Menelusuri Saksi Pengusaha Kulit di Garut terkait Hilangnya 6 Pemuda Palembang

20 Mei 2020 7:52 WIB
comment
15
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kevin Kenzona, anak asal Palembang yang hilang tiga tahun lalu.
 Foto: Dok. Nadya Syavira
zoom-in-whitePerbesar
Kevin Kenzona, anak asal Palembang yang hilang tiga tahun lalu. Foto: Dok. Nadya Syavira
ADVERTISEMENT
Hilangnya enam pemuda asal Palembang di Jabar, sejak September 2017 belum menemui titik terang. Sebelum hilang kontak, enam anak itu, Kevin Kenzona, Ihsan, Aat, Tofan, Wahyudi, dan Adit dilaporkan menginap di sebuah rumah pabrik milik pengusaha kulit asal Palembang di Sukaregang, Garut.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, berdasarkan penelusuran keluarga, pengusaha tersebut tak tahu informasi soal hilangnya enam pemuda itu.
Salah satu orang tua anak sekaligus penegak hukum yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, pihak keluarga sempat memanggil pengusaha tersebut ke kantor polisi di Garut.
Kisah hilangnya keenam pemuda asal Palembang itu diunggah @nadyasyalala ke Twitter pada Senin (11/5). Cerita tersebut kemudian viral.
Nasya Syavira pemilik akun @nadyasyalala merupakan adik dari Kevin Kenzona Pratama alias Agam.
Dari kasus ini, sejumlah pihak pun sempat ditanyai terkait hilangnya 6 pemuda asal Palembang ini, mulai dari asosiasi pengusaha kulit di Garut hingga cerita dari keluarga korban.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Garut Sukandar baru mendengar kabar hilangnya 6 pemuda asal Palembang dari pemberitaan.
Sebelumnya, dia sama sekali tidak pernah tahu ada 6 pemuda asal Palembang datang ke Garut.
Apalagi, klaim keluarga salah satu pemuda itu yang menyebut pernah menginap di sentra industri kulit kawasan Sukaregang, Garut.
Menurut dia, hingga saat ini juga tidak pernah ada pembicaraan antar-pengusaha kulit soal pemuda itu, bahkan menurutnya sejak tahun 2017.
"Tidak ada obrolan lebih jauh sesama pengusaha kulit terkait hal itu," ujar Sukandar singkat, Selasa (19/5).
Hilangnya 6 pemuda asal Palembang di Tanah Jawa sejak 2017 belum juga menemui titik terang hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Kabupaten Garut, Sukandar memastikan tidak pernah mendapat informasi adanya 6 pemuda asal Palembang yang datang ke Sukaregang.
Menurut dia, setiap informasi kedatangan sanak famili atau pun kerabat pengusaha kulit di Sukaregang pasti akan tercatat.
Kepastian tersebut Sukandar sampaikan karena tidak ada sosok pengusaha kulit asal Palembang di Sukaregang. Sukandar juga mengatakan di Sukaregang tidak ada pengusaha asal Palembang memiliki pabrik.
"Di Garut memang ada pengusaha kulit asal Palembang, namanya Aji. Tapi pabriknya bukan di kawasan Sukaregang," ujarnya, Selasa (19/5).
Sukandar menyebut bahwa Aji memang diketahui merupakan warga asal Palembang namun memiliki pabrik kulit di Kabupaten Garut. Lokasi pabriknya berada di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, bukan di kawasan Sukaregang.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya sosok Aji secara menyeluruh, Sukandar tidak mengetahuinya secara persis. Dia juga hanya tahu Aji sebatas pengusaha kulit asal Palembang yang tinggalnya di kawasan Jalan Jenderal Sudirman.
Sukandar juga tidak menyebut saat ditanya apa nama toko kulit dan alamat pasti Aji di Jalan Jenderal Sudirman itu.
Kevin Kenzona, anak asal Palembang yang hilang tiga tahun lalu. Foto: Dok. Nadya Syavira
Salah satu kakek dari 6 pemuda Palembang yang hilang sejak 2017 di Garut, Jabar, membeberkan perjuangannya mencari keberadaan cucu dan 5 teman lainnya. Ia pertama kali lapor ke Polda Jabar pada Oktober 2017. Hingga kini, belum ada hasil dari laporan tersebut.
"Cucu bawa handphone Apple, arloji mahal, sepatu bagus, makanya saya lapor, cem mana sampai ke paranormal, cek-cek Polsek, dulu masih gagah sekarang sudah lesu," ujar Syarifudin kepada kumparan, Selasa (19/5).
ADVERTISEMENT
Kevin Kenzona Pratama (19), cucu Syarifudin, bersama dengan 5 orang temannya, Aditya Wiratama (20), Muhamad Ihsan (29), M Ali Topan alias Topan (33), Dian Wahyudi alias Cekok(27), serta Aat Hadi Yatna (24) hilang kontak dengan keluarga sejak 15 September 2017. Sebelumnya, mereka keliling Jabar untuk liburan sejak 7 September 2017.
"Keluarga-keluarga dihimpun untuk mencari bersama. Menyumbang Rp 200 ribu ke saya untuk ongkos karena kekurangan duit, lapor ke Polda Jabar, saya menginap 4 malam," ujarnya.
Selain itu, ia juga membayar untuk melakukan pelacakan handphone Kevin untuk mengetahui keberadaan cucu dan 5 temannya. Selain itu, ia juga keliling Garut, Cirebon, Jakarta, dan daerah lain.
"Kawan-kawan bawa paranormal di pucuk bukit, tahun 2018 April," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
"Saya pengin tahu itu masih hidup atau tidak, yang penting orangnya ada," tegas Syarifudin.
Akan tetapi, hingga kini jawaban tersebut belum ditemukan. Ia merasa kelelahan dan terhimpit ongkos untuk menindaklanjuti laporan tersebut.
"Aturan negara cam mano, kalau memang harus lapor lagi, ndak masalah. Asal hasilnya ada, tak ada. Mau saya tapi inisiatif sendiri tak sampai ke sana, ongkosnya lagi," tegasnya.
Syarifudin menambahkan, Kevin alias Agam tak pernah mengikuti organisasi atau perkumpulan tertentu. Untuk kesehariannya, ia sibuk kuliah jurusan Management di Universitas Indo Global Mandiri, Palembang.
"Dia manja, dia tidur dengan saya, makan minta, saya belikan pergi minta duit. Soal uang tak pernah putus," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dua dari enam pemuda yang hilang itu ternyata kakak beradik, yakni Dian Wahyudi (30) dan Aat Hadiyatna (28).
Kepada kumparan, Maman Firmansyah, kakak kandung tertua dari Dian dan Aat mengatakan kedua adiknya pamit untuk bekerja bersama empat orang teman lainnya.
Hal ini berbeda dengan keterangan dari keluarga Kevin, pemuda lainnya, yang mengatakan mereka ke Jakarta untuk berlibur.
“Sudah hampir 3 tahun nggak ada kabar sama sekali, komunikasi terakhir tahun 2017 kalau enggak salah bulan 10 tapi lupa hari dan tanggal. Mereka (Dian dan Aat) bilang mau kerja di salah satu tower komunikasi, kerjanya naik tower betulkan sinyal,” kata Maman kepada kumparan, Senin (19/5).
ADVERTISEMENT
Maman yang bekerja di Malaysia ini mengatakan, jika ia tidak ikut saat keluarganya dan keluarga teman-teman adiknya melapor ke polisi. Berbagai upaya dilakukan keluarga agar sang adik, Dian dan Aat segera ditemukan.
“Saya minta bapak dan adik ipar melapor ke Polda Jabar dan ke Polres Garut tapi saya tidak ikut sebab saya di Malaysia belum boleh pulang, hanya bantu doa sama biaya sedikit untuk bapak dan adik," katanya.
Suasana sentra industri kulit di kawasan Sukaregang di Garut, Jawa Barat. Foto: kumparan
Setelah dinyatakan hilang, Maman mengaku sempat menghubungi Aat melalui pesan whatsapp pada tahun 2017, namun tidak ada balasan dari Aat.
“Whatsapp dia (Aat) itu sempat aktif, saya tanya Aat lagi di mana, ini bapak sama ibu cari Aat, tapi WA gambar perempuan, diread tapi enggak balas,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Meski diliputi kerinduan untuk bertemu dengan adik-adiknya, saat ini Maman dan orang tuanya hanya bisa berdoa agar Dian dan Aat segera kembali kepada keluarga, Maman yakin kedua adiknya dalam kondisi baik-baik saja.
“Saya selalu berdoa semoga adik adik saya dan teman-temannya cepat pulang kembali ke pangkuan keluarga sehat walafiat,” tambahnya.
Kevin atau Agam begitu panggilan akrab mahasiswa Universitas Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) ini merupakan satu dari enam pemuda asal Palembang yang dinyatakan hilang saat berada di Garut, Jawa Barat.
Hampir tiga tahun kasus hilangnya enam pemuda itu hingga kini belum menemukan titik terang. Selama itu pula Ita tak henti-hentinya berdoa agar anak pertamanya itu diberikan keselamatan.
ADVERTISEMENT
Masih jelas dalam ingatan Ita, tatkala melakukan berbagai upaya untuk memperoleh informasi terkait keberadaan Kevin. Dirinya bersama keluarga dari 5 pemuda lainnya bahkan sudah beberapa kali datang ke Garut. Tapi hasilnya tetap nihil.
Ita bercerita, awalnya mengira kalau Kevin hanya berangkat ke Garut untuk jalan-jalan bersama dengan Aat dan Adit pada 5 September 2017. Tak tahu jika ternyata Ihsan, Taufan, dan Dian Wahyudi juga ikut dalam rombongan itu.
"Hati-hati di jalan ya nak," kata-kata itu lah yang dikenang oleh Ita (42 tahun) saat menjalin komunikasi terakhir putranya.
Sebelum kejadian, kata Ita, putranya itu sempat menghubungi kalau malam di tanggal 14 September 2017, mereka menginap di rumah milik Aji, warga Palembang yang menjadi salah satu pengusaha kulit di Garut.
ADVERTISEMENT
"Besoknya atau sekitar pukul 09.00 WIB, tanggal 15 September. Anak saya sempat menghubungi lagi dan bilang kalau akan pulang. Lalu Kevin juga menghubungi kakeknya dan minta diisikan pulsa," katanya, Senin (18/5).
Saat itu, kata Ita, bercakapan di telepon bising, dan memang menggambarkan kalau kondisinya sedang berada di jalan. Akan tetapi, selang beberapa jam kemudian, Ita sudah tidak bisa lagi menghubungi putranya itu. Handphone Kevin sudah tidak aktif serta tidak bisa dihubungi.
Mendapat firasat janggal, Ita kemudian berusaha mencoba berkomunikasi dengan keluarga teman-teman yang berangkat bersama Kevin. Ternyata hasilnya sama, semua teman-temannya itu juga tidak bisa dihubungi lagi.
Saat dalam situasi kebingungan, salah satu keluarga pemuda itu mendapatkan informasi dari Adeng, salah seorang dari karyawan Aji. Mereka diminta untuk berangkat ke Garut untuk mencari keenam pemuda itu.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Ita, bersama nenek Kevin, Istri Taufan, dan ibu Aat, tiba di Garut. Di sana mereka berbagi tugas untuk mencari informasi terkait keberadaan enam orang itu. Mulai dari ke pasar, kantor kepolisian, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Namun, keenamnya hilang bak ditelan bumi, tak satu pun petunjuk didapatkan.
"Sekitar satu minggu kami tinggal di rumah Aji, dan diberi fasilitas kendaraan untuk mencarinya. Hingga akhirnya saya mendengar jika Aji berkata kepada salah satu dari kami bahwa mereka akan pulang sendiri," katanya.
Setelah kembali pulang ke Palembang, upaya pencarian terus dilakukan baik melaporkan kehilangan secara resmi ke pihak kepolisian maupun dengan jalan melalui paranormal. Tapi lagi-lagi, semua usaha itu belum berbuah hasil.
ADVERTISEMENT
Dalam kenangan Ita, Kevin merupakan anak yang manja, dan lingkungan teman-temannya juga tidak ada yang aneh. anaknya itu dapat dikatakan rajin beribadah. Selain itu jika pun main ke rumah temannya, Kevin pasti pulang.
"Kevin itu manja, dia juga gampang sakit. Bahkan kalau mandi pagi saja harus dengan air hangat. Saat pamitan mau berangkat pun tidak ada yang mencurigakan, dan barang bawaannya juga pakaian biasa," katanya.
Oleh karena itulah, Ita masih percaya jika anaknya dalam kondisi baik-baik saja. Selain itu, keluarga juga masih memiliki harapan besar jika Kevin dapat pulang kembali ke rumah.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
*****
Saksikan video menarik di bawah ini:
ADVERTISEMENT