Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
ADVERTISEMENT
Beberapa orang tampak sedang memilah plastik. Mulai dari anak muda hingga orang tua, pria dan wanita, sibuk memindahkan plastik-plastik ke keranjang sesuai dengan tipenya.
ADVERTISEMENT
Mereka merupakan warga yang terlibat dalam pengolahan sampah plastik bersama komunitas peduli sampah di Provinsi Rayong, Thailand. Warga di Rayong -- 185 km dari Bangkok -- tak hanya diajari mengelola sampah plastik, tapi juga dibina untuk memanfaatkan sampah organik, seperti limbah sayur dan buah jadi pupuk kompos.
Kepala Volunteer Komunitas, Sagan Rungruang alias Pum, mengatakan sampah-sampah plastik tersebut berasal dari berbagai sumber. Pertama, sampah-sampah rumah tangga yang dikumpulkan warga sendiri lalu dijual ke komunitas peduli sampah.
"Kedua, sampah di sini juga ada yang berasal dari toko ritel dan minimarket seperti Seven Eleven," kata Pum di Rayong, Thailand, Selasa (27/8).
Kata Pum, sampah-sampah yang dikumpulkan dibayar oleh komunitas sesuai kualitas plastik dan tingkat kebersihannya. Semakin bersih, harga per kilogramnya bisa mencapai 7 baht atau setara Rp 3.500 (kurs Rp 500 per baht).
ADVERTISEMENT
Rata-rata harga sampah plastik di sini dihargai 5 baht. Sementara jika sampah plastiknya kurang bersih, harga jualnya bisa turun menjadi 3 baht. Komunitas bisa menolak kantong plastik yang tidak sesuai standar alias terlalu kotor.
"Tiap minggu ada sampah dari Sevel ke sini. Kalau sampahnya kotor, bakal ditolak," ucap Pum.
Setelah sampah masuk ke komunitas, para pekerja lepas yang juga dari masyarakat setempat ini mulai memilahnya. Beberapa jenis plastik yang dipisah seperti PE (polypropylene), PP (polypropylene), dan HDPE (high density polyethylene).
Sampah plastik yang masuk ke sini tiap bulannya mencapai 2 ton. Pum mengatakan, masyarakat yang ikut memilah plastik bekas ini juga dapat bayaran sesuai dengan berat per kilogram yang dikumpulkan.
Presiden Direktur PT Siam Cement Group (SCG ) Indonesia, Pathama Sirikul, mengatakan pengolahan sampah oleh komunitas di sini dimulai sejak awal Januari 2019. Mereka dibantu oleh oleh anak perusahaan SCG Thailand yaitu Rayong Renewable Energy Co. Ltd bersama beberapa mitra public private partnership (PPP) bernama Dow Thailand Public Private Partnership Plastic.
ADVERTISEMENT
Dukungan yang diberikan perusahaan semen besar asal Thailand ini dalam beberapa bentuk sirkular ekonomi. Mulai dari bimbingan dan edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah plastik hingga mencarikan pasar sampah plastik yang sudah dipilah komunitas peduli sampah.
"Sampah-sampah yang sudah dipilih sesuai jenisnya di sini kemudian dijual untuk didaur ulang lagi. Kami membina masyarakat di sini. Bagaimana mereka bisa cari dan jual (sampah tersebut)," kata Pathama.
Di Rayong, ada banyak komunitas serupa yang peduli pada pemanfaatan sampah bekas. Tak hanya membina masyarakat untuk peduli pada sampah, perusahaan juga memiliki pabrik sampah tak jauh dari lokasi komunitas.
Site Public Affair Leader Dow Thailand Public Private Partnership Plastic, Nattapong Jirawattanaworakul, mengatakan sampah yang masuk ke pabrik kemudian diolah menjadi pupuk hingga bahan bakar untuk pabrik semen seperti biogas.
ADVERTISEMENT
Perusahaan tersebut beroperasi sejak beberapa tahun lalu. Ke depannya, di Dow Thailand PPP Plastic ini, bakal dibangun pembangkit listrik tenaga sampah.
"Lahannya sudah ada. Nanti kita akan konstruksi power plant-nya, sedang dalam proses," ucap dia.