Menembus 18 Jam, Melepas 4 Orang Utan ke Hutan Kalimatan

11 November 2023 5:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menggendong bayi Orangutan Kalimantan subspecies wurmbii (Ponggo Pygmaeus Wurmbii) berada dalam kandangnya di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim, Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (21/9). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menggendong bayi Orangutan Kalimantan subspecies wurmbii (Ponggo Pygmaeus Wurmbii) berada dalam kandangnya di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim, Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (21/9). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur melepasliarkan empat orang utan (pongo pygmaeus morio) ke Hutan Kehje Sewen di Muara Wahau, Kutai Timur.
ADVERTISEMENT
“Kami antarkan empat individu ke bagian utara Hutan,” kata Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto, dikutip dari Antara, Sabtu (11/10).
Sebelumnya pada Kamis (9/11), keempat individu orang utan yang berusia antara 13-33 tahun itu dibawa dengan mobil dari Samboja Lestari, fasilitas kandang dan perawatan untuk rehabilitasi orang utan yang dikelola Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) di Samboja, Kutai Kartanegara, menuju pulau pelepasliaran Juq Kehje Swen di Muara Wahau.
Perjalanan Samboja-Muara Wahau ditempuh tak kurang dari 18 jam. Setelah itu dari Juq, kandang-kandang diangkut dengan helikopter menuju bagian utara hutan Kehje Sewen.
"Dengan langkah ini, kami tidak hanya membebaskan orang utan ke habitat aslinya, tetapi juga membuka pintu harapan bagi kelangsungan hidup spesies ini dan ekosistem yang mereka huni,” kata Ari.
ADVERTISEMENT
Orang utan dikenal sebagai satwa yang membawa kehidupan bagi hewan atau tumbuhan lainnya. Dengan bersarang, misalnya, orang utan membuka sedikit tajuk pepohonan, memungkinkan sinar matahari bisa mencapai lantai hutan dan membuat pohon-pohon muda yang belum tinggi mendapat kesempatan langsung terkena sinar matahari yang penting untuk proses fotosintesis.
Orang utan juga jadi penebar benih dari biji-bijian yang berasal dari buah yang dimakannya sebab daya jelajahnya di hutan bisa berkilo-kilometer per hari.
"Karena itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus berupaya untuk menyelamatkan dan melindungi orang utan, melakukan konservasi atas satwa liar yang tak ternilai harganya ini,” kata Ari Wibawanto.
Beberapa hari sebelum pelepasliaran di Kaltim, BKSDA juga menggelar pelepasliaran di Kalteng dengan jumlah orangutan yang dirilis delapan individu ke Hutan Lindung Bukit Batikap di Kabupaten Gunung Mas, 3 hari 2 malam perjalanan mobil dari Nyaru Menteng dekat Palangka raya.
ADVERTISEMENT
Pelepasliaran ini adalah yang ke-42 kali di Kalimantan Tengah, dan ke-26 di Kalimantan Timur. Pelepasliaran ini menjadikan jumlah orang utan yang dilepasliarkan di Hutan Lindung Bukit Batikap menjadi 198 individu, dan di Hutan Kehje Sewen menjadi 130 individu.