Menelusuri Lokasi Diduga Kerajaan Aceh Darussalam di Banda Aceh

5 Maret 2018 17:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Peneliti ahli Geofisik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan observasi ke lokasi diduga tempat kerajaan Aceh Darussalam, di Gampong Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh Minggu (4/3).
ADVERTISEMENT
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui isi kandungan yang ada di bawah tanah lokasi tersebut yang kini menjadi bekas proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Menggunakan alat Ground Penetrating Radar (GPR), peneliti Prof Teuku Abdullah Sani melakukan pendeteksian ke seluruh areal kawasan bekas pembangunan IPAL. Penelitian bertujuan untuk membuktikan kebenaran tentang lokasi itu bahwa dulunya pernah berdiri Kerajaan Islam Aceh terbesar.
Kepada kumparan (kumparan.com) Prof Teuku Abdullah Sani menjelaskan, keinginan dirinya melakukan penelitian itu bertujuan untuk menguak isi dalam tanah sehingga tidak menyebar isu negatif tentang apakah benar lokasi bekas pembangunan IPAL tersebut dulunya adalah tempat berdiri makam kerajaan Aceh.
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
“Observasi ini bertujuan untuk memberikan perhatian pada komunitas pemerhati sejarah bahwa lokasi bekas proyek Ipal ini dulunya pernah berdiri kerajaan Aceh. Awalnya saya mendengar dari pemberitaan yang katanya di sini ditemukan makam ulama dan kerajaan Aceh. Kalau memang benar ini bekas kerajaan Aceh maka kita harus menghormati para leluhur zaman dulu,” kata Prof Abdullah Sani, yang juga merupakan putra Aceh.
ADVERTISEMENT
Dijelaskannya, ada 10 titik lokasi yang dianalisis menggunakan tenkologi GPR miliknya. Proses pendeteksian dilakukan oleh timnya yang ikut langsung dari Bandung. Penelitian awal dilakukan untuk mengetahui konfigurasi bawah tanah dan selanjutnya akan dibawa kembali ke Bandung untuk melihat hasil dari pendeteksian tersebut.
“Setelah kita deteksi untuk mengetahui hasilnya kita akan kembali ke Bandung. Proses untuk mengetahui hasil itu menghabiskan waktu lebih kurang satu Minggu. Setelah kita tahu hasilnya, nanti akan kita laporkan ke pemerintah Aceh maupun pemerhati sejarah tentang kondisi di bawah tanah,” ujarnya.
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
“Kita harus punya simpati terhadap peninggalan sejarah Aceh, kalau benar hasilnya nanti adalah bekas kerjaan Aceh, maka alternatifnya akan dicarikan lokasi lain untuk membangun proyek Ipal kembali agar tidak terjadi kontradiktif antara pemerintah dengan masyarakat,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pakar Arkeolog dosen Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Husaini Ibrahim saat dihubungi Kkumparan, mengatakan dari hasil temuan batu nisan ulama dan raja Aceh saat proses pengalian di areal proyek IPAL, diyakini dulunya pernah berdiri kerajaan Aceh di sana.
Hal itu dibuktikan dari jenis nisan yang ditemukan berjenis bucrane-aile dan silindris, yang ada pada abad 15 hingga 18 Masehi. Nisan ulama berbentuk polos tidak berukiran sementara nisan raja itu ditandai ukiran yang dipadukan dari unsur Aceh dan luar negeri.
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
“Jadi saya memprediksikan di sini pernah berdiri Kerajaan Islam tempo dulu. Kerajaan ini adalah cikal bakal lahirnya Koeta Radja yang kini dikenal dengan nama Banda Aceh. Dahulu, ini adalah pusat penyebaran ajaran Islam di Asia Tenggara,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keyakinan Husaini juga diperkuat karena motif nisan yang ditemukan itu sama seperti batu nisan di situs kerajaan di Gampong Pande yang juga memiliki banyak artefak dan nisan penanda makam raja dan ulama.
“Situs ini juga ada kaitan dengan Kerajaan Lamuri sebagai situs kerajaan yang tertua di sini. Kerajaan Lamuri juga pusatnya berpindah ke kawasan Gampong Pande. Oleh karena itu saya pikir ini penting untuk diselamatkan,” pungkasnya.
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
Diketahui, bekas proyek pembangunan IPAL yang berada di komplek tempat pembuangan akhir (TPA), antara Gampong Jawa dan Gampong Pande, Banda Aceh. Telah dihentikan setelah Gubernur Aceh meminta untuk diberhentikan dan akan dipindahkan ke lokasi lain. Intruksi itu disampaikan Irwandi saat melakukan inspeksi mendadak ke lokasi proyek IPAL pada 11 November 2017 lalu.
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Geofisik ITB Observasi bekas Kerjaan Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT