berkhasiat, yaitu air zamzam," kata Ariful saat dihubungi kumparan.
Walau khasiat air sumurnya dipertanyakan, namun keabsahan nilai sejarah lembah Rauha telah termaktub dalam berbagai hadits. Dalam salah satu hadits disebutkan, sebanyak 70 Nabi telah melintasi lembah Rauha untuk menuju Baitullah di Makkah.
Di tempat ini pulalah ada kisah akhir zaman. Tersebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Isa yang kembali diturunkan ke Bumi akan melakukan talbiyah untuk haji dan umrah dari tempat ini.
Dalam kisah peperangan, Lembah Rauha adalah tempat persinggahan Nabi Muhammad dalam perjalanan menuju Badar. Di tempat ini, Rasulullah menasihati para sahabatnya, membuat strategi perang, hingga memerintahkan pengaturan kota Madinah. Dari Rauha, Nabi dan para sahabat menuju Badar dan berperang dengan pasukan suku Quraisy dari Makkah.
ADVERTISEMENT
Dari Rauha, pasukan Nabi menempuh jarak sekitar 70 kilometer menuju Badar. Jangan bayangkan perjalanan dengan mobil ber-AC di jalanan tol yang sepi, ketika itu pasukan Nabi berjalan kaki atau menunggang unta. Napak tilas kami hanya sebatas menyusuri perjalanannya saja, tidak sanggup mengikuti susah payahnya. Sekitar 1 jam berkendara dari Rauhah kami tiba di Badar.
Perang Badar adalah salah satu perang besar dalam sejarah Islam. Dalam perang tersebut, pasukan Nabi yang hanya berjumlah sekitar 300 orang menang melawan pasukan Quraisy yang berjumlah 1.300 orang dan bersenjata lengkap. Hanya 14 orang sahabat dari Muhajirin dan Anshar yang syahid ketika itu, sementara dari sisi Quraisy ada 70 yang tewas, 70 lainnya jadi tawanan perang.
ADVERTISEMENT
Badar yang sekarang bukan lagi gurun pasir, sudah menjadi kota kecil. Apotek, restoran, hotel, hingga supermarket sudah ada di Badar. Pengunjung bisa tahu lokasi perang Badar dari pekuburan syuhada Badar. Karena para sahabat yang gugur saat perang pasti dikuburkan di tempat dia terbunuh.
Ke-14 nama sahabat yang gugur tertera dalam papan nama di depan makan syuhada Badar. Sayangnya, ketika kami datang pagar pekuburan Badar tertutup rapat. Kami harus menaiki bukit batu kecil di belakangnya untuk melihat dengan jelas apa yang ada di balik pagar.
Dari situ kami melihat pekuburan Badar tidak ubahnya pekuburan terkenal lainnya di Saudi seperti Baqi , Ma'la, atau makam syuhada Uhud.
Tidak ada nisan megah atau kijing yang ditinggikan, hanya tanah rata dengan gundukan batu penanda kuburan. Pemakaman ini memang mengikuti sunnah Nabi, dan Saudi menerapkannya untuk menghindari pengkultusan terhadap makam.
ADVERTISEMENT
"Pekuburan syuhada Badar sama dengan kuburan umat Muslim lainnya, seperti Baqi atau yang lain," kata Ariful menekankan bahwa tidak ada keistimewaan khusus dari kuburan Badar.
Kami tidak kuat berlama-lama di tempat tersebut, karena suhu semakin sore semakin panas. Hal ini menyadarkan kami bahwa perjuangan Nabi dalam menyebarkan Islam tidak mudah. Di suhu panas, kondisi alam yang ganas, Nabi dan para sahabat harus berperang mempertaruhkan nyawa membela Islam.
Iman dan perjuangan merekalah yang kemudian membuat Islam besar seperti sekarang ini. Kesadaran ini merupakan buah manis dari napak tilas kami ke Rauha dan Badar.