Menembus Batas: Saat Pemusik Tunanetra Beri Makna Inklusivitas di Lorong Stasiun

26 April 2025 22:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lima pemusik yang tergabung dalam Institut Musik Jalanan (IMJ), menghibur masyarakat yang melewati lorong entrance A Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (26/4/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lima pemusik yang tergabung dalam Institut Musik Jalanan (IMJ), menghibur masyarakat yang melewati lorong entrance A Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (26/4/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
ADVERTISEMENT
Suasana berbeda terasa di pintu masuk A Stasiun MRT Bundaran HI. Lorong panjang stasiun itu 'disulap' bak arena konser oleh lima orang tunanetra yang tergabung dalam komunitas Institut Musik Jalanan
ADVERTISEMENT
(IMJ).
Berdasarkan penuturan dari salah satu petugas keamanan MRT, kelimanya mulai 'ngonser' sejak pukul 16.00 WIB tadi.
Alunan musik mengalun syahdu di sepanjang lorong itu, memberi hiburan bagi penumpang yang lalu lalang. Musik itu bebas, bisa jadi menghibur penumpang yang kelelahan usai aktivitas seharian di ibukota, atau menambah energi mereka usai berdesakan di gerbong-gerbong kereta.
Para pemusik yang dijumpai, semuanya tunanetra. Tapi mereka tampak cekatan memainkan alat musik sesuai perannya masing-masing. Keterbatasan mereka seolah tak menghalangi petikan gitar, ketukan drum, hingga merdunya suara yang dinikmati penumpang lalu-lalang.
Lima pemusik yang tergabung dalam Institut Musik Jalanan (IMJ), menghibur masyarakat yang melewati lorong entrance A Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (26/4/2025). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Lagu demi lagu pun dibawakan. Mulai dari 'Hanya Kamu yang Bisa' oleh Tiket Band hingga 'Yang Terdalam' gubahan Noah—mengantar para penumpang, menyusuri lorong stasiun.
ADVERTISEMENT
Sesekali, gawai para penumpang juga secara spontan menyorot kelima pemusik tunanetra itu sambil mengiringi alunan musik yang dimainkan.
Riuh tepuk tangan pun kerap terdengar saat mereka beralih dari satu lagu ke lagu lainnya. Tak jarang, penumpang yang lalu-lalang tak segan merogoh kocek dan memasukkannya ke sebuah kotak putih yang dituliskan 'kotak apresiasi' di sisi depannya.
Lewat penampilan nan menghibur itu, kelima pemusik itu seolah memberikan pesan tersirat bagi siapa saja untuk tak ragu dengan potensi diri: menembus batas hingga mampu menghasilkan karya yang berarti.