Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menengok Bisnis Perdagangan Hewan di Pasar Satwa Jatinegara
5 Desember 2017 19:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Publik lantang bersuara saat mengetahui kisah Valent, seekor anjing ras maltese yang ditinggal pemiliknya selama berjam-jam di dalam mobil yang diparkir di basement Mal Grand Indonesia, Jumat (1/12) lalu.
ADVERTISEMENT
Kasus itu berujung viral, setelah seorang pengunjung mal bernama Tommy Prabowo mengunggah peristiwa itu di akun instagram miliknya. Kejadian ini membuat Kepolisian Sektor Tanah Abang mengadakan mediasi antara pemilik Valent, Elishia, dengan Tommy Prabowo dan Anisa Ratna Karunia dari kelompok pecinta hewan, Garda Satwa Indonesia.
Beragam kritik dilontarkan publik ke Elishia. Mereka menganggap Elishia telah menelantarkan Valent, yang diduga tidak makan dan minum atau menghirup udara cukup di dalam mobil.
Banyak pula yang mengingatkan, seseorang atau sekelompok orang yang menyakiti, melukai, atau merugikan kesehatan binatang, dapat dijerat dengan Pasal 302 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Begitu juga dengan orang-orang yang memperdagangkan satwa dilindungi.
Berbicara soal perdagangan hewan, apakah kamu tahu ada pasar satwa di kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur?
ADVERTISEMENT
Selasa (5/12), kumparan (kumparan.com) berkunjung ke pasar itu. Lokasi pasar tersebut terletak di seberang jalan dari Pasar Jatinegara, dan tak jauh dari Polres Metro Jakarta Timur.
Bertempat di pinggiran trotoar, di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO), para pedagang tampak menggelar dagangannya.
Dari trotoar sepanjang 20 meter sampai masuk ke sebuah gang, seluruhnya diisi dengan kandang-kandang yang berisi beragam satwa, baik satwa liar sampai satwa jinak yang sudah didomestikasi.
Dagangan itu, mulai dari kucing persia hingga kalong (flying fox). Mereka masing-masing ditempatkan di sebuah kandang besi berukuran sekitar 30x30 sentimeter.
kumparan mencoba mengambil gambar tentang kondisi terkini hewan-hewan tersebut. Namun, beberapa orang mencoba menghalangi dengan menyiramkan air ke gawai yang kumparan gunakan untuk mengambil gambar.
ADVERTISEMENT
"Bos, jangan foto-foto, mau cari apa emang!" seru seorang pria yang juga menggelar dagangannya di sana. Pria itu menjual kera dan burung hantu berjenis Tyto Alba.
"Kami menyebut ini burung hantu 'owl' , harganya Rp 350 ribu. Yang ini burung hantu kalimantan dan ini burung hantu jawa, masing-masing Rp 150 ribu," ujar pria yang enggan disebutkan namanya itu.
"Kalau beli burung hantunya gimana cara bawanya, dikasih kandang?" tanya kami.
"Mau dibawa ke mana emang?" tanyanya balik.
"Pasar Minggu."
"Kalau di dalam Jakarta masih aman, dekat, nanti kami kasih kardus untuk membawanya," ujar sang pedagang.
Pedagang tersebut enggan menyebutkan dari mana ia mendapatkan burung hantu jawa berjenis kuwek, yang biasanya hidup di pucuk-pucuk pohon jati. "Kiriman saja ini, sudah...mau beli enggak?" desaknya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk kera, dia membanderolnya dengan harga Rp 750 ribu sampai Rp 1,2 juta. Kera-kera tersebut nampak terluka di bagian sikunya. Mereka ditempatkan di sebuah kandang kecil yang dijajarkan.
Selain kera dan burung hantu, pasar satwa ini juga menjual luwak, tupai, kucing dahan, marmut, kelinci, ikan, hingga pakan hewan. Beberapa orang di pasar sempat meminta kumparan untuk tidak mengambil gambar. Bahkan seorang warga pasar terlihat terus mengekor. "Cari apa sih, Mas, muter aja dari tadi," ujarnya.
Pasar satwa di Jatinegara memang terletak di pinggir jalan yang terkadang semrawut. Namun kondisi itu sepertinya tak menganggu perputaran bisnis di tempat itu.