Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Aksi deklarasi mendukung Anies Baswedan jadi capres secara masif digelar dalam sepekan terakhir tepatnya Senin (6/6), dan Rabu (8/6), ada 2 kelompok yang terlibat. Sejumlah pihak mulai dari politisi hingga pengamat menilai banyak kejanggalan dalam deklarasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Kedua kelompok tersebut menggunakan Front Persaudaraan Islam (FPI ) reborn, dan ada yang menamakan diri sebagai Majelis Sang Presiden. Yang menjadi catatan, dalam acara itu tak ada satu pun dihadiri Anies atau pihak Anies.
"Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk melihat apakah memang itu relawan resmi Anies yang tercatat atau katakanlah memang sengaja melakukan deklarasi itu untuk black campaign terhadap Anies. Itu, kan, bisa terjadi," kata Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, Rabu (8/6).
Menurut anggota DPRD DKI Jakarta M Taufik, ada pihak yang ingin menjatuhkan Anies lewat deklarasi-deklarasi aneh.
"Saya kira ini cara menjatuhkan Pak Anies. Sudahlah, pakai akal yang lebih sehat kalau mau bersaing,” kata Taufik saat dihubungi, Rabu (8/6).
ADVERTISEMENT
Lalu apa saja kejanggalan deklarasi Anies Baswedan nyapres tersebut?
Berikut kumparan merangkum 2 deklarasi Anies nyapres tersebut:
Deklarasi Dukung Anies Nyapres di Monas yang Mengatasnamakan FPI
Sehari sebelum sejumlah orang menggelar deklarasi Anies Baswedan nyapres di Monas pada Senin (6/6) kemarin, sempat beredar surat pemberitahuan aksi Front Persaudaraan Islam (FPI) dengan agenda Deklarasi Mendukung Anies Baswedan Calon Presiden (Capres) 2024. Surat itu ditujukan ke Dirintelkam Polda Metro Jaya.
Dalam surat tersebut, agenda deklarasi dukungan akan digelar di kawasan Patung Kuda, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (6/6) sekitar pukul 11.00 WIB. Sebanyak 200 peserta disebut akan hadir dengan koordinator aksi yakni M Fahril.
Ketum PA 212 Slamet Maarif menegaskan, surat tersebut hoaks. Dia lalu mengirimkan surat tersebut dengan label hoaks.
ADVERTISEMENT
"Hoaks itu. FPI abal-abal," imbuhnya.
Sarwono Edy, Polri, dan Aksi FPI Palsu
Tak lama setelah aksi, sejumlah warganet menyebut ada sosok pria bernama Sarwono Edy di balik aksi FPI palsu di Monas. Namanya juga tercatat di dalam struk pembayaran bus untuk membawa massa dari Bogor.
Selain itu, Edy juga dikaitkan dengan Polri. Namun, Polri belum tahu persis siapa Edy dan akan memeriksanya.
"Saya confirm ke siber dulu, ya," kata Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Pol Gatot Repli saat dihubungi, Selasa (7/6).
Di sisi lain, Ketua Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Slamet Maarif mengungkap sosok Sarwono Edy di balik aksi Front Persaudaraan Islam (FPI) palsu yang mendukung Anies Baswedan nyapres di Monas, Jakarta Pusat, Senin (6/6) lalu.
ADVERTISEMENT
Slamet juga menelusuri sendiri siapa sosok Edy yang disebut-sebut sebagai koordinator aksi FPI Palsu itu.
"Pak Sarwono Edy ini ternyata pemain lama, bukan hanya 1-2 demo yang dia koordinir. Sudah banyak demo baik itu yang mendukung pemerintah ataupun demo yang menolak kebijakan pemerintah," kata Slamet lewat keterangannya, Selasa (7/6).
Slamet menyebut, Edy kerap menggelar aksi terhadap Gubernur DKI Anies Baswedan. Salah satunya, asli penolakan Formula E. Salah satu indikasinya, mobil yang dipakai saat aksi tolak Formula E sama dengan aksi deklarasi Anies.
"Ternyata mobil ini juga pernah digunakan pada 25 Maret 2022 dalam demo terkait Formula E, dan mendesak KPK untuk memeriksa Anies Baswedan," ujar Slamet.
Deklarasi FPI Palsu Dukung Anies Nyapres di Monas Dibayar Rp 150 Ribu
ADVERTISEMENT
Tak berhenti sampai di situ, beredar video pengakuan seorang pria bernama Khaerul Anam meminta maaf telah menggelar aksi mencatut nama FPI yang diunggah di akun twitter @DPP_LIP.
Dalam video itu, Khaerul Anam mengaku dihubungi seorang pria bernama Edy yang memintanya ikut pengajian di Monas.
Berikut pernyataan pria yang mengaku sebagai Khaerul Anam:
Assalamualaikum wr.wb atas nama alfatir KH Khaerul Anam meminta maaf ke FPI. Saya menyatakan, pertama kronologis yang sesungguhnya. Malam, saya ditelepon Pak Edy jam 9.00 disuruh baca berdoa di Monas.
Pagi saya mengajak jemaah dan santri ke Monas berangkat jam 7 dari Bekasi langsung menuju ke Monas. Sampai di lokasi saya kaget di lokasi kaget saya sampai di lokasi di mobil komando ada yang membagikan bendera FPI.
ADVERTISEMENT
Sementara saya tidak melihat FPI atau Front Persaudaraan Islam di lokasi. Saya merasa tertipu dan dibohongi dan diperalat orang tersebut.
Selesai acara saya dan para jemaah selesai 11.30, kami pulang. Para jemaah selesai dari lokasi di bus, maka Pak Edy mengasih uang, tiap orang dikasih Rp 150 ribu, kami merasa dibohongi banget. Demikian klarifikasi.
Menelusuri Rumah Korlap Aksi FPI Palsu Dukung Anies di Bogor
Beredar cuitan di Twitter, aksi itu dikorlapi oleh seorang bernama Abdul Haris Umrela yang mengaku sebagai Habib Abdurrahman Assegaf. Korlap alias koordinator lapangan itu bahkan disebut kini berganti nama jadi Fahril atau yang juga dikenal dengan Khaerul Anam.
Dalam cuitan itu, Fahril disebut tinggal di Jalan Tajur, Nomor 161-162, RT 01/RW 07, Muarasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
kumparan pada Rabu (8/6) menelusuri kebenaran kabar itu. Alamat itu benar berada di Kota Bogor. Namun, alamat itu bukanlah sebuah rumah, melainkan ruko di pinggir jalan.
Di belakang ruko itu ada perkampungan. Rudi warga setempat mengaku pernah melihat Fahril alias Khaerul Anam. Kata Rudi, Fahril pernah berkumpul dengan orang-orang memakai baju putih dan naik angkot pada hari Senin kemarin. Namun Rudi tidak mengetahui tujuan mereka.
Ketua RT 01 RW 07, Kelurahan Muarasari,Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, Deni Ade Handani membenarkan keberadaan alamat tersebut, namun ia menekankan tidak ada nama Abdul Haris atau Fahrul atau Khaerul Anam.
"Benar alamatnya di sini. Tapi saya tidak kenal, kemarin warga saya lihat kumpul di depan Kuntum (taman wisata), tapi saya tidak kenal tidak tahu. Tidak ada nama warga tersebut," katanya.
ADVERTISEMENT
Majelis Sang Presiden Kami Deklarasi Dukung Anies Capres 2024
Sejumlah orang yang menamakan diri Majelis Sang Presiden Kami mendeklarasikan dukungan untuk Anies Baswedan sebagai calon Presiden Republik Indonesia Periode 2024-2029 di hotel Grand Bidakara, Pancoran, Rabu (8/6).
Para deklarator mengaku berasal dari kelompok dan latar belakang berbeda-beda. Ada yang merupakan eks anggota FPI, eks HTI, dan mantan narapidana terorisme.
Mereka membacakan deklarasi untuk Anies secara bersama-sama di atas panggung, dipimpin oleh seorang deklarator.
“Deklarasi Sang Presiden untuk Anies Baswedan, Presiden RI periode 2024 sampai 2029. Kami rakyat Indonesia khususnya umat Islam dengan ini menyatakan dan mendeklarasikannya,” kata deklarator saat membacakan deklarasi.
“Satu, mendukung Anies Baswedan sebagai presiden Republik Indonesia periode 2024-2029. Kedua, mengajak dan mengimbau rakyat Indonesia khususnya umat Islam untuk mewujudkan serta memperjuangkan Anies Baswedan sebagai presiden RI 2024 dan 2029,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Setelah membacakan deklarasi itu, mereka meneriakkan kalimat takbir sebanyak 3 kali.
Ketum PA 212 Tak Kenal Peserta Deklarasi Anies Nyapres di Bidakara
Dari daftar yang diperoleh kumparan dari penyelenggara, tercatat ada 8 peserta yang mengaku mantan pengurus dan anggota FPI, 2 mantan pengurus HTI, dan 3 mantan napiter. Total ada 12 tokoh inti yang hadir dalam acara tersebut.
Terkait sosok yang hadir dalam acara tersebut, Ketum PA 212 Slamet Maarif mengaku tidak tahu dan tidak mengenal para tamu yang mengaku mantan pengurus FPI tersebut.
"Nggak kenal," kata Slamet saat dihubungi, Rabu (8/6).
"Nggak ada," sambung Slamet mempertegas jawabannya.
Berikut nama-nama peserta yang hadir dalam deklarasi tersebut:
Pembacaan deklarasi
1. Habib Musallam Bin Muhammad (Eks FPI)
ADVERTISEMENT
2. Habib Syaref Abdullah Alhadad (Eks FPI)
2. Ust. Zaenal Muttaqin (Eks Napiter)
3 Ust. Ahmad Jaki (Eks FPI)
4. Ust. H. Abdulah Gadir (Eks FPI)
5. Usman Adnan (Eks HTI)
6. Muhammad bin Anwar Marta (Eks FPI)
Nara sumber media dalam konferensi pers
1. Habib Alif Akbar Bin Abdurahman Al Yamani (Eks FPI)
2. Habib Ali Zainal Abidin Assegaf (Eks FPI)
3. Ust. Wandi Supandi (Eks Napiter)
4. Ust. Kartono (Eks Napiter)
5. Ust Syahroni (Eks FPI)
6. Zainal Abidin (Eks HTI)
Sosok Amsori di Tengah Deklarasi Majelis Sang Presiden Dukung Anies
Tak lama setelah deklarasi, muncul pertanyaan, siapa kerator deklarasi ini. Sejumlah pihak di media sosial mengungkap sosok Abu Abdurrahman yang dalam agenda acara bertindak sebagai ketua panitia, tapi tak muncul di jajaran deklarator.
ADVERTISEMENT
kumparan menelusuri sosok Abu Abdurrahman yang tertulis sebagai ketua panitia deklarasi dalam setiap undangan yang disebar. Sebagian pihak menyebut, Abu Abdurrahman memiliki nama asli Amsori.
Foto Amsori juga beredar di media sosial. Dia disebut-sebut sebagai anggota LPBH NU. Sepanjang acara, Amsori memang menjadi salah satu orang yang paling sibuk.
Dia yang menengahi insiden pencopotan bendera tauhid di panggung, mencopot bendera, mengatur acara, hingga mengatur wawancara wartawan kepada para deklarator.
Salah satu eks napiter yang hadir dalam deklarasi, Kartono mengatakan, dirinya ditelepon untuk bergabung dalam deklarasi itu. Dia ingat yang menghubunginya, yakni Amsori.
"Saya diundang. Bukan inisiator. [Yang mengundang] Ustaz Amsori,” kata Kartono saat diwawancara oleh wartawan di Hotel Bidakara, Rabu (8/6).
ADVERTISEMENT
kumparan mencoba untuk menghubungi Amsori sejak acara deklarasi usai. Namun hingga saat ini Amsori maupun Abu Abdurrahman tidak menjawab satupun panggilan dari kumparan.
Insiden Pencopotan Bendera Tauhid
Pantauan kumparan, sempat ada insiden yang menarik dalam acara tersebut yakni peserta deklarasi beda pendapat soal keberadaan 4 bendera Tauhid yang dipasang di sisi kanan dan kiri panggung.
Insiden tersebut berawal saat acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tiba-tiba ada sekelompok peserta deklarasi yang meminta acara untuk diberhentikan sejenak karena protes akan keberadaan 4 bendera Tauhid tersebut.
Permintaan tersebut tak langsung diterima peserta yang lain sehingga sempat terjadi perdebatan antar kedua pihak.
"Kalau mau lepas (bendera Tauhid), ane umat Islam, kita engga mau, antum sayang Pak Anies? Kita enggak mau menjebak Pak Anies,” kata salah satu tamu undangan,
ADVERTISEMENT
“Ini, kan, bukan bendera macam-macam,” jawab peserta yang lain.
“Kita ingin acara ini berjalan lancar, kemarin sudah ada FPI palsu, kita tidak ingin ada fitnah,” lanjut peserta yang berharap bendera tersebut dicopot.
Perdebatan kedua pihak itu akhirnya selesai setelah terjadi musyawarah antarpeserta dan panitia penyelenggara. Bendera Tauhid tersebut juga dicopot panitia dan dibawa ke luar ruangan.
Relawan Anies Heran Deklarasi di Hotel Mewah
Ketua Umum Jaringan Nasional Mileanies Pusat, Muhammad Ramli Rahim, memberikan komentar terkait deklarasi dukungan terhadap Anies Baswedan yang dilakukan Majelis Sang Presiden di Hotel Grand Bidakara Pancoran, Jakarta Selatan pada Rabu (8/6) pagi. Kelompok itu menamakan diri sebagai Majelis Sang Presiden.
Ia mengaku heran dengan acara deklarasi yang ini. Menurut dia, acara dukungan kali ini berbeda karena digelar mewah di sebuah hotel.
ADVERTISEMENT
“Deklarasi ini sejujurnya agak aneh karena jarang relawan Anies yang bikin acara yang mewah seperti ini,” kata Ramli saat dihubungi wartawan.
Ramli mengaku selama ini kelompoknya menggelar acara dukungan seadanya. Sebab, ia mengaku tidak ada donatur yang memberikan dukungan untuk menggelar deklarasi dukungan.